Jurnal9.com
Headline LifeStyle

Ciri-Ciri Orang yang Kecanduan Medsos, Apakah Ini Gangguan Mental?

Ilustrasi orang mengalami gangguan kesehatan mental

JAKARTA, jurnal9.com – Zaman sekarang hampir semua orang punya smartphone. Dari kemudahan smartphone ini setiap orang [pengguna] bisa akses informasi dan komunikasi melalui media sosial (medsos) dengan relasi, teman atau banyak orang di jagad maya [Facebook, Instagram, Twitter].

Memang adanya medsos memudahkan pengguna smartphone bisa bertukar informasi; berupa teks, gambar, maupun video. Keuntungan medsos bisa menjadi jembatan penghubung ke dunia luar yang lebih luas.

Kalau medsos ini dapat dimanfaatkan dalam waktu yang tepat, sesuai kebutuhan untuk menambah ilmu pengetahuan, atau mahasiswa, siswa dan guru membutuhkan data melalui sumber yang valid dan akurat, maka media ini dapat memberi kemudahan bagi setiap pengguna smartphone.

Tetapi bagi pengguna yang iseng, hanya untuk chat yang bersifat mudharat. Bisa saja dari usia anak remaja, bahkan usia emak-emak sampai babe-babe, terbawa kondisi di luar kontrol yang baik. Sehingga bisa membuat kecanduan yang menyebabkan gangguan kesehatan mental.

Ini bisa dilihat dalam beberapa penelitian menyebutkan orang yang kecanduan medsos [terutama facebook] berdampak pada gangguan psikologis, gangguan kesehatan mental. Karena mereka kebanyakan di luar kontrol, waktunya banyak dihabiskan untuk mengakses medsos. Ini yang menyebabkan tidak produktif dalam bekerja, dan mengganggu kehidupannya.

Psikiater dr Suzy Yusna Dewi, SpKJ(K), menyebutnya orang-orang yang sudah di luar kontrol dalam menggunakan medsos akan berdampak pada kondisi Fear of Missing Out (FOMO)

“Seorang pekerja yang biasanya punya waktu leluasa dalam menjalankan pekerjaannya, seperti guru atau pekerja part time. Kadang saat rehat, muridnya mengerjakan pelajaran, gurunya pegang handphone duduk di muka, mengecek chat atau facebook, ini menunjukkan orang ini tengah kecanduan,” kata dr Suzy.

“Padahal sedang mengajar, tapi keinginan hatinya tak bisa dibendung untuk melakukan chatting. Rasanya seperti nggak enak kalau tidak chatting. Apalagi kalau sudah ada hubungan hati dengan pacarnya. Ini bagi guru yang tak punya suami. Perilaku ini perlu diwaspadai sebagai gejala kecanduan medsos; orang yang sudah terganggu kesehatan mentalnya,” lanjut dia.

Menurut dr Suzy, kecanduan medsos yang sering tak disadari, ketika melihat temannya mengunggah atau melakukan chat sesuatu. Hatinya ikut bergejolak untuk ikut mengunggah atau melakukan chat seketika. “Ini juga menjadi tanda orang tersebut sudah kecanduan medsos,” cetusnya.

Efek buruk dari orang yang kecanduan medsos ini, kata dia, ada sebagian sampai menarik diri dari pergaulan orang yang bukan yang disenangi.

“Jadi, mereka lebih  perhatian dengan orang-orang yang sama-sama kelompok mainnya di medsos. Kalau tidak sejalan dengan pikirannya yang sama-sama suka chat di medsos, dia menarik diri dari pergaulan yang bukan kelompoknya. Ini efek buruk dalam psikologis pengguna medsos yang sudah kecanduan. Karena sudah tak bisa kontrol dirinya,” ungkap dr Suzy.

Baca lagi  Ancaman Mental dan Bunuh Diri Akibat Kehilangan Pekerjaan Saat Pandemi Corona

“Orang yang kecanduan media sosial, meski dirinya tetp bersosialisasi lewat internet, tetapi kalau tidak bergaul di dunia nyata, maka orang tersebut tidak bisa dibilang sehat,” tegasnya.

Seorang psikolog klinis, Anna Surti Ariani M.Psi juga memberikan pendapatnya. “Jika seseorang merasa gelisah atau tidak enak, kalau tidak mengecek chat atau foto-foto yang diunggahnya di facabook atau Instagram, ini juga menjadi tanda-tanda orang tersebut sudah kecanduan medsos. Sudah terganggu kesehatan mentalnya,” ungkap dia.

“Perilaku senang pamer foto di facebook atau instagram adalah hal yang biasa saja. Tapi dianggap punya kelainan gangguan mental kalau tidak melakukannya. Biasanya ada perasaan gelisah, pusing atau merasa tidak enak,” tutur Anna.

“Atau merasa cemas ketika ponselnya ketinggalan di rumah tak dibawa saat pergi bekerja. Perasaan cemas yang berlebihan ini juga merupakan salah satu tanda orang yang kecanduan medsos,” tegasnya lagi.

Dokter jiwa dari universitas Katolik Atma Jaya Jakarta Dr dr Irmansyah, SpKJ(K) menyebut tingkat keterikatan dan ketergantungan seseorang dengan media sosial akan menentukan sikap dirinya.

“Beberapa orang punya keterikatan dan ketergantungan tinggi pada sosmed, tentu ini akan menjadi masalah dalam jiwanya. Bisa ‘down’. Mereka seperti kehilangan sesuatu,” ujarnya.

“Seseorang rentan mengalami kecanduan media sosial jika penggunaannya tak kenal waktu (misalnya kecanduan facebook). Kriteria kecanduan seperti, penggunaan media sosial membuat seseorang mengabaikan kehidupan pribadi dan mempengaruhi suasana hati (seperti cemas dan gelisah saat berhenti menggunakannya),” ungkap dia.

Dia mengutip data medsos; disebutkan meski seseorang punya jumlah followers banyak di medsos, ternyata tidak menjamin bisa merasa bahagia.

Sebab kalau melihat studi dari ahli antropologi dan psikologi asal Inggris, R.I.M Dunbar, ternyata otak manusia terbatas dalam menangani banyaknya teman. Hanya dengan interaksi sosial lewat tatap muka langsung yang bisa menjaga pertemanan yang jujur dan baik dalam hubungannya.

Studi dari Universitas Palo Alto, Amerika Serikat (AS) pada Oktober 2014 menyebutkan seseorang pegiat medsos, perasaannya yang kurang bahagia, bisa berujung pada kecemasan dan depresi.

Studi yang dipublikasikan dalam International Journal of Mental Health and Addiction telah menganalisis pengaruh media sosial terhadap kesehatan mental seseorang. Hasilnya ada sekitar 9 persen; orang yang sering menggunakan media sosial bisa menyebabkan depresi.

Selain kesehatan mental, penggunaan media sosial secara berlebihan bisa mempengaruhi kesehatan fisik. Di antaranya membuat seseorang sulit tidur hingga mengalami insomnia. Ini disebabkan cahaya gadget menghambat produksi melatonin, yaitu hormon tubuh yang berfungsi sebagai penanda waktu tidur dan menimbulkan rasa kantuk.

ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

Ganjar Pranowo Resmi Jadi Capres PDIP

adminJ9

Cara Menjaga Kesehatan Jantung Sehari-hari

adminJ9

UU Cipta Kerja Inkonstitusional Bersyarat itu Masih Memiliki Kepastian Hukum

adminJ9