Aktivitas pekerja di Intergra Indocabinet
SURABAYA, jurnal9.com – Produsen produk kayu furniture PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) pada 2022 telah meraih penjualan sebesar Rp 4,5 triliun terkoreksi sebesar 16,4% atau mengalami penurunan.
“Penurunan ini terjadi disebabkan adanya oversupply untuk produk building component dari Amerika Serikat (AS),” kata Direktur Integra Indocabinet, Wang Sutrisno dalam paparan Public Expose 2023, Jumat (15/6/2023).
Namun dari segmentasi pendapatan perseroan pada 2022, kata dia, building component mencapai senilai Rp 2,6 triliun terkoreksi sebesar 26,52%. Tetapi penjualan segmen furniture ekspor senilai Rp 1,7 triliun, dan ini masih tumbuh sebesar 3,3% YoY.
Komponen pendapatan ekspor sebesar Rp 4,3 triliun merupakan 95% dari total penjualan pada 2022.
Namun pada kuartal I/2023, kata dia, penjualan perseroan mengalami kenaikan tipis dan berhasil mencetak laba bersih sebesar 593,8%.
Pertumbuhan tersebut didukung oleh permintaan pasar AS yang semakin menguat untuk building component 58,1%. “Amerika Serikat menjadikan produk asal Indonesia sebagai substitusi produk dari China seiring adanya perang dagang,” kata Wang.
Beruntung, sebagian besar material produk furniture dan building component WOOD ini, lanjut dia, diperoleh dari dalam negeri. “Karena WOOD sendiri memiliki dua konsesi hutan seluas 163.425 hektar (Ha) dengan kuota produksi 90.000 meter kubik per tahun. Jadi WOOD tidak ada masalah yang berkaitan dengan suplai produk hilir kayu,” jelas Wang lagi.
Menurut dia, pasar AS pelan, tapi pasti sudah mulai membaik. Terutama untuk permintaan building component. Penjualannya mampu melesat 58,1% pada kuartal IV/2022 ke kuartal I/2023.
“Secara kuartalan, penjualan kami berhasil naik tipis. Dan kami mampu mencetak pertumbuhan laba bersih 593,8% quarter on quarter (QoQ),” kata Wang menegaskan lagi.
Dia memperkirakan penjualan dan laba bersih perseroan akan meningkat sekitar 10 persen pada 2023 ini. “Amerika Serikat tetap menjadi tujuan ekspor utama, meski saat ini negara tersebut masih dilanda ketidakpastian ekonomi,” ucapnya.
“Sebab Amerika Serikat merupakan importir furnitur dan building component terbesar di dunia. Bahkan pangsa pasarnya untuk kedua produk tersebut jauh lebih besar dibandingkan gabungan antara pasar Eropa dan Asia,” ungkap Wang.
Dia mengaku kontribusi produk furnitur Indonesia ke pasar AS terbilang relatif kecil sekitar 5 persen. Ini masih kalah dibandingkan Malaysia yang kontribusinya mencapai 7-8 persen. “Dan ini masih sangat besar potensi pasarnya. WOOD masih bisa memaksimalkan,” ujarnya.
Penjualan perseroan 2023 sebesar Rp 633 miliar terkoreksi sebesar 16,4% YoY.
Kemudian per 31 Maret 2023, perseroan mencatat laba bersih Rp 25,82 miliar. Mengalami penurunan tajam 87 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 206,61 miliar.
Penurunan laba itu menyusul penjualan bersih Rp 633,41 miliar atau anjlok 68 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,97 triliun. Beban pokok penjualan Rp 435,41 miliar atau anjlok 67 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,31 triliun.
Laba kotor Rp 198,00 miliar atau anjlok 70 persen dari posisi yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 660,71 miliar.
Namun perseroan, kata Wang, terus berupaya memperbaiki kinerja keuangannya pada 2023 ini. Emiten yang memproduksi building component ini tetap fokus memasarkan produknya ke Amerika Serikat.
Ketidakpastian ekonomi yang melanda banyak negara saat ini berdampak pada kinerja WOOD. Sebab sekitar 85 – 90 persen penjualan furnitur dan building component produk WOOD ke pasar ekspor, sebagian besar ke AS.
AMRULLAH I ARIEF RAHMAN MEDIA