Jurnal9.com
HeadlineInspiration

Amalan pada Malam Nisfu Sya’ban Termasuk Bid’ah? Ini Penjelasan Gus Baha

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab dipanggil Gus Baha

Gus Baha menyebutkan banyak amalan Nisfu Sya’ban yang tidak berdasar hadist sahih.

JAKARTA, jurnal9.com – KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab dipanggil Gus Baha ini dalam kajian rutin kitab Hikam, menyinggung pendapat sebagian ulama yang menyatakan amalan; seperti shalat pada malam Nisfu Sya’ban termasuk bid’ah.

“Tapi selama shalat di luar waktu yang dilarang itu, kalau diakhiri dengan lillahi ta’ala, saya kira baik-baik saja,” kata Gus Baha yang ditayangkan di beberapa channel video dari Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA, di Desa Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah.

“Persoalannya karena ada amalan-amalan yang terkait dengan waktu Nisfu Sya’ban, Padahal itu kan hanya penamaan saja. Cuma hakikatnya saat kita shalat kan lillahi ta’ala. Jadi menurut saya itu tidak masalah,” tegas Gus Baha pada Selasa (7/3/2023).

Memang sebagian ulama sejak era Imam Syafii dan Imam Hambali ada banyak pendapat yang berselisih paham soal amalan terkait waktu Nisfu Sya’ban ini. Bisa anda simak beberapa pendapat berikut ini:

Imam Al-Fatany, kata Gus Baha, menyebutkan dalam ‘Tazkiratul Mau’dhu’aat’, bahwa di antara perbuatan bid’ah pada malam Nisfhu Sya’ban, yaitu shalat Alfiyah seratus rakaat. Lalu membaca surat Al-Ikhlas sepuluh secara berjamaah.

“Menurut  Al-Iraqi, hadist yang menjelaskan tentang shalat pada malam Nisfu Sya’ban adalah batil. Hal itu diriwayatkan Ibnu Al-Jauzi dalam kitab Al-Maudhu’at, bab tentang hadist shalat dan doa pada malam Nisfu Sya’ban,

Jika datang malam Nisfu Sya’ban, dirikan shalat di malam harinya. Dan berpuasalah di siang harinya.” [Hadist diriwayatkan Ibnu Majah dari Ali].

Kemudian Mahsyiah menyebutkan dalam kitab Az-Zawaid kalau itu sanadnya dha’if, karena Ibnu Abi Busrah dianggap lemah.

Malah Ahmad dan Ibnu Ma’in menganggap dia itu memalsukan hadist yang menyebutkan shalat enam rakaat pada malam Nisfhu Sya’ban dengan niat menolak bencana, panjang usia dan berkecukupan [ekonomi]. Lalu membaca surat Yasin dan berdoa di sela-selanya.

Dan menganggap itu perkara yang diada-adakan dalam agama. Ini bertentangan dengan sunah Rasul.

Di sisi lain, Gus Baha menjelaskan tentang bid’ah sebagaimana disebutkan dalam hadist. Kata Nabi “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami (urusan agama) yang tidak ada asalnya (dasarnya dalam agama), maka perkara tersebut ditolak” (HR Bukhari no. 2697 dan Muslim no 1718)

Karena itu, menurut Gus Baha, Rasulullah SAW mengingatkan agar kita berhati-hati dengan hal-hal yang baru menyangkut ajaran agama.

Baca lagi  Bill Gates Prediksi Kondisi Dunia akan Mulai Normal Tahun 2021

Kemudian Rasulullah mengatakan “Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan. Setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah.  Dan setiap bid’ah itu adalah perbuatan sesat. Dan setiap kesesatan itu tempatnya di neraka” (HR An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)

Gus Baha mengatakan pada era ulama Imam Syafii, Imam Hambali, pernah membahas pengertian definisi bid’ah. Dalam pembahasan itu, lalu ada dua kategori bid’ah, yaitu bid’ah hasanah dan bid’ah sayyi’ah (dholalah).

Kemudian Imam Syafi’i menyebutkan: الْبِدْعَة بِدْعَتَانِ : مَحْمُودَة وَمَذْمُومَة ، فَمَا وَافَقَ السُّنَّة فَهُوَ مَحْمُود وَمَا خَالَفَهَا فَهُوَ مَذْمُوم

Ada bid’ah terpuji dan bid’ah tercela. Kalau bid’ah yang sesuai dengan sunnah Rasul berarti terpuji. Dan bid’ah yang bertentangan dengan Nabi disebut bid’ah tercela (dholalah).

Lalu apakah shalat Nisfu Sya’ban termasuk bid’ah?

Gus Baha menegaskan selama shalat itu dilakukan lillahi taala, dan dilakukan tidak pada waktu yang dilarang shalat, maka hal itu menjadi amalan yang baik.

Pernyataan Gus Baha ini menanggapi banyaknya pendapat yang menyatakan bahwa banyak amalan Nisfu Sya’ban yang tidak berdasar hadist sahih.

Tapi Gus Baha menyatakan tidak sedikit ulama yang menganggap tindakan menghidupkan malam Nisfuh Sya’ban  ini sebagai amalan bid’ah.

Seperti diungkapkan Asy-Syatibi yang menganggap berpuasa pada hari Nishfu Sya’ban dan shalat malam pada malam harinya adalah bid’ah.” [Al-I’tisham, 1/37-39].

Kemuliaan Nisfu Sya’ban

Sementara itu pendapat pengasuh Ponpes As-Shidqu, Desa Sampora, Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Habib Quraisy Baharun menyebutkan “Malam Nisfu Sya’ban merupakan malam, di mana Allah akan merubah takdir mereka yang mau mendekat pada-Nya untuk satu tahun kedepan.”

“Selama nisfu Sya’ban, matikan alat teknologi yang kurang bermanfaat, diganti dengan bertasbih dengan istiqamah. Lakukan taqorrub pada Allah dengan mengaji, berdzikir dan melakukan amalan baik,” ujarnya.

“Hamba Allah tidak akan dirubah nasibnya oleh Allah bagi mereka yang menyia-nyiakan waktunya tanpa taqorrub pada Allah saat malam Nisfu Sya’ban,” kata Habib Quraisy.

Dia meyakinkan pada jamaah yang mengikuti pengajiannya, bahwa Allah akan merubah, dan memperbaiki derajat orang-orang yang menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan takdir yang lebih baik daripada sebelumnya.

Itulah kemuliaan malam Nisfu Sya’ban.

ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

Kalau Anggap Dewas KPK Tak Punya Kewenangan Copot Firli, Tumpak Mundur Saja

adminJ9

Istri Rafael Alun Tak Punya NIK Agar Tak Terdeteksi Pergerakan Uangnya?

adminJ9

Pemerintah Ngotot Mau Gusur Penduduk Asli Pulau Rempang Demi Kepentingan Investor

adminJ9

Leave a Comment