Namanya BRA Putri Woelan Sari Dewi. Dia adalah anak pertama Mahamenteri Keraton Kasunanan Surakarta KGPHPA Tedjwowulan.
Mengejutkan memang yang dilakukan Sari Dewi panggilan akrab cucu Paku Buwono XII ini. Sebab selama ini panggung politik jauh dari kegiatan putri keturunan ningrat ini.
Namun kemarin tiba-tiba saja dia muncul di markas Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Solo. Maksudnya tiada lain meramaikan bursa calon walikota Solo pada 9 Desember 2020 mendatang.
Itu akan dilakukan putri Kasunanan Surakarta Hadiningrat ini jika PKS Solo mendukung Sari Dewi. Sedangkan lawan politik yang bakal dihadapi wanita cantik ini adalah putra Presiden Joko Widodo (Jokowi) Gibran Rakabuming Raka. Calon yang banyak diunggulkan akan memenangkan perebutan kursi walikota Solo.
Meski majunya Gibran didukung partai PDI-P serta menghadirkan kontroversi, namun kehadiran Sari Dewi membuat sontak masyarakat Solo terhenyak. Sebab nama orang Solo yang selama dinilai sebagai penghalang adalah Syaelwndra atau Sayuh yang juga berdarah ningrat.
Dialah pilihan Keraton Solo, seperti disampaikan rakyat Solo. Sedikitnya harapan sebagian masyarakat kota dilimpahkan kepada Sayuh menjadi pesaing Gibran yang diusung PDI-P sebagai partai pemenang Pemilu Indonesia.
Ada penilaian masyarakat Solo, munculnya Sari Dewi dalam perpolitikan Solo. Dia hanya dipropimorsikan untuk memecah suara, dengan catatan Sayuh tetap didukung keraton.
Asumsi kemudian bergerak pada jalur riil bahwa mencuatnya nama Sari Dewi, disebabkan PKS yang mengusung Sari Dewi, adalah satu-satunya partai yang tidak memberikan dukungan bagi pencalonan Gibran. Jelas sudah dunia perpolitikan yang bergema di Solo.
Lalu, apakah kegiatan Sari Dewi selama ini ? Inilah yang perlu diketahui masyarakat Solo. Penjelasan yang dilontarkan Sari Dewi sangat logis dalam aktivitas apapun. Dia dikenal dekat dengan masyarakat Solo.
Berbagai kesibukan organisasi profesi juga menjadi aktvitasnya. Namun bagian kesibukan itu hanya untuk kegiatsn solidaritas saja. Kata-kata yang tepat Sari Dewi mungkin adalah sosialita.
Idealnya, kata dia, dalam setiap pemilihan, ada pasangan calon (paslon) guna mendukung idealisme pesta demokrasi di Solo untuk memilih walikota. Jika ada perubahan dalam pemilihan walikota Solo, dinilainya sebagai dinamisasi.
Itulah alasan Sari Dewi sehingga bersedia menjadi pesaing kuat atasnama Gibran Rakabuming Raka. Dengan asumsi jika Sayuh benar-benar tampil menjadi seteru. Harus diingat bahwa dinamisasi adalah sesuatu yang wajar dalam perebutan kursi.
“Pasti ada yang pro-kontra dengan berbagai alasan. Kami mengakomodasi masyarakat yang menghendaki tidak hanya satu atau dua paslon. Kontestasi demokrasi yang baik dan sehat ya ada beberapa calon,” jelas Sari Dewi kepada Solopos.com.
Sari Dewi menyatakan pembicaraan dengan PKS belum mengarah kepada dirinya sebagai figur calon walikota-calon wakil walikota (Cawali-Cawawali) Solo. Dalam menentukan figur cawali-cawawali ada mekanisme yang harus dilalui, rembuk semua parpol.
Ada kekhawatiran terhadap dinamika politik. Salah satu calon yang harus manut dengan keputusan PDI-P, Achmad Purnomo. Dia khawatir pendukung-pendukungnya belum bisa menerima alasan ini. “Tapi, mudah-mudahan mereka seperti saya, bisa menerima realita,” ucap Purnomo (PDI-P) yang sebelunnya mencalonkan diri jadi walikota Solo.
Aktivitas BRA Woelan Sari Dewi lebih banyak untuk konsultasi hukum, khususnya UMKM yang tengah mengalami kendala. Konsultasi bahkan dibukanya gratis. Dia memang keturunan ningrat atau berdarah biru, akan tetapi juga merakyat.
Sarjana hukum diraihnya di Universitas Satya Wacana Salatiga, sedangkan S2 (Magister) diraih Sari Dewi di Universitas Diponegoro Semarang.
Sebelumnya diketahui dia mendatangi markas PDI-P Solo untuk mau mendampingi Gibran sebagai calon walikota dengan dukungan Gerindra. Beberapa waktu kemudian, Sari Dewi berubah arah menjadi saingan Gibran.
MULIA GINTING