YOGYAKARTA, jurnal9.com – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan bahwa seni budaya Indonesia sangat kaya. Bahkan bisa menjadi bagian kekuatan ekonomi bangsa.
“Kalau kita lihat Korea Selatan (Korsel) misalnya. Mereka berhasil dengan K-Pop nya sebagai gerbong berbagai industrinya ke dunia,” ungkap MenkopUKM saat memberikan kuliah umum secara hybrid di kampus ISI Yogyakarta, Sabtu (28/8/2021)
Saat ini anak muda dan generasi milenial Indonesia, menurut Teten, sangat paham dengan budaya pop Korsel. Bukan hanya musik dan dramanya, tapi juga mulai dari kuliner, fesyen hingga kosmetik. “Budaya dan seni itu bisa menjadi lokomotif industrialisasi di Korsel,” lanjutnya.
Seharusnya hal itu, kata Teten, menjadi contoh nyata bagi industri seni tanah air. Sebab bangsa Indonesia memiliki nilai seni dan budaya luar biasa yang sangat kaya. Mulai dari Aceh sampai Papua yang sudah mendarah daging. Bahkan sudah menjadi kultur yang kuat dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
“Ini menjadi keuntungan kita dalam menciptakan industri berbasis inovasi dan kreativitas bukan semata-mata teknologi. Saya punya keinginan besar untuk bisa membangun inkubator bisnis seni, melahirkan seniman sekaligus pebisnis andal,” kata Teten optimistis.
MenkopUKM mengakui Kementerian Koperasi dan UKM yang menggandeng Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta untuk melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman terkait pendidikan, penelitian dan pengabdian Kepada Masyarakat ini sangat menantang.
Pasalnya, kata Teten, MoU ini menjadi kesepakatan baru bagi KemenkopUKM yang berani membuat kerja sama dengan dunia seni. “Saya apresiasi sekali. Mudah-mudahan Allah memberikan kemudahan,” ujarnya.
Saat ini struktur ekonomi Indonesia didominasi oleh usaha menengah kecil dan mikro sebesar 99,9 persen. Sebagian besar dari angka tersebut didominasi usaha mikro, yang memiliki omzet di bawah Rp 2 miliar.
“Sebenarnya ekonomi Indonesia itu tulang punggungnya UMKM, dikuasai rakyat kecil. Namun sayang UMKM kita berbeda dengan Jepang, Malaysia dan China, di mana produktivitas UMKM dalam negeri masih rendah,” ungkapnya.
Karena itu Teten mengakui komitmen KemenkopUKM bagaimana membenahi supply chain. UMKM bukan hanya bisa menghidupi ekonomi rakyat, tapi betul-betul bertarung tak hanya di pasar dalam negeri namun juga global.
“Banyaknya e-commerce cross border di Indonesia justru diserbu produk impor lebih dari 50 persen. Ini menjadi ancaman jika kita tidak melakukan perubahan,” tegasnya.
Transformasi ini, kata Teten, dilakukan agar UMKM mulai masuk ke produksi berbasis kreativitas, teknologi, dan inovasi. “Mestinya produk kreativitas kita nggak kering, ini yg belum tergarap. Custom produk handmade kita sangat mumpuni, ini harus masuk target produk yang lebih besar,” cetusnya.
Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Arif Rahman Hakim menjelaskan bahwa MoU dengan ISI Yogyakarta merupakan komitmen dalam mendukung pembangunan ekonomi kreatif yang mempunyai sumbangan besar terhadap perekonomian Indonesia.
“Melalui MoU ini terjalin kerjasama untuk meningkatkan kemampuan kewirausahaan para mahasiswa ISI, dan sinergi untuk membangun ekosistem kewirausahaan ekonomi kreatif di ISI Yogyakarta,” tegas Arif.
Sementara itu Rektor ISI Yogyakarta Agus Burhan mengatakan ISI sebagai universitas seni terbesar di Indonesia, memiliki rekam jejak alumni berkualitas yang tersebar secara nasional dan internasional. ISI berkomitmen mendukung SDM dengan kompetensi utama, kreativitas tinggi, menghasilkan seniman, serta desainer yang andal dan memiliki kecakapan.
“Kami berupaya menciptakan social skill yang memiliki pengalaman wawasan entrepreneurship sekaligus seniman unggul,” ujarnya.
Saat ini ISI memiliki pengembangan kewirausahaan lewat beberapa program lembaga penelitian dan pengembangan di masyarakat, program rancangan seni, pembinaan wilayah seni yang mendorong inkubator seni menjadi wirausah.
ARIEF RAHMAN MEDIA