Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim
JAKARTA, jurnal9.com – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim mengatakan Asesmen Nasional (AN) berbeda dengan Ujian Nasional yang diselenggarakan di sekolah-sekolah sebelumnya. Dulu siswa bisa mendapatkan materi pelajaran UN melalui sekolah dan bimbingan belajar (bimbel).
Berbeda dengan Asesmen Nasional (AN), siswa bisa meningkatkan AKM (asesmen kompetensi minimum) dengan banyak membaca buku, majalah terkait persiapan pengganti Ujian Nasional (UN) tersebut.
“Untuk meningkatkan AKM (asesmen kompetensi minimum) dalam hal literasi, peserta AN sebaiknya membaca buku, koran, majalah sebanyak-banyaknya,” kata Nadiem dalam Rapat Komisi X DPR RI melalui keterangan tertulisnya, Senin (23/8/2021).
“Sedangkan untuk meningkatkan kompetensi numerasi, tidak ada jalan pintas selain meningkatkan kemampuan berpikir kritis murid-murid secara sistematis. Itu semua butuh proses dan memang tidak dapat dibimbelkan,” tegas Mendikbud Ristek.
Nadiem mengaku pernah mendapat laporan bahwa di sekolah meminta muridnya membeli laptop untuk latihan asesmen kompetensi minimum (AKM).
Rupanya masih banyak pihak sekolah atau para pendidik yang belum memahami asesmen kompetensi minimum terkait persiapan Asesmen Nasional.
Nadiem menjelaskan Asesmen Nasional merupakan pemetaan untuk melihat tren evaluasi pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dan Perbukuan Kemendikbud Ristek Anindito Aditomo mengatakan hal yang perlu disiapkan terkait pelaksanaan Asesmen Nasional adalah persiapan teknis. Ini yang perlu dilakukan oleh proktor, pengawas, dan dinas pendidikan.
Persiapan tersebut, kata Anindito, tidak perlu dilakukan oleh guru dan murid untuk mendapatkan skor tertinggi. “Tidak perlu untuk menyiapkan diri supaya skornya bagus,” kata Anindito.
Ia menegaskan Kemendikbud Ristek sudah menyediakan informasi terkait Asesmen Nasional itu melalui laman https://pusmenjar.kemdikbud.go.id. Dari laman ini, siswa, guru, orangtua bisa mencoba soal-soal asesmen kompetensi minimum, baik literasi maupun numerasi.
Ada lebih dari 500 soal yang disediakan untuk publik. Ada buku saku, tanya jawab, video pembelajaran, dan video mengenai protokol kesehatan.
“Semua informasi ada di laman Pusmenjar sehingga siswa tidak perlu ikut bimbel. Kalau sekadar ingin melihat contoh soal dan mengalami atau mencoba sendiri, di laman ini sudah kita sediakan secara gratis. Ini mengurangi sumber daya tambahan untuk mempersiapkan AN,” ungkap Anindito.
Dari perspektif guru dan kepala sekolah, lanjut dia, AN dapat mengurangi beban administrastif karena AN mengintegrasikan berbagai program pendataan yang sebelum ini kurang terintegrasi.
Menurut dia, sebelum AN, guru dan kepala sekolah harus mengisi berbagai borang pendataan dari pihak yang berbeda-beda, misalnya borang evaluasi diri dari LPMP, borang UN dari Balitbang, dan borang akreditasi dari BAN S/M.
“Dengan Asesmen Nasional, ketiga borang ini terintegrasi. Baik sekolah, guru, tidak perlu mengisi tiga kali. Hanya perlu mengisi satu kali saja, yaitu kuesioner asesmen nasional. Ini membuat guru dan Kepsek punya lebih banyak waktu untuk fokus ke pembelajaran,” jelas dia.
Harapannya ini, kata Anindito, menjadi pengurangan beban administratif sehingga guru dan kepala sekolah punya lebih banyak waktu untuk fokus kepada pembelajaran.
“Tidak ada keperluan sama sekali untuk menyiapkan diri (asesmen nasional) supaya skornya bagus,” ucap Anindito menambahkan.
Kemendikbud Ristek berencana melakukan asesmen nasional di daerah yang sudah diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas atau di wilayah PPKM Level 1-3.
Sesuai yang disebutkan laman Kemdikbud, Asesmen Nasional akan dilaksanakan pada September sampai dengan Oktober 2021.
RAFIKI ANUGERAHA M I MASARAAFI MEDIA