Jurnal9.com
Business

SesKemenkopUKM: Koperasi Sebagai Instrumen Perkuatan UMKM

JAKARTA, jurnal9.com –  Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Prof Rully Indrawan mengungkapkan selama ini UMKM di Indonesia dibiarkan tumbuh begitu saja, sehingga tidak heran bila kalah bersaing dengan sesama UMKM di negara lain seperti Singapura dan Malaysia.

“Di antaranya dari suku bunga kredit sudah kalah. Begitu juga terkait pengurusan perizinan, dan tingginya biaya logistik,” kata Rully dalam  diskusi Empat Pilar, bertema “Optimalisasi Pemberdayaan UMKM di Tengah Pandemi” di gedung DPR RI, Jakarta, Senin (31/8).

Sedangkan Rektor Universitas Paramadina Jakarta, Firmanzah menjelaskan bahwa ekonomi kerumunan tersebut akan berkontribusi besar pada pergerakan ekonomi nasional.

“Kalau pun minus, ekonomi Indonesia lebih baik dari Singapura, Malaysia, Thaland dan negara lainnya. Kalau satu UMKM collaps akan tumbuh UMKM yang lain,” kata Firmanzah.

Karenanya, UMKM yang sudah dianggarkan, lanjut dia, harus cepat direalisasikan. Sedangkan pandemi covid-19 akan selesai dengan vaksin yang diharapkan sebentar lagi beredar.”

Memang saat ini ada dan banyak perbaikan dilakukan pemerintah. Suku bunga KUR terus menurun, hingga perizinan usaha tidak lagi mahal dan lama.

“Begitu juga dengan infrastruktur yang selama ini membuat ekonomi mahal, kini sudah dibangun di mana-mana. Kita sudah on the track dalam pemberdayaan UMKM di Indonesia,”  lanjut Rully.

Hanya saja, pelaku UMKM saat ini tidak bisa lagi berjalan sendiri-sendiri. “Itulah sejatinya filosofi koperasi yang lahir sejak abad ke-18,” tegas Seskemenkop.

Koperasi sebenarnya satu hubungan formal kuat, sehingga membuat skala ekonomi dan usaha para anggotanya turut menguat.

Sekian lama bangsa Indonesia memahami koperasi dari perspektif berbeda dengan cita-cita awal pendiriannya. “Kita tidak usah saling menyalahkan. Ke depan, kita harus menjadikan koperasi sebagai instrumen bagi perkuatan usaha anggota, yakni pelaku UMKM,” ucapnya.

Di tengah pandemi covid-19, hampir 70 persen pelaku UMKM telah terdampak, baik dari supply maupun demand. Pasar menurun, modal usaha kurang, bahan baku terhambat, dan sebagainya.

Baca lagi  Subsidi Bunga dan Penjaminan Modal Kerja Jadi Solusi UMKM

“Atas kondisi tersebut, pemerintah hadir dan turun tangan. Di antaranya melalui belanja negara agar ekonomi rakyat berjalan. Program PEN sudah mulai berjalan walau di awal mengakami kendala.

Banpres Produktif

Terkait Banpres Produktif Usaha Mikro, Rully menjelaskan, dari 12 juta orang yang menjadi target penerima, sudah ada 9,1 juta orang tercatat di tahap pertama. Untuk 1 juta orang, bantuan sudah cair ke rekening masing-masing melalui BRI dan BNI sejak 17 Agustus 2020.

“Per 27 Agustus 2020, sudah di-SK kan tambahan sebanyak 1,9 juta orang. Artinya, sudah hampir 3 juta orang yang terdaftar sebagai penerima,” ujar Rully.

Sebenarnya yang mendaftar ada sekitar 18 juta orang pelaku usaha mikro. Tapi perlu verifikasi sesuai peraturan menteri.

Persyaratan penerima Banpres, hanya menyebutkan tiga hal, yaitu memiliki NIK, memiliki usaha (kelas mikro), dan belum pernah mengakses pembiayaan di Perbankan (belum bankable) dan bukan PNS, TNI atau pegawai.

Sementara itu, anggota MPR RI dari FPDI-P Hendrawan Supratikno optimis stimulus ekonomi melalui UMKM akan bergerak dan tumbuh dengan baik mulai kuartal ketiga jika stimulus secepatnya dikucurkan.

Sebab, katanya, selama ini UMKM atau ekonomi menjadi penyokong utama pertumbuhan ekonomi nasional.

Hendrawan berharap realisasi stimulus ekonomi harus dipercepat juga dipermudah syaratnya untuk meningkatkan daya beli masyarakat sekaligus untuk pertumbuhan ekonomi..

Pada kesempatan sama, anggota MPR RI dari Fraksi Demokrat, Herman Khaeron juga mengatakan UMKM merupakan pendukung utama pertumbuhan ekonomi nasional. Jumlahnya sangat besar, sekitar hingga 60 jutaan se-Indonesia.

Asas keadilan jaring pengaman sosial itu agar tidak ada yang tertinggal bagi mereka bergaji di bawah Rp5 juta. Terdapat 25 juta KK petani mikro. Sehingga jika bertahan dengan stimulus ekonomi ini, namun pandemi belum bisa diatasi, maka akselerisinya akan kalah dengan negara lain yang lebih handal.

MULIA GINTING

 

 

Related posts

Penting Pengawasan OJK dan Polri Terhadap Praktek Ilegal Berkedok Koperasi

adminJ9

Cadangan Devisa RI US$ 144,8 miliar, Ini Rekor Tertinggi, Apa Mau Utang Lagi?

adminJ9

PT Langgeng Makmur pada 2023 Ini Targetkan Penjualan Naik 15 Persen

adminJ9