Jurnal9.com
BusinessHeadline

Risiko Indonesia Gabung BRICS, Akankah Menghadapi Ancaman AS?

JAKARTA, jurnal9.com – Bergabungnya Indonesia ke BRICS akan membuat kiprah bangsa ini (Indonesia) semakin diakui oleh dunia.

Terbukti dengan keberhasilan Indonesia menjadi anggota BRICS ini terhitung relatif singkat, kurang dari tiga bulan. Karena dipandang sebagai negara yang penting dalam tatanan global.

BRICS ini sebuah blok ekonomi yang beranggotakan Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan.

Keputusan Indonesia bergabung ke BRICS ini sempat diragukan berbagai pihak, karena dianggap menyimpang dari prinsip politik luar negeri Indonesia. Padahal keanggotaan Indonesia di BRICS sebagai implementasi nyata politik bebas aktif.

Bergabungnya Indonesia dengan BRICS sebagai awal yang baik bagi pemerintahan Presiden Prabowo-Gibran, untuk memperkuat posisinya dalam kerja sama internasional.

Demikian poin-poin yang disampaikan Menteri Luar Negeri Sugiono dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (10/1/2025) yang lalu.

Namun pernyataan Sugiono ini dikritik Direktur China-Indonesia Desk Center of Economic and Law Studies (Celios), Muhammad Zulfikar Rakhmat, yang menyebutkan masuknya keanggotaan Indonesia di BRICS bisa menimbulkan risiko; menjadi target proteksionisme dagang Presiden AS Donald Trump.

“Reaksi Trump perlu diwaspadai, karena dia menjadi Presiden AS yang sering membuktikan ucapannya,” ujarnya.

“Kalau sampai AS memberlakukan tarif 100 persen pada negara anggota BRICS, tentu Indonesia akan terkena imbas dari kebijakan tersebut. Ini juga akan menjadi tantangan bagi ekonomi Indonesia dalam jangka waktu pendek atau menengah,” ungkap Zulfikar menegaskan.

Dia menilai kebijakan ini dapat menyebabkan penurunan pada volume ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.

“Padahal dalam lima tahun terakhir, Indonesia mencatat surplus dalam neraca perdagangan dengan AS. Karena nilai ekspor Indonesia ke AS lebih besar dibandingkan nilai impor. Seperti pada Agustus 2024 saja total nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai  US$ 2,61 miliar. Kalau sampai terjadi penurunan ekspor, ini akan menjadi kerugian Indonesia,” jelasnya.

Baca lagi  Anies: Dunia Tercengang Melihat Indonesia Lewati Krisis Covid-19

Trump sendiri menunjukkan sikap kontranya pada negara-negara BRICS. “Saya meminta komitmen negara-negara yang tergabung di BRICS agar tidak menciptakan mata uang baru untuk menggantikan dolar AS. Karena akan berhadapan dengan ancaman tarif impor 100 persen,” kata Presiden AS itu.

Pernyataan Trump ini merespon hasil pertemuan KTT BRICS pada November 2024 lalu. Karena dalam pertemuan negara-negara anggota BRICS itu telah membahas peningkatan transaksi yang menggunakan non dolar AS, kemudian akan dilakukan penguatan mata uang lokal.

Memang hal transaksi ini menjadi perhatian BRICS, karena sistem keuangan global lebih inklusif. Negara-negara yang tergabung anggota BRICS berupaya ingin mengurangi dominasi dolar AS yang selama ini menjadi mata uang utama dalam perdagangan dan investasi dunia.

Sementara itu Zulfikar memperingatkan pemerintah Indonesia, kalau pernyataan  Trump itu bukan sekadar gertakan semata, tapi dia sering merealisasikan ucapannya.

“Dia itu Presiden AS yang sangat tegas dalam menerapkan kebijakan negaranya,” tutur ekonom dari Celios itu.

ARIEF RAHMAN MEDIA    

Related posts

Permintaan Maaf ICW kepada Moeldoko Tak Akan Menghapus Pidana

adminJ9

Didi Supriyanto: Penegakan Hukum, Momentum 100 Hari Pemerintahan Prabowo

adminJ9

Eropa Tak Lanjutkan Lockdown Guna Hindari Ancaman Ekonomi Lebih Buruk

adminJ9

Leave a Comment