KH. Marzuki Mustamar, Pimpinan Pondok Pesantren Sabilur Rosyad, Malang, Jawa Timur
JAKARTA, jurnal9.com – KH Marzuki Mustamar mendadak dipecat dari Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, gara-gara memberikan dukungan untuk pasangan calon (paslon) nomor urut 1 Amin: Anies Rasyid Baswedan-Abdul Muhaimin Iskandar.
Pemecatan itu dikeluarkan sesuai Surat Keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Nomor 267.c/A.II.04/09/2023 tanggal 17 Shafar 1445 H.
Namun menurut sumber di PBNU, pencopotan KH Marzuki Mustamar ini merupakan keputusan terakhir yang ditempuh PBNU. Setelah beberapa kali sebelumnya, Ketua Umum PBNU memberikan Surat Peringatan (SP).
“Pencopotan KH Marzuki Mustamar sebagai Ketua PWNU Jatim tidak terkait politik,” sebut sumber itu membantahnya.
Apalagi dikaitkan soal kedekatan Marzuki Mustamar dengan PKB yang saat ini mengusung Muhaimin Iskandar sebagai Calon Wakil Presiden.
“Tidak ada hubungannya dengan politik. Ini soal disiplin saja,” ujar sumber tersebut.
KH Marzuki Mustamar sendiri menggantikan kepemimpinan KH Hasan Mutawakkil Alallah sebagai Ketua PWNU Jawa Timur dalam Konferwil di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, 29 Juli 2018. Masa jabatan Ketua PWNU Jatim untuk periode 2018-2023.
Sementara itu Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Saifullah Yusuf juga menjelaskan bahwa pemberhentian KH Marzuki Mustamar dari Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur karena faktor internal.
Saifullah Yusuf yang akrab dipanggil Gus Ipul ini, menegaskan, masalah internal ini terkesan berlarut-larut. “Pemberhentian ini kami putuskan melalui proses Panjang untuk menindaklanjuti usulan dari Rois Syuriah PWNU Jatim,” kata dia kepada wartawan di Surabaya, Kamis (28/12/2023) malam.
Gus Ipul menegaskan, pemberhentian ini bukan disebabkan soal beda pilihan calon presiden pada Pilpres 2024. “Pemberhentian disebabkan sejumlah masalah internal NU yang tidak terkendali. Tidak ada hubungannya dengan masalah politik,” kata dia membantahnya.
PBNU mencla-mencle
Berbeda dengan pendapat KH Imam Jazuli, Lc. MA yang menganggap pemecatan KH Marzuki Mustamar ini sangat terkait dengan pilihan politik. Karena Ketua PWNU Jatim itu melakukan kampanye untuk mendukung Paslon Amin. “Dan saya katakan, apa yang ditempuh PBNU ini sebagai kebijakan yang tidak obyektif,” ungkapnya.
“Buktinya pengurus PBNU yang memberikan dukungan kepada paslon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka tetap dipertahankan jabatannya di PBNU. Meski mereka (pengurus PBNU) menjadi bagian dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran,” ucapnya.
“Ketua Umum PBNU sendiri kalau ngomong NU tak boleh berpolitik praktis. NU harus netral. Tetapi dia sendiri kelihatan ikut bermain mendukung Prabowo-Gibran. Ini gimana… maunya [KH Yahya Cholil Staquf] kok mencla-mencle,” kata KH Imam Jazuli menegaskan tentang keterlibatan Ketua PBNU itu.
Menurut dia, sangat tidak pantas memecat kiai sepuh karena hal sepele berbeda pilihan politik yang didukungnya. “Beliau itu kiai sepuh yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk NU. Apa yang dilakukan KH Yahya Cholil Staquf memecat KH Marzuki Mustamar sangat memalukan warga nahdliyin,” tegas KH Imam Jazuli.
Buktinya pemecatan terhadap Pimpinan Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek, Malang, Jawa Timur ini cukup menyedot perhatian publik. “Banyak orang yang berpikiran Kiai Marzuki Mustamar jadi tumbal sebagai pelajaran bagi para pengurus-pengurus NU yang lain,” ujarnya.
KH Imam Jazuli mengatakan pilihan politik KH Yahya Cholil Staquf dan Kiai Miftachul Akhyar harus dibayar mahal. “Karena bagaimana pun, kepemimpinan Kiai Marzuki Mustamar sudah sangat mengakar, dengan basis massa NU di tingkat-tingkat cabang (PCNU) di Jawa Timur,” ungkap Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri yang juga lulusan Universitas Al-Azhar Mesir ini.
Kiai Marzuki Mustamar sendiri mengingatkan agar soal pemecatan dirinya tidak perlu dibesar-besarkan. Ia menghimbau warga Nahdliyin untuk tidak ribut soal pemecatannya,
ARIEF RAHMAN MEDIA