Jurnal9.com
Headline Sport

Strategi Hansi Flick Mengalahkan PSG yang Sukses Menjuarai Liga Champions

Hansi Flick, Manajer Bayern Muenchen

LISBON, jurnal9.com – Manajer Bayern Muenchen, Hansi Flick, mengaku tidak banyak merubah strategi yang selama ini diterapkannya hingga mencapai final Liga Champions melawan Paris Saint-Germain di Stadion da Luz, Lisbon, Portugal, Minggu waktu setempat (Senin WIB).

“Dalam semua pertandingan selama 10 bulan terakhir, kami lebih berupaya mempengaruhi lawan dengan gaya bermain kami ketimbang melakukan penyesuaian,” kata Flick.

“Dan kami selalu menerapkan garis pertahanan tinggi yang sejauh ini membuahkan hasil bagus, jadi saya rasa itu tidak berubah banyak,” ujarnya menambahkan.

Flick mengakui bahwa PSG punya daya ancaman di lini depan dengan keberadaan Kylian Mbappe, Neymar dan Angel Di Maria, sehingga timnya harus menerapkan garis pertahanan yang tinggi dan disokong kemampuan mencegah terciptanya ruang serangan lawan.

“Kami tak boleh memberikan terlalu banyak ruang bagi lawan, walaupun itu sudah bagian dari risiko garis pertahanan yang tinggi,” katanya.

“Kami harus bisa mengawal ketat saat lawan memiliki penguasaan bola, sehingga setiap ruang yang ada bisa kami tutup dan permainan beralih ke wilayah pertahanan kami,” ujar mantan asisten pelatih Tim Nasional Jerman ini.

“Jadi, penting bagi kami untuk memotong garis umpan mereka, sebab PSG punya kecepatan yang hebat di skuat mereka,” kata Flick lagi.

Flick juga mengakui bahwa PSG punya rekor pertahanan yang bagus di Liga Champions musim ini, di mana Le Parisien sejauh ini cuma kebobolan lima gol saja.

“Mereka cuma kebobolan lima gol, paling sedikit di kompetisi ini, jadi jelas lini belakang mereka seefektif lini depannya. Kami punya strategi yang bisa diterapkan untuk menghadapi taktik tersebut,” ungkapnya.

 

Memainkan Coman

Mantan gelandang Bayern Muenchen, Owen Hargreaves, memuji keputusan manajer Hansi Flick memainkan Kingsley Coman.  Pasalnya, pemain sayap berpaspor Prancis itu menjadi pencetak gol semata wayang yang memastikan Bayern menang 1-0 atas Paris Saint-Germain.

“Hansi Flick selalu menemukan keputusan tepat di penentuan dan hari itu keputusan itu adalah Kingsley Coman,” kata Hargreaves yang menjadi komentator stasiun televisi BT Sports.

Padahal selama ini Flick lebih banyak menurunkan Ivan Perisic sebagai pilihan utama mengisi sektor sayap kiri serangan Die Bavaria, termasuk dalam tiga pertandingan terakhir menuju final.

Namun, pada pertandingan final melawan PSG, Flick  justru menurunkan Coman guna menyiasati ekses kelelahan Perisic yang lebih banyak bermain sejak babak perempat final hingga final digelar.

Keputusan itu terbukti mujarab sebab Coman beberapa kali mengancam pada babak pertama sebelum akhirnya memecahkan kebuntuan dengan menanduk umpan lambung terukur dari Joshua Kimmich demi membawa Bayern memimpin pada menit ke-59 dan keunggulan itu berhasil dipertahankan hingga bubaran.

Baca lagi  HPN 2023, PWI Jatim Gelar Lomba Jurnalistik Piala Prapanca

Hargreaves menyebut Flick berhasil menciptakan perubahan di kubu Bayern bukan saja mengangkat mereka dari keterpurukan yang terjadi di awal musim di bawah kepelatihan Niko Kovac.

Musim lalu, Bayern saat di bawah taktik pelatih Niko Kovac terhenti sampai di babak 16 besar, setelah kalah 1-3 melawan Liverpool di hadapan pendukungnya sendiri.

“Tahun lalu Liverpool membuat mereka tak berkutik dan semua orang berpikir itu jadi penanda berakhirnya era Bayern,” ungkapnya.

“Sekarang ini menjadi awal dari jaman baru. Ini salah satu skuat Bayern terbaik sepanjang masa. Flick mengubah tim ini menjadi sebuah mesin yang luar biasa,” kata Hargreaves yang merupakan jebolan akademi Bayern itu.

Flick sukses mengantarkan Bayern meraih trofi Si Kuping Besar keenamnya, menyamai rekor Liverpool, sembari dikawinkan dengan gelar Bundesliga Jerman serta trofi Piala DFB Pokal untuk menorehkan trigelar kedua setelah 2013 di bawah asuhan Jupp Heynckes.

PSG kurang klinis 

Manajer Paris Saint-Germain, Thomas Tuchel, mengaku timnya tampil kurang klinis di partai final Liga Champions, tetapi tak mau menyalahkan siapapun saat akhirnya mereka kalah 0-1 dari Bayern Muenchen.

“Yang kurang dari kami cuma kemampuan mencetak gol pertama. Saya yakin jika bisa meraih gol pertama, kami juga akan menang dengan skor serupa 1-0,” kata Tuchel dalam komentar pascalaga dilansir laman resmi UEFA.

“Kami kurang klinis. Kami tentu menginginkan Kylian Mbappe dan Nyemar untuk selalu mencetak gol, tetapi hal itu tidak selalu terjadi,” ujarnya menambahkan.

Neymar lebih dulu memperoleh peluang di awal laga ketika menerima umpan terobosan dari Mbappe, tetapi tembakannya bisa dimentahkan oleh kiper Bayern, Manuel Neuer.

Lantas Mbappe juga mendapatkan kesempatan ketika David Alaba melakukan blunder di area pertahanan Bayern, sayang penyelesaiannya masih tepat mengarah ke pelukan Neuer.

Kegagalan itu harus dibayar mahal sebab, satu kelengahan di lini belakang PSG mengawal pergerakan Kingsley Coman membuat pemain berpaspor Prancis itu mampu mencetak gol dengan menanduk umpan silang kiriman Joshua Kimmich.

“Dalam sepak bola, anda harus menerima terkadang keberuntungan memainkan peranan penting,” kata Tuchel.

“Kami memiliki beberapa peluang dan gagal mengkonversinya menjadi gol, tapi kami tidak bisa menyalahkan siapapun atas hal itu,” pungkas Tuchel.

Ant  I  ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

Singkirkan Airlangga dari Ketum Golkar Sebagai Taktik untuk Jegal Anies Baswedan?

adminJ9

RKUHP Hapus Pasal Pencemaran Nama Baik dan Penghinaan yang Tercantum dalam UU ITE

adminJ9

Bulog Mau Tagih Utang ke Pemerintah, Buwas Minta Dukungan DPR

adminJ9