
Para pencari kerja antre melamar di salah satu perusahaan
JAKARTA, jurnal9.com – Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil di kisaran 5 persen dalam beberapa tahun terakhir, namun kenyataannya negara ini sulit menciptakan lapangan kerja baru.
Ini tercermin dari laporan Bank Dunia (World Bank East Asia and The Pacific Economic Update October 2025): menyebutkan anak muda di Indonesia saat ini sulit mendapatkan pekerjaan.
“Sebagian besar anak muda di kawasan Asia Timur dan Pasifik tidak memiliki pekerjaan. Mereka banyak yang menganggur karena sulit mendapatkan pekerjaan. Satu dari tujuh anak muda di Indonesia dan China menganggur,” tulis laporan Bank Dunia.
Lebih-lebih di negara Asia Timur seperti Indonesia dan Kamboja. Diperkirakan akan terjadi lonjakan penduduk di tingkat usia anak muda yang membutuhkan lapangan kerja. Ini menjadi ancaman akan meningkatnya jumlah pengangguran cukup besar di masa mendatang.
Dari sulitnya mereka mencari kerja itu, akhirnya banyak orang yang terpaksa memilih bekerja informal. Namun menghadapi ekonomi yang lesu, mereka masuk dalam kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Dan mereka rentan jatuh ke dalam kemiskinan yang lebih besar daripada kelas menengah.
Bank Dunia juga menyoroti aktivitas perdagangan global. Semestinya bisa berdampak positif bagi kondisi tenaga kerja di masing-masing negara. Namun kenyataannya hal itu banyak yang merugikan.
Bank Dunia menyebut Indonesia termasuk negara yang tak melakukan transformasi struktural untuk meningkatkan produktivitas dan lapangan kerja. “Buktinya pangsa lapangan kerja manufaktur di Indonesia hampir tidak berubah dalam tiga dekade terakhir,” tulisnya.
Manfaat dari aktivitas perdagangan belum terdistribusi secara merata. Integrasi memang meningkatkan produktivitas dan lapangan kerja di sektor utama. Kenyataanya di daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T) tidak mendapatkan keuntungan itu.
Bank Dunia juga menyebut ada paparan global value chain (GVC) terhadap kondisi lapangan kerja di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Ini diklaim dapat menciptakan kerentanan dalam bentuk guncangan eksternal.
“Dalam beberapa tahun terkahir, gangguan rantai pasok serta fluktuasi permintaan atau peningkatan hambatan impor di pasar-pasar utama telah mempengaruhi lapangan kerja, terutama di kalangan pekerja dengan keterampilan rendah dan informal,” tulis dalam laporan Bank Dunia itu.
Anak muda semakin sulit mendapatkan pekerjaan formal, dan malah mereka berpotensi terjebak ke sektor informal atau ekonomi digital yang tanpa jaminan sosial.
“Fenomena ini sudah terlihat dengan maraknya pekerja flatform: seperti driver daring, kurir, dan pekerja lepas di wilayah abu-abu antara kemandirian dan eksploitasi,” tulisnya.
ARIEF RAHMAN MEDIA
