Ilustrasi virus corona
JAKARTA, jurnal9.com – Selama ini masih banyak orang yang tak mempercayai adanya virus corona. Terutama orang-orang yang tinggal di pedesaan. Seperti merebaknya kasus covid di pedesaan Kab. Bangkalan, Madura, mereka terinfeksi virus corona karena abaikan protokol kesehatan (prokes).
Kasusnya menyerang begitu cepat, padahal sebelumnya di wilayah Madura ini hampit tak terdengar ada korban akibat covid-19. Tapi setelah libur lebaran, jumlah korban langsung melonjak ada 1.754 kasus, 1.520 dinyatakan sembuh, dan 178 meninggal dunia.
Memang banyak orang yang tinggal di desa-desa Madura ini kurang peduli dengan virus corona yang membunuh jutaan orang di dunia. Mereka tak peduli karena tak percaya dengan virus yang tak kelihatan mata itu. Sehingga mereka sangat rendah kepatuhannya dalam mentaati protokol kesehatan.
Orang-orang desa di daerah lainnya, juga ada banyak yang tak mempercayai adanya virus corona. Karena mereka tak bisa melihatnya. Padahal virus corona itu ukurannya super kecil. Sehingga tak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Lalu ada orang yang membandingkan virus dan bakteri. Ukurannya lebih kecil mana. Karena kedua-duanya: virus dan bakteri, sama-sama tak kelihatan mata. Dan kedua-duanya juga hidup di dalam tubuh manusia. Dan menyerang tubuh manusia.
Lantas apa perbedaan virus dan bakteri? Seperti apa infeksi yang ditimbulkan kedua makhluk nakal yang berukuran super kecil ini.
Dua Faktor yang membedakan
Seperti dikutip dari Hallodoc, dr. Rizal Fadli menjelaskan bahwa infeksi virus dan bakteri memang berbeda. Tetapi gejala yang timbul akibat infeksi virus dan bakteri hampir mirip. Ada dua hal yang bisa membedakan antara virus dan bakteri.
- Ukuran super kecil :
Pertama, dari segi ukuran; virus merupakan mikroba yang ukurannya sangat kecil. Dan virus ini hidup dan berkembang biak dengan cara menempel pada sel inangnya. Saat masuk ke dalam tubuh, virus ini sangat jahat menyerang sel-sel tubuh inangnya, dan terus berkembang biak.
Menurut peneliti dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, menyebutkan virus itu bentuknya antara hidup dan mati. Sedangkan bakteri adalah makhluk hidup.
Lalu bagaimana dengan ukuran bakteri? Bakteri punya ukuran lebih besar dari pada virus. Dan bakteri bisa dilihat dengan mikroskop cahaya.
Berbeda dengan virus. Untuk melihat virus perlu membutuhkan mikroskop yang lebih canggih, seperti mikroskop elektron.
- Sifatnya tidak sama
Perbedaan mendasar; bakteri bersifat uniseluler, secara biologis punya dinding sel ribosom, dan bisa reproduksi sendiri.
Virus tidak memiliki sel, bentuknya antara hidup dan mati. Dan perlu diingat, virus itu menumpang pada makhluk hidup lain; yang disebut inang, termasuk manusia, untuk bisa berkembang biak. Virus menggunakan sel dalam tubuh inang untuk mereplikasi diri.
Jadi virus itu bersifat parasit, karena tidak bisa bereplikasi sendiri. Selain itu virus tidak bisa hidup di luar sel inangnya dalam waktu yang lama. Karena virus harus mencari inang untuk bisa bertahan hidup.
Sedangkan bakteri merupakan mikroorganisme yang bisa hidup di berbagai jenis lingkungan. Makanya bakteri juga ada di dalam tubuh manusia.
Tapi jangan lupa, bakteri yang ada di dalam tubuh manusia itu adalah bakteri baik. Dan berperan untuk melindungi tubuh dari bakteri patogen atau bakteri jahat. Para pakar menyebut bakteri baik itu sebagai flora normal.
Lantas seperti apa bakteri yang jahat? Bakteri yang menjadi biang keladi timbulnya infeksi dan penyakit dalam tubuh manusia itu disebut bakteri patogen. Contoh seperti tuberkulosis, radang tenggorokan, hingga infeksi saluran kemih.
Tapi kalau virus tidak ada yang baik. Semuanya jahat. Virus itu merusak, membunuh, dan mengubah sel-sel dalam tubuh manusia. Contohnya, sel hati, darah, atau saluran pernapasan.
Penyakit yang disebabkan oleh virus: seperti flu, herpes, cacar air, hepatitis B dan C, HIV serta AIDS, ebola, sampai covid-19 yang diakibatkan oleh virus corona terbaru; SARS-CoV-2.
Untuk mengatasi infeksi virus, pakar farmasi dan dokter akan memberikan obat antivirus. Namun, beberapa penyakit akibat infeksi virus ada yang bisa sembuh dengan sendirinya. Pengobatan ini hanya membantu meringankan gejala pasien. Menurut para pakar, meningkatkan daya tahan tubuh menjadi kunci utama untuk melawan virus. (tulisan bagian pertama).
ARIEF RAHMAN MEDIA