Presiden Jokowi melakukan cek harga-harga di salah satu pasar di Minahasa Utara
JAKARTA, jurnal9.com – Pemerintahan Jokowi akan segera berakhir pada Oktober 2024 ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat salah satu pencapaian terbesar dalam pemerintahan Presiden Jokowi adalah pengendalian inflasi. Rata-rata inflasi selama 10 tahun terakhir sebesar 3,79 persen per tahun. (exclude periode pandemi 2020-2021) berarti masuk dalam kategori baik.
Demikian yang disampaikan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Bidang Perekonomian, Edy Priyono dalam seminar nasional: Evaluasi Satu Dekade Pemerintahan Jokowi di Jakarta, Kamis (3/10/2024).
Apa itu inflasi?
Inflasi merupakan kemerosotan nilai uang (kertas) karena tingginya uang yang beredar di masyarakat, sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang. Dan hal ini juga yang menyebabkan nilai uang turun.
Tingginya uang beredar itu dapat terjadi misalnya pemerintah menerapkan sistem anggaran defisit, sehingga kekurangan anggaran itu diatasi dengan mencetak uang baru. Namun hal ini malah membuat jumlah uang yang beredar di masyarakat makin bertambah dan mengakibatkan inflasi.
Tetapi menurut Samuelson (2001), inflasi didefinisikan suatu keadaan terjadi kenaikan harga barang, jasa dan faktor-faktor produksi secara umum. Dan kenaikan harga ini terjadi karena tidak seimbangnya arus uang dan barang.
Kenaikan faktor-faktor produksi ini yang bisa menyebabkan output dari produksi: harga barang dan jasa naik. Sehingga ini berpengaruh pada daya beli masyarakat menurun. Dan nilai riil uang merosot.
BPS menyebutkan faktor lain yang menentukan fluktuasi harga; di antaranya adanya kebijakan pemerintah mengenai tingkat harga. Sehingga para pedagang menaikkan harga barangnya di pasar. Karena itu pemerintah sering melakukan pengecekan harga di pasar-pasar, dan melakukan pemberian subsidi, dalam upaya untuk mengendalikan inflasi.
“Presiden sering turun ke pasar untuk mengecek harga-harga. Karena pergerakan harga itu sangat dinamis, sehingga pemerintah perlu melakukan pemantauan langsung sesering mungkin,” kata Edy.
Besarnya perhatian terhadap inflasi itu, lanjut Edy, Presiden Jokowi selain sering mengecek harga turun ke pasar-pasar, juga setiap seminggu sekali; presiden melakukan rapat koordinasi (rakor) mengenai pengendalian inflasi.
“Ini menunjukkan perhatian presiden terhadap inflasi. Hasilnya nyata. Pengendalian inflasi sangat baik. Kita bisa bandingkan dengan negara-negara lain. Rata-rata inflasi selama periode 2014-2023, seperti Brasil inflasinya sampai 6,1 persen, Afrika Selatan 5,48 persen, India 4,7 persen, Meksiko 4,7 persen, Indonesia 3,83 persen. Ada yang di bawah negara kita; yaitu Vietnam 2,96 persen, Malaysia 2,33 persen, China 1,77 persen dan Thailand 1,37 persen. Banyak di negara lain, inflasi ini menjadi masalah besar dalam perekonomiannya,” ia menambahkan.
Namun yang disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) BPS, sekarang ini inflasi 3 persen itu dianggap sudah cukup tinggi.
Adapun pada September 2024 ini, BPS mencatat inflasi tahunan (year-on-year) menunjukkan sebesar 1,84 persen.
“Terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,02 pada September 2023 menjadi 105,93 pada September 2024,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti.
ARIEF RAHMAN MEDIA