Ilustrasi cacing yang kaya gizi
Peneliti menyarankan agar telur-telur serangga ini bisa diternakkan. Karena serangga ini kaya protein, nutrisi, kalium, magnesium, dan asam lemak. Bahkan kandungannya tiga kali lebih banyak daripada omega-3 di ikan salmon.
Makanan dari tumbuhan, seperti buah-buahan, sayuran, daging merah, ikan dan telur. yang biasa dikonsumsi manusia, akan tergerus dampak lingkungan yang tak stabil.
LONDON, jurnal9.com – Astaga!, hasil penelitian Centre for the Study of Existential Risk (CSER) at the University of Cambridge, Inggris, menyebutkan di waktu mendatang manusia harus makan cacing atau ulat agar tidak kekurangan gizi.
Cacing dan ulat ini disebut sebagai ‘superfood’. Karena tergolong makanan sehat dan kaya protein.
Meski sebagian besar orang masih menganggap cacing dan ulat ini makanan ekstrem, tapi banyak penelitian ilmiah yang menyarankan konsumsi makanan ini.
Seperti dilansir Daily Mail UK, hasil penelitian CSER ini mulai dipublikasikan pada Selasa (18/5/2021).
Dalam penelitian ini CSER menyebutkan makanan dari tumbuhan, yang biasa dikonsumsi manusia akan tergerus dampak lingkungan yang tak stabil. Seperti buah-buahan, sayuran, daging merah, ikan hingga telur.
Risiko makanan seperti buah-buahan, sayuran, akan terserang hama dan penyakit akibat adanya perubahan iklim. Sehingga solusi ke depan manusia harus dibiasakan dengan mengkonsumsi cacing atau ulat dari serangga. Karena itu mulai sekarang cacing dan ulat ini harus diternakkan sebagai upaya untuk persediaan makanan yang bergizi untuk masa mendatang.
Seperti ulat; bisa didapatkan dari telur lalat hitam, lalat yang ada di rumah-rumah sampai kumbang ulat. Tentunya peternakan cacing dan ulat ini harus dalam skala massal, karena wajib dikonsumsi manusia agar tidak kekurangan gizi.
Peneliti menyarankan agar telur-telur serangga ini bisa diternakkan. Karena serangga ini kaya protein, nutrisi, kalium, magnesium, dan asam lemak. Bahkan kandungannya tiga kali lebih banyak daripada omega-3 di ikan salmon.
“Sistem makanan kita yang ada sekarang makin rapuh. Makanan ini memiliki risiko tinggi; mulai dari gagal panen karena banjir hingga kekeringan. Kemudian dihinggapi patogen dan parasit,” ungkap Dokter Asaf Tzachor, salah satu ketua penelitian ini.
“Semakin cepat manusia membiasakan diri untuk memakan cacing dan ulat, maka semakin aman asupan makanan kita di masa mendatang. Karena terhindar dari risiko kekurangan gizi,” lanjutnya.
Dokter Asaf menyebutkan ada beberapa sumber makanan lain yang masih aman dikonsumsi, seperti tumbuhan alga, chlorella, spirulina hingga sugar kelp sejenis rumput laut yang kaya serat.
Seperti dikutip dari Detik, sebelum ada penelitian ini, di Indonesia sudah ada masyarakat di Papua, sudah mengkonsumsi cacing sebagai makanan sehari-hari.
“Ayo! masyarakat Indonesia di daerah lainnya, kapan mau mengkonsumsi cacing dan ulat seperti saudara kita yang tinggal di Papua.”
ARIEF RAHMAN MEDIA