Jurnal9.com
Headline LifeStyle

Perempuan Sering Alami Ketakutan Secara Mental yang Luar Biasa Akibat KDRT

Ilustrasi perempuan menangis mengalami ketakutan secara mental  (foto getty)

JAKARTA, jurnal9.com – Banyak perempuan dalam kehidupan rumah tangganya mengalami ketakutan secara mental yang luar biasa, karena terjadi Kekerasan Dalam Rumah Tangga-nya (KDRT). Ini merupakan wujud ketidakmampuan suami istri bertoleransi dalam berkeluarga yang berdampak pada kesehatan reproduksi

Hal itu disampaikan Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Eni Gustina dalam diskusi ‘Kesehatan Reproduksi Perempuan’ di Jakarta, Selasa (27/12/2022).

“Bagi ibu rumahtangga yang masih kurang dewasa dalam memahami perbedaan dalam keluarganya; hubungan suami-istri, pasti akan timbul konflik. Sehingga terjadi KDRT, ini pasti puncak ketidakmampuan dalam mentoleransi perbedaan dalam kehidupan rumahtangganya,” kata Eni.

Menurut dia dalam membangun dan membina kehidupan rumah tangga, hubungan suami-istri harus saling mengerti; kedua pihak tidak boleh hanya mengandalkan kesiapan secara fisik seperti usia yang cukup matang untuk melahirkan, atau memiliki harta dalam jumlah yang sanggup memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.

“Ini bukan jaminan mutlak untuk bisa membahagiakan keluarga. Contoh berapa banyak mereka yang hidupnya mewah dan berkecukupan secara ekonomi, tapi hidupnya tidak bahagia. Si istri mengalami ketakutan mental yang luar biasa, karena sering mengalami KDRT. Ini menunjukkan suami tak punya kemampuan bertoleransi dalam perbedaan kehidupan rumahtangganya,” ungkap Eni.

Membangunan rumah tangga itu, lanjut dia, juga perlu memperhatikan kesiapan mental kedua pasangan. Terutama kesiapan mental yang dapat terbangun melalui adanya toleransi atas perbedaan masing-masing melalui pembelajaran setiap hari.

“Kalau mereka mengandalkan secara fisik, mulai dari usia yang muda, melihat kecakapannya [kecantikan-ketampanan], dan memiliki harta dalam jumlah yang sanggup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Pondasi ini tidak cukup kuat, jika kesiapan mentalnya belum mampu mentoleransi perbedaan yang ada dalam rumahtangganya,” tegas Eni.

Baca lagi  "Presiden Harus Terbitkan Perpres Baru, Setelah Aturan Investasi Miras Itu Dicabut"

Apalagi bagi calon pasangan pengantin muda, Eni menyarankan untuk tidak terburu-buru dalam melangsungkan pernikahan. Semua pasangan bisa merencanakan semua aspek mulai dari kesiapan secara fisik, finansial hingga mental, sehingga keluarga yang dibangun menjadi berkualitas dan sejahtera.

“Kami berharap sejak usia muda, para calon pengantin muda dapat memahami betapa pentingnya kesiapan mental dan berencana dalam keluarga, sehingga kasus KDRT di Indonesia tidak terjadi dalam setiap rumah tangga,” ucap Eni.

Menurutnya, kesehatan reproduksi menjadi salah satu topik yang cukup mendapat perhatian dari beragam pihak karena berkaitan dengan kualitas generasi di masa depan. Salah satunya yang paling disoroti adalah terjadinya anemia pada ibu sebagai salah satu faktor risiko penyebab tingginya angka kematian ibu (AKI).

Selain anemia, penyakit yang paling sering menghantui perempuan di Indonesia adalah kurang gizi, perdarahan karena keguguran kemudian persalinan berisiko akibat penyakit organ reproduksi menjadi beberapa contoh terkait kesehatan perempuan.

Karena itu, kata Eni, masalah kesehatan perempuan perlu perhatian serta ruang untuk bisa melakukan sosialisasi secara lebih luas agar perempuan mengetahui informasi kesehatan reproduksi yang sering dialaminya, sekaligus mendapatkan jalan keluar atas permasalahan yang sering dihadapi di tempat pelayanan primer.

RAFIKA ANUGERAHA M

Related posts

PPKM Jawa-Bali Diperpanjang, Beberapa Daerah Turun ke Level 2, Bali Masih level 4

adminJ9

Benny Wenda Deklarasikan Pemerintahan Sementara Papua Barat, Lemhanas: Ini Pelanggaran Hukum

adminJ9

Kenapa Investor Pilih Berinvestasi di Vietnam Ketimbang Indonesia?

adminJ9