JEMBER, jurnal9.com – Situasi pandemi Covid-19 menjadi momentum bagi koperasi sektor pangan untuk berkembang dan menjadi pemain skala global. Dibanding sektor lain, komoditas pangan selama pandemi mengalami pertumbuhan yang positif.
Hal itu disampaikan Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki usai mengunjungi sentra pertanian komoditas edamame (kedelai Jepang) di lahan Koperasi KSU Keluarga Mitra Tani, di Desa Jenggawah, Jember, Jawa Timur, Kamis (1/10). MenkopUKM secara simbolis melakukan panen dan penanaman edamame.
Turut hadir, Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo, Deputi bidang Kelembagaan Kemenkop UKM RullI Nuryanto, Ketua Koperasi KSU Keluarga Mitra Tani Nurhadi, Direktur PT Mitra Tani Untung Mulyono, dan Direktur PTPN X Aris Tohariman.
Menteri Teten mengapresiasi Koperasi KSU Keluarga Mitra Tani yang mampu mengelola komoditas edamame (kedelai Jepang) hasil produksi petani secara terintegrasi dan menembus pasar ekspor, karena bermitra dengan PT Mitra Tani Dua Tujuh sebagai offtaker.
“Sedikit koperasi yang terintegrasi seperti ini. Model bisnis bagus, koperasi berhadapan dengan market dan offtaker. Dengan ada kepastian market seperti ini, koperasi menjadi mudah untuk mendapatkan pembiayaan guna mengembangkan usahanya,” ungkap MenkopUKM.
Teten menyebutkan saat ini jumlah koperasi pangan yang aktif hanya 11% atau 13.821 unit dari 123.048 unit yang tersebar di berbagai daerah. Hal ini terjadi karena koperasi tidak memiliki model bisnis dan tidak terintegrasi dalam produksinya.
MenkopUKM mengungkapkan, saat ini pihaknya tengah menyiapkan piloting project koperasi sektor produksi di Tanah Air, mencakup sektor pangan, hasil laut, perkebunan, dan peternakan. Indonesia memiliki keunggulan domestik dan peluang usaha yang besar bagi koperasi di sektor-sektor tersebut.
“KemenkopUKM punya rencana besar untuk memperkuat koperasi di sektor pangan. Kita akan masuk ke komoditas sawit di Sumatera dengan 4 juta hektar lahan sawit mandiri, pilot project koperasi padi di Demak, Jawa Tengah. Kemudian juga koperasi pangan di wilayah perhutanan sosial, model ini akan kita kembangkan, komoditinya tergantung potensi daerah masing-masing,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu dia menyerahkan bantuan modal dari LPDB-KUMKM senilai Rp30 miliar kepada KSU Keluarga Mitra Tani. Koperasi ini mengelola 300 hektar lahan petani dengan produksi per hari 2.000 ton edamame, dengan mayoritas hasil produksi di ekspor ke Jepang, Amerika Serikat dan negara di Timur Tengah.
“Bantuan ini sangat membantu kami, khususnya bagi para petani. Rencananya, bantuan tersebut digunakan untuk pengembangan lahan, investasi, pembangunan pabrik, cold storage dan packaging,” kata Ketua Koperasi KSU Keluarga Mitra Tani,” ucap Nurhadi.
Menteri Teten pada kunjungan kerjanya di Jember, Jawa Timur, tersebut juga mengunjungi PT Mitra Tani Dua Tujuh, perusahaan eksportir edamame, untuk melakukan peletakan batu pertama pembangunan cold storage dan pelepasan ekspor edamame sebanyak 22 ton ke Jepang.
Direktur Utama PT Mitra Tani Dua Tujuh, Untung Mulyono, mengatakan setiap tahun mengekspor 12 ribu ton edamame dengan nilai Rp360 miliar. Ke depan produksi akan terus ditingkatkan untuk mengalahkan Taiwan sebagai eksportir utama edamame.
“Kami ekspor dengan nilai Rp360 miliar pertahun. Ini menyumbang devisa negara. Kita bisa tambah kapasitas dengan dukungan dari mitra-mitra dan petani, karena kami ingin mengejar Taiwan,”
Plt Bupati Jember, Muqit Arif mengapresiasi perhatian Kemenkop UKM terhadap koperasi dan petani edamame di Jember. Komoditas edamame, tambah Muqit merupakan usaha kebanggaan masyarakat Jember, apalagi di masa pandemi saat perusahaan lain banyak tumbang PT Mitra Tani Dua Tujuh tetap kokoh dan menyerap ribuan tenaga kerja.
MULIA GINTING