Jurnal9.com
Headline News

Perseteruan Muhaimin dan Keluarga Gus Dur Tak Mau Berdamai, Sampai Kapan Dendam?

Yenny Wahid dan Muhaimin Iskandar (kolase foto)

JAKARTA, jurnal9.com – Beberapa hari terakhir ini perseteruan lama antara keluarga mendiang KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) muncul lagi. Dan terus memanas. Padahal keduanya masih memiliki hubungan darah dari KH Bisri Syansuri.

KH Bisri Syansuri, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) ini  punya putri: Nyai Sholihah dan Mu’asomah. Salah satu putrinya ini, Mu’asomah menikah dengan KH Hasbullah Salim. Kemudian pasangan ini memiliki dua anak putri, salah satunya Muhassonah.

Muhassonah kemudian menikah dengan KH Muhammad Iskandar, yaitu orang tua kandung dari Cak Imin.

Gus Dur sendiri masih cucu dari KH Bisri Syansuri. Sedangkan Cak Imin sebagai cicit dari pendiri NU tersebut. Jadi kalau melihat hubungan darah ini Muhaimin masih keponakan Gus Dur.

Herannya, paman dan keponakannya ini terjadi perseteruan yang sudah berlangsung cukup lama. Mereka seperti tak pernah mau berdamai. Dan tak ada akurnya. Setiap menjelang Pemilu. Keduanya selalu muncul dengan pertengkaran; saling menyindir, saling menghasut, saling menuduh: mengkudeta. Dan ini menimbulkan dendam yang berkepanjangan sampai sekarang.

Memang sangat disayangkan, keluarga tokoh sebesar Gus Dur dan Muhaimin yang sudah demikian tinggi pemahaman agamanya, kok tidak mampu menguasai dirinya; untuk menahan amarahnya, tidak saling dendam.

Mereka melupakan pesan nabi Muhammad: “Laisas syadiid bissor’ati innamaas syadiidal ladzii yamliku nafsahu I’ndal ngodobbi.”

“Orang yang kuat, bukan orang yang mengalahkan dengan kekuatannya. Orang kuat adalah yang mampu menahan dirinya saat marah.”

Dalam Alquran surat Fusshilat: 34-35 disebutkan: “Dan tidaklah sama; kebaikan dan kejahatan. Tolaklah [kejahatan] itu dengan cara yang lebih baik. Jika di antara kamu dan dia ada permusuhan. [beranggapan baik saja] seolah menjadi teman yang sangat setia. Dan sifat-sifat yang baik itu dianugerahkan kepada orang-orang yang sabar. Tidak dianugerahkan kepada orang-orang yang punya keuntungan besar.”

Memaafkan kesalahan orang lain lebih mulia ketimbang membalasnya dengan saling mendendam. Ini tidak mencerminkan seperti yang diperintahkan dalam Alquran:

“Dan orang-orang yang mampu menahan amarahnya. Dan memaafkan [kesalahan] orang lain. Allah menyukai orang-orang yang baik [pemaaf].” (Ali Imran: 134).

Banyak orang awam [terutama kalangan anak muda] yang tak bersimpati jika ada seorang tokoh agama yang omongannya tidak sesuai dengan perbuatannya. Dianggap memalukan. Dan kesalnya orang awam itu lebih banyak dilampiaskan dari mulut ke mulut. Daripada mereka yang berani mengkritiknya lewat media sosial.

Dikutip dari NU Online, saat membahas perselisihan tentang pribadi kiai, dalam grup whatsapp (WA) di kalangan nadliyin, ada anak muda mengkritik kiai. Lalu anak muda itu dibentak oleh seorang di grup WA tersebut. .”Kamu itu siapa kok berani mengkritik kiai?,” bentaknya.

Lalu muncul postingan, “Bukan level kita membicarakan [bersifat kritik] tentang pribadi seorang kiai. Itu su’ul adab. Artinya figur kiai itu tak boleh dikritik,” jawab pengirim WA yang membentak tadi.

Kemudian ada WA lain agak sedikit berani membuka soal kritik pada kiai ini.  “Kiai itu juga manusia. Dan tidak bersifat ma’sum.” tulis pesan dalam WA itu.

“Boleh saja dikritik. Kalau kita paham, misal ada kiai menghina, dan menghasut kiai lain. Ini kan perbuatan yang tidak terpuji. Perbuatan melawan hukum yang menyebabkan orang lain (kiai) dilanggar hak-hak pribadinya,” lanjut dari WA itu.

Perbuatan tokoh agama atau kiai yang saling dendam itu jadi bahan olokan. Ini terjadi dalam obrolan kalangan anak muda di warung kopi. “Bukan pejabat saja. Kiai juga rebutan soal kekuasaan,” ucap salah satu anak muda itu mengingatkan keluarga kiai yang suka nyinyir. Ini maksudnya menyinggung perselisihan antara keluarga Gus Dur dengan Muhaimin.

Ketika Muhaimin ditanya wartawan soal kudeta yang ditujukan ke dirinya. Ketua Umum PKB itu melakukan pembelaan. Dia mengatakan dirinya tidak ada niat untuk dendam, “Justru saya selalu mendapat tuduhan: saya yang berkhianat. Saya dianggap mengkudeta Gus Dur. Itu sama sekali tidak beralasan. Tetapi ada juga yang bilang saya yang dikudeta,” ucap Muhaimin dalam acara narasi Mata Najwa, beberapa waktu lalu.

