Kawasan Gunung Ijen
BANYUWANGI, jurnal9.com – Kawasan Gunung Ijen yang dikenal dengan fenomena blue fire di kawahnya telah ditetapkan sebagai Ijen Global Geopark (Taman Bumi) baru oleh UNESCO.
Kawasan Ijen memiliki lanskap vulkanis, dan formasi geologis yang unik. Fenomena alam yang terbentuk dari belerang yang tinggi dan suhu lebih dari 360 derajat Celsius.
Tim asesor UNESCO saat mengunjungi kawah Ijen menyatakan kekagumannya akan keindahan alamnya. Selain budaya dan masyarakatnya.
“Sungguh ini pengalaman yang luar biasa, ketika saya mengunjungi kawasan Ijen. Kawasan Ijen dengan kawahnya sangat mengagumkan,” ucap Martina, salah satu tim asesor, saat melakukan penyampaian hasil validasi.
Masyarakat yang memiliki budaya lokal, kata dia, bisa menjadi mitra strategis penggerak ekonomi di kawasan Taman Bumi Ijen ini.
“Kalian memiliki sesuatu yang sangat menjanjikan. Ini titik awal yang sangat baik dan sangat menginspirasi. Kami akan laporkan ini pada UNESCO yang memiliki otoritas, dan kami sangat mendukungnya masuk dalam jaringan Geopark Global,” tuturnya.
Keputusan itu yang menjadi pertimbangan dalam Sidang Dewan Eksekutif Ke-216 UNESCO di Paris, Prancis, Rabu (24/5/2023). Sehingga akhirnya UNESCO menetapkan Ijen Global Geopark sebagai anggota UNESCO Global Geopark (UGG) yang baru.
“Alhamdulillah setelah melewati berbagai proses dan sidang, akhirnya Ijen Geopark resmi menjadi anggota UGG. Hal ini berdasarkan surat resmi serta rilis yang diunggah dalam website UNESCO” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (25/5/2023).
Disebutkan bahwa Ijen Global Geopark menjadi bagian dari 195 situs UGG yang tersebar di 48 negara bersama 18 situs geologi lainnya di dunia yang baru ditetapkan pada 2023 ini. Di antaranya; Caçapava (Brazil), Lavreotiki (Yunani), Aras (Iran), Hakusan Tedorigawa (Jepang) dan sejumlah situs dunia lainnya.
“Semoga dengan ditetapkannya Ijen sebagai UGG ini semakin menambah kunjungan wisatawan mancanegara ke Banyuwangi sehingga akan berdampak pada kesejahteraan dan penguatan kebudayaan masyarakat Banyuwangi,” ujar Ipuk.
Ijen Global Geopark memiliki sejumlah situs yang tersebar di dua wilayah, Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso. Karakteristik utama yang diunggulkan dari situs ini adalah keelokan kawasan Gunung Ijen yang punya formasi geologis yang unik, biologi dan budayanya.
Sementara itu Abdillah Baraas sebagai Pengurus Harian Ijen Geopark (PHIG) Banyuwangi menyebutkan pada tahap penilaian yang dilakukan UNESCO, ternyata Ijen Geopark berhasil mendapatkan nilai tinggi dengan skor 872.
“Meski demikian kami tetap harus bekerja keras melakukan pembenahan di berbagai aspek agar status UGG tetap bisa kami pertahankan pada masa revalidasi pada tahun 2026 nanti. Tentu dengan kolaborasi bersama pihak-pihak terkait,” ujarnya.
Upaya untuk mengembangkan dan mempertahankan Ijen Unesco Global Geopark, menurut Abdillah, harus dilakukan berbagai pihak. Tidak bisa dilakukan secara parsial, tapi harus ada peran dari berbagai pihak.
Di Banyuwangi, lanjut dia, program-program yang telah berjalan akan terus dilanjutkan, seperti kegiatan edukasi di sekolah-sekolah, pemberdayaan masyarakat, pelatihan geowisata, geo-produk, hingga aspek konservasi.
“Ke depan, ada beberapa hal yang akan kami tingkatkan, di antaranya transportasi publik menuju destinasi wisata dan situs geopark bagi para wisatawan. Selain pengembangan jaringan,” kata dia.
Selain Ijen Geopark, ada tiga tempat lain yang berasal dari Indonesia yang mendapatkan UGG, yakni Geopark Maros (Pangkep), Merangin (Jambi) dan Raja Ampat (Papua).
“Penyerahan sertifikat UGG dari UNESCO akan dilakukan pada September mendatang di Maroko,” kata Abdillah.
RAFIKI ANUGERAHA M