Jurnal9.com
Headline News

Shalat Tarawih-Witir di Indonesia yang Kontroversial

Ilustrasi sedang shalat tarawih

JAKARTA, jurnal9.com – Dalam pelaksanaan shalat tarawih-witir, sebagian masyarakat ada yang melakukan 23 rakaat, dan ada yang 11 rakaat. Kaifiyah (tata cara) dalam pelaksanaannya, setiap dua rakaat diakhiri salam. Lalu 2 rakaat witir dan 1 rakaat witir.

Tetapi ada perbedaan dalam pelaksanaan witir tersebut. Umumnya masyarakat setelah selesai melaksanakan tarawih, dilanjutkan shalat 2 rakaat witir diakhiri dengan salam. Yaitu mengerjakan witir dua rakaat terlebih dulu, lalu diakhiri salam. Kemudian satu rakaat lagi, lalu diakhiri salam.

Ini yang dianggap oleh KH Bahauddin Nursalim atau akrab dipanggil Gus Baha, sangat kontroversial. “Witir itu kan harus ganjil. Tetapi umumnya masyarakat selama ini melakukan witir dengan 2 rakaat diakhiri salam. Dan dilanjutkan 1 rakaat lagi diakhiri salam,” ujarnya.

Padahal menurut Imam Syafi’i,  shalat itu diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Ini menjadi rukun syaratnya.  “Jadi, kalau mereka shalat witir 2 rakaat, lalu diakhiri salam. Berarti witirnya 2 rakaat, karena sudah ditutup dengan salam.  Dan ini namanya bukan witir. Karena sudah tidak ganjil, meski kemudian dilanjutkan 1 rakaat lagi,” tegas Gus Baha.

Anehnya, trawih-witir yang kontroversi ini sudah terjadi sejak dulu sampai sekarang. Dan di kalangan ulama sendiri sudah tahu, kalau itu menyalahi kaifiyah dalam shalat witir “Tapi anehnya sudah menjadi tradisi. Hukumnya dikalahkan oleh tradisi,” tegas Gus Baha.

Gus Baha menyebutkan dalam riwayat Bukhari Muslim: Nabi itu shalat tarawih 8 rakaat dan setiap 2 rakaatnya diakhiri salam. Kemudian dilanjutkan 1 rakaat witir diakhiri salam.

“Bahkan shalat tarawih 4 rakaat sekaligus tanpa tasyahud pun secara fiqih sah. Tak ada satu pun ulama di dunia yang mengatakan tasyahud awal itu wajib. Tapi di Indonesia mungkin dianggap aneh, kalau ada tarawih 4 rakaat sekaligus tanpa tasyahhud awal,” ungkap pimpinan Pondok Pesantren Tahfidzul Quran, Rembang, Jawa Tengah ini.

Baca lagi  Lonjakan Omicron di Arab Saudi, Kembali Terapkan Shaf Shalat Renggang di Mekah dan Madinah

Mengutip hadist yang diriwayatkan Abu Salamah ibn Abdul Rahman. Abu Salamah bertanya kepada Aisyah RA, bagaimana cara shalat Nabi selama di bulan Ramadhan.

Kata Aisyah, “Rasulallah selalu melakukan shalat [malam] tidak lebih dari 11 rakaat. Beliau shalat 4 rakaat. Kemudian shalat lagi 4 rakaat. Dan jangan ditanyakan tentang baik dan lamanya [shalat yang beliau lakukan]. Lalu beliau shalat [witir] tiga rakaat.”  (HR Bukhari).

Makna tsumma dalam hadis ini dijelaskan, kalau Aisyah RA mengatakan Rasulallah pernah shalat 4 rakaat dilakukan dengan dua kali salam: yaitu setiap dua rakaat diakhiri salam.

Namun hadist lain yang diriwayatkan Ibnu Abbas menyebutkan. “Rasulallah juga [pernah] melakukan shalat tarawih di bulan Ramadhan sendirian sebanyak 20 rakaat.” (HR Baihaqi dan Thabrani).

Berdasarkan penjelasan hadist ini munculnya shalat tarawih 20 rakaat dan 8 rakaat yang disepakati empat madzhab. Kecuali Imam Malik dalam kitab Al-Madawwanah Al-Kubro menyebutkan kalau dirinya mengutamakan tarawih 36 rakaat. Tetapi ini khusus penduduk Madinah, katanya. Bahkan ada yang 41 rakaat.

Masyarakat mau pilih 20 rakaat atau 8 rakaat, itu terserah mereka. Tapi kalau yang 36 rakat dan 41 rakaat tak banyak dijumpai di Indonesia.

“Sebenarnya tarawih dalam jumlah bilangan ini bukan yang pernah dikerjakan Nabi Muhammad. Dan ini juga diakui sejumlah ulama,” kata Buya Yahya asal Tulungagung yang mendirikan pondok pesantren di Cirebon, Jawa Barat ini,

Semuanya tidak ada masalah. Shalat itu kan amalan yang sangat baik. Tidak usah dipertentangkan. Ini kan masalah khilafiah (perbedaan pendapat dalam menentukan hukum).

ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

MUI: Belum Tetapkan Fatwa, Tapi Bahan Sinovac Suci dan Halal

adminJ9

Dalam RUPS 2023 ini Suparma Putuskan Tidak Membagikan Deviden

adminJ9

Pariwisata Wakatobi Masuk Nominasi Anugerah Pesona Indonesia 2020

adminJ9