Baca lagi  Hasil Survei SMRC: Elektabilitas Muhaimin Iskandar Mengungguli Khofifah dalam Pilpres 2024

“Saya justru dikudeta oleh Yenny dan Ali Masykur dari kepengurusan PKB. Ini yang benar.  Karena orang-orangnya Gus Dur memberhentikan saya. Kemudian saya dengan ikhlas berhenti dari Ketum. Saya non-aktif,” tegas Muhaimin.

Ini kronologinya  

Pertengkaran keluarga Gus Dur dengan Muhaimin itu dipicu karena adanya konflik di tubuh PKB. Mereka saling berebut untuk mengambil kekuasaan di pucuk pimpinan PKB. Dan konflik ini terjadi pada 2005 sampai 2008.

Perselisihan antara Cak Imin dan Gus Dur di PKB ini dimulai selepas Muktamar 2005. Saat itu Muhaimin terpilih menjadi Ketua Umum PKB melalui muktamar.

Gus Dur ditetapkan menjadi Ketua Dewan Syura PKB. Ternyata sejak muktamar itu muncul dua kubu dalam internal PKB, yaitu kubu Gus Dur dan kubu Muhaimin. Kemudian pada Maret 2008, muncul kubu Muhaimin yang berupaya untuk melengserkan Gus Dur dari Ketua Dewan Syura PKB melalui muktamar Luar Biasa (MLB).

Kemudian dalam rapat gabungan DPP PKB pada 26 Maret 2008 memutuskan untuk mencopot Muhaimin dari posisi Ketua Umum Dewan Tanfidz PKB.

Dari 30 orang yang hadir dalam rapat gabungan itu, 20 orang di antaranya memilih opsi agar Muhaimin mundur atau dipecat. Lalu lima orang mendukung supaya digelar MLB, dan ada tiga suara yang menolak MLB. Dan dua orang menyatakan abstain. Dalam pemungutan suara itu, Gus Dur, Muhaimin dan Machfud MD tidak mendapat hak suara.

Tetapi Muhaimin tidak terima dengan keputusan dirinya dipecat. Lalu ia mengajukan gugatan kepada Gus Dur ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas keputusan pemecatannya.

Bukan Muhaimin saja yang dipecat. Tapi Lukman Edy yang menjabat Sekretaris Jenderal PKB juga dipecat.

Muhaimin dan Lukman Edy menggugat Gus Dur karena pemecatannya. Mereka menggugat Gus Dur dengan alasan merangkap jabatan. Kemudian PKB pimpinan Gus Dur menggelar MLB di Ponpes Al-Asshriyyah, Parung, Kabupaten Bogor, pada 30 April sampai 1 Mei 2008.

MLB itu menghasilkan keputusan Gus Dur sebagai Ketua Umum Dewan Syuro PKB. Sedangkan Ali Masykur Musa menggantikan Muhaimin sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz, dan Yenny Wahid (anak sulung Gus Dur) menggantikan Lukman Edy sebagai Sekjen.

Setelah MLB yang memenangkan kubu Gus Dur itu, Muhaimin kemudian juga menggelar MLB di Hotel Mercure Ancol pada 2 sampai 4 Mei 2008. Dan hasil MLB itu memutuskan kalau Muhaimin menjadi Ketua Umum PKB. Lalu menetapkan KH Aziz Mansyur sebagai Ketua Dewan Syuro, dan Lukman Edy sebagai Sekjen.

Meski muncul dua kubu PKB: Gus Dur dan Muhaimin. Tapi kedua kubu PKB ini tetap lolos sebagai partai peserta Pemilu 2009. Proses pendaftaran calon anggota legislatif (caleg) kedua kubu pun terpisah. PKB Gus Dur membuka pendaftaran caleg di kantor DPP PKB di Kalibata, Jakarta Selatan. Sedangkan PKB Muhaimin membuka pendaftaran caleg di kantor Lembaga Pemenangan Pemilu PKB.

Dan kedua kubu PKB itu terus saling menggugat ke pengadilan. Sampai pada keputusannya, pada 19 Juli 2008, Mahkamah Agung telah memutuskan menolak permohonan kasasi PKB Gus Dur.

Dalam putusan kasasi bernomor 441/kasus kasasi/Pdt/2008 itu, MA memutuskan struktur kepengurusan PKB kembali ke hasil Muktamar Semarang 2005. Gus Dur tetap sebagai Ketua Umum Dewan Syura, dan Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz.

Tetapi saat proses pendaftaran dalam Pemilu, PKB terancam tidak sah karena pergantian posisi ketua umum dianggap tidak sah. “Karena harus daftar ke KPU. Maka  yang sah di KPU adalah tanda tangan saya sebagai Ketum dan Yenny sebagai Sekjen. Maka dititiktemukan supaya disuruh daftar, itu tidak mau dan tidak bisa terjadi,” sambung dia.

Supaya PKB bisa ikut dalam Pemilu, kata Cak Imin, harus dengan cara itu. Dia tetap menjabat sebagai Ketua Umum PKB.  Sehingga PKB kubu Gus Dur akhirnya tersingkir.

GEMAYUDHA M  I  ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

Presiden Jokowi Hadiri Pembukaan Konferensi Besar XXIII GP Ansor 2020

adminJ9

Polisi Ditabrak di Blok M, Analisis Teori Perilaku

adminJ9

ICW: 51 Pegawai KPK Dipecat, Langgar Putusan MK

adminJ9