Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo
JAKARTA, jurnal9.com – Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dalam acara webinar mengaku kaget mendengar hilangnya barang di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad, Gambir, Jakarta, terkait sejarah peristiwa pemberontakan G30S PKI, termasuk patung Soeharto dan 7 Jenderal Pahlawan Revolusi yang berperan dalam penumpasan komunisme di tanan air.
“Saya mendapat informasi itu. Bagaimana pun saya mantan Pangkostrad, diorama yang ada di Makostrad, dalam Makostrad ada bangunan itu tahu. Patung Pak Harto, patung Pak Sarwo Edhie, sama Pak Nasution, 7 pahlawan revolusi, sudah tidak ada di sana,” ungkap Gatot.
“Di Makostrad khusus di ruangan Pak Harto, bagaimana penumpasan pemberontakan G30SPKI dikendalikan oleh Pak Harto, di sana markasnya,” tambahnya.
Gatot Nurmantyo saat mendengar barang-barang terkait peristiwa G30S PKI di Museum, Markas Kostrad itu hilang, tadinya seperti tidak percaya. Tapi setelah dirinya memerintahkan seseorang untuk mengeceknya dengan mengambil gambar ruangan itu ternyata patung Soeharto dan 7 jenderal pahlawan revolusi, sudah tidak ada.
“Saya tadinya tidak percaya tapi saya utus seseorang yang tidak bisa saya sebutkan namanya, di sana orang yang saya perintahkan memfoto ruangan itu. Dari foto dan video itu sudah kosong,” ungkap Gatot yang merasa kaget.
Dia menyebut insiden ini lantas membuktikan adanya kemungkinan berkembangnya paham komunis di tubuh TNI. “Maka saya katakan ini kemungkinan sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI,” tegasnya.
Mantan Panglima TNI menunjukkan bukti komunis masih ada di Indonesia, atau menyusup di institusi TNI, ini dapat dilihat dari hilangnya sejumlah barang di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad, Gambir, Jakarta. “Barang-barang yang dihilangkan semua berkaitan dengan peristiwa penumpasan PKI di tanah air pada era Orde Lama,” ujarnya.
Gatot menyebutkan diorama yang ada di Makostrad, ada bangunan kantor ruang kerja Pak Harto dulu. Di kantor itu Soeharto merencanakan untuk mengatasi pemberontakan G30SPKI.
“Dalam sejarahnya; Pak Harto sedang memberikan petunjuk ke Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako dibantu oleh KKO,” ungkap Gatot pada acara webinar yang berjudul ‘TNI Vs PKI’ di Jakarta, pada Minggu (26/9/2021).
“Mau tidak mau kita harus akui, dalam menghadapi pemberontakan G30SPKI, ada peran Kostrad, peran sosok Soeharto, peran Kopassus yang dulu Resimen Para Komando dan Sarwo Edhie, dan peran Jenderal Nasution, dan peran KKO. Bangunan patung Soeharto dan 7 Jenderal Pahlawan Revolusi, dan barang-barang terkait peristiwa itu dulu ada di Museum Markas Kostrad itu, sekarang sudah tidak ada, sudah bersih,” tegas Gatot.
Kostrad bantah tudingan Gatot
Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) buka suara soal pernyataan Gatot Nurmantyo itu. Kostrad mengatakan inisiatif pembongkaran patung-patung tersebut bukan dari pihak Kostrad.
“Bahwa tidak benar Kostrad mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang ada dalam ruang kerja Pak Harto di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad,” ujar Kolonel Infanteri Haryantana dalam keterangan tertulis, Senin (27/9/2021).
Haryanta menjelaskan pada Senin (30/8/2021), mantan Panglima Kostrad (Pangkostrad), Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution menemui Pangkostrad, Letjen Dudung Abdurachman. Pertemuan kala itu juga dihadiri Kaskostrad dan Irkostrad.
“Yang bertujuan meminta untuk pembongkaran patung-patung tersebut,” ucap Haryanta.
Haryanta menuturkan Azmyn Yusri Nasution adalah penggagas pembuatan patung-patung tersebut. Pembuatan patung itu dilakukan sewaktu ia menjabat Pangkostrad, 9 Agustus 2011 hingga 13 Maret 2012.
“Bahwa pembongkaran patung-patung tersebut atas keinginan dan ide Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution, karena pada saat menjabat Pangkostrad periode (9 Agustus 2011 s/d 13 Maret 2012) beliau yang membuat ide untuk pembuatan patung-patung tersebut,” ungkap Haryanta.
“Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution meminta untuk patung-patung yang telah dibuatnya untuk dibongkar demi ketenangan lahir dan batin. Sehingga pihak Kostrad mempersilahkan [membongkar],” lanjut Haryanta.
ARIEF RAHMAN MEDIA