Jurnal9.com
Headline IT

Siber Gencar Serang Pelaku Bisnis di Australia

Ransomware bisa menginfeksi komputer melalaui email. Virus ini mencuri arsip dan file komputer  (Ilustrasi ABC)

MELBOURNE, jurnal9.com – Serangan dunia maya terhadap bisnis di Australia dalam beberapa minggu terakhir makin gencar, sehingga pelaku usaha yang menjadi target kelompok peretas itu merasa resah.

Seperti dikutip ABC,  para ahli mengatakan serangan cyber semakin canggih, dengan keyboard sederhana dapat mendatangkan malapetaka. Contoh kasus terbaru, BlueScope dan MyBudget yang mengkonfirmasi bahwa mereka telah mengalami serangan dunia maya.

Serangan itu selalu dikaitkan dengan ransomware. Kelompok peretas itu menyerang mencuri data dan menguncinya, sehingga korban tidak dapat mengaksesnya. Bahkan penyerang dapat mencegah seseorang menggunakan komputer, kecuali mereka terpaksa membayar tebusan ribuan dolar ke peretas untuk mendapatkan kembali file di komputer yang disandera virus ransomware.

Virus ransomware yang muncul sejak 2015 itu sudah memakan banyak korban dari kalangan bisnis. Virus ini membajak arsip dan file komputer.  Dan kelompok peretas yang mengendalikan dari jarak jauh meminta tebusan jika mereka  ingin dikembalikan file dan arsip yang dicuri.

Bahkan virus ini bisa menginfeksi komputer warga Australia melalui email. Virus ini menyasar file dan foto-foto korban yang menjadi target serangan para peretas.

Tom Uren, seorang pakar cyber dari Australian Strategic Policy Institute, mengatakan serangan menggunakan ransomware lebih sering terjadi. Karena itu ia mengingatkan para pelaku bisnis untuk lebih meningkatkan keamanan data dalam file atau arsip mereka.

“Ada sejumlah kelompok kriminal yang spesialisasi dalam jenis operasi ini. Saya pikir tidak mungkin mereka terhubungi,” ungkapnya.

Menurut Uren, mereka adalah penjahat yang canggih dengan meretas ke dalam sistem komputer. Dan para pakar cyber sudah lama menyerukan ke pemilik bisnis untuk lebih fokus pada perlindungan online.

“Cara peretas ini beroperasi dengan menawarkan harga tebusan lebih murah daripada biaya memperbaiki keadaan (file) komputernya,” cetusnya.

Baca lagi  Hasil Penelitian: Masa Inkubasi Varian Omicron Ternyata Lebih Singkat, Cuma 3 Hari

Melihat makin maraknya serangan dunia maya itu, Uren mengingatkan serangan online memiliki implikasi nyata. Contoh serangan dunia maya yang menimpa BlueScope telah memaksa perusahaan itu mengubah sistem operasi dari jaringan internet kembali ke cara manual.

“Beberapa waktu lalu, data yang digunakan perusahaan, lalu dicuri oleh para peretas, perusahaan tidak pernah melaporkan kehilangan datanya. Mungkin saat itu dianggap tidak penting. Tapi yang terjadi sekarang, harga saham perusahaan mengalami gangguan pada manufaktur mereka. Sehingga tidak ada pilihan untuk melaporkannya, jika (perusahaan) mereka terdaftar secara publik,” papar Uren.

Ransomware  pernah melakukan serangan pada komputer Cadbury sejak 2017 dengan mengenkripsi data. Kelompok peretas ini menolak mengembalikan data, file atau arsip kecuali harus menebusnya untuk mendapatkan kembali data-datanya.

Alat ransomware ini dikenal sebagai mailto yang digunakan untuk menyerang melalui email phishing untuk masuk ke sistem.

Perusahaan Cadbury ini pada bulan lalu diretas lagi lewat ransomware yang dikenal sebagai Nefilim. Sehingga memaksa perusahaan ini mematikan sistem IT yang digunakan selama ini. “Dalam kasus serangan yang baru ini mereka (kelompok peretas) mengancam  akan mempublikasikan secara rinci data perusahaan,” ungka Thomas Knudsen, Managing Director Toll Group.

Ransomware juga mengakibatkan perusahaan manajemen uang MyBudget terpaksa menutup sistemnya sementara.

Di New South Wales juga terjadi, kelompok peretas ini mengakses akun email para pekerja dan mencuri informasi pelanggan. Dan belum diketahui apakah aktor negara atau kelompok kriminal  ini bertanggung jawab.

Pusat Keamanan Dunia Maya Australia telah mencatat bahwa ‘aktor-aktor’ ini secara aktif mulai menargetkan organisasi sektor kesehatan dan fasilitas penelitian medis. “Sektor Kesehatan telah memastikan bahwa jaringan mereka sudah dilindungi dari pelaku cyber yang jahat,” kata ACSC dalam sebuah pernyataannya.

ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

Tanah Pulau Rempang Milik Siapa? Penduduk Asli Kok Digusur

adminJ9

Subsidi Upah Pemerintah Australia untuk Pelaku Usaha yang Terkena Dampak Corona

adminJ9

Web 3.0, Metaverse dan Ransomware Masih Mendominasi Tren Teknologi 2022

adminJ9