Jurnal9.com
Business

MenkopUKM: Penanganan Koperasi Sektor Pangan Harus Optimal

Menteri Koperasi & UKM Teten Masduki 

JAKARTA, jurnal9.com – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengakui, sektor pangan memiliki kontribusi omset yang masih perlu didorong optimal. Dalam pengembangan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai kontributor ketiga terbesar terhadap PDB yang mendominasi usaha UMKM Indonesia sebesar  51,2%.

“Sektor pertanian kehutanan dan perikanan akan dihadapkan pada gangguan keamanan pangan akibat pandemi corona sebagaimana diprediksi oleh FAO,” kata Teten Masduki kemarin.

Namun demikian menurutnya, sektor pangan juga menghadapi tantangan yang cukup berat terutama dari sisi rantai pasok yang rumit dan panjang, serta rendahnya kepemilikan dan penguasaan lahan petani di Indonesia.

Sebesar 58,72% rumah tangga petani Indonesia hanya memiliki 0,5 hektar lahan. Karena itu, Teten menegaskan, koperasi sebagai lembaga sosial ekonomi, dapat hadir sebagai solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut melalui konsolidasi orang (petani), lahan, logistik, sampai dengan pasar.

“Sebagai piloting pengembangan koperasi pangan, kami sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR), serta salah satu BUMN yang bergerak di sektor pangan, Perhutani, untuk memanfaatkan lahan yang telah didistribusikan kepada masyarakat sekitar hutan dalam program Perhutanan Sosial,” jelas Menkop.

Nantinya, skema pengembangan koperasi perhutanan sosial dapat dilakukan dengan melakukan mapping dan pendampingan kepada potensi kelompok masyarakat di lahan Perhutanan Sosial yang secara ekonomi telah berkelompok dalam wadah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).

“Setelah adanya penguatan kelembagaan LMDH tersebut, maka pelatihan, pendampingan, dan digitalisasi dilakukan untuk dapat menjadikan koperasi modern. Pada kondisi ini, Koperasi Perhutanan Sosial dapat mengakses pembiayaan dari LPDB-KUMKM, Perbankan, dan sumber lain yang sah. “

Baca lagi  MenkopUKM: Penerima Program Bansos Naik Kelas Menjadi Usaha Mikro

“Akses pemasaran juga dapat dilakukan melalui pendampingan standardisasi dan sertifikasi produk, sehingga dapat masuk ke pasar retail modern dan pasar online. Maksudnya, agar lebih menjamin kepastian pasar, kami juga telah menggandeng beberapa BUMN sebagai offtaker,”  lanjut Teten.

Arah pengembangan koperasi Indonesia ke depan, kata Teten Masduki, didorong sebagai sebagai pusat bisnis komoditi pangan, di mana petani perorangan akan dikonsolidasi dalam lembaga koperasi untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi petani.

Konsolidasi petani ke dalam wadah koperasi sekaligus juga mengkonsolidasi lahan milik petani, konsolidasi pola tanam yang baik, konsolidasi sumber daya di pemerintahan dan konsolidasi pembiayaan. Konsolidasi tersebut mendorong peningkatan produktivitas dan memperkuat posisi tawar petani.

“Koperasi yang dibentuk harus memenuhi skala ekonomi sebagai sentra bisnis dengan luas minimum memadai yang akan berperan dari hulu ke hilir. Koperasi juga akan berperan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak untuk mewujudkan model bisnis koperasi. Kemitraan dengan lembaga pembiayaan, swasta/BUMN sebagai offtaker.

Dengan pola kemitraan ini, petani hanya fokus bercocok tanam. Proses bisnis seluruhnya dikerjakan koperasi, termasuk untuk menjaga mutu dengan melakukan pendampingan,” tegas Teten.

MULIA GINTING

Related posts

KemenkopUKM Gandeng MSC Tingkatkan Literasi Digital, Kapasitas Koperasi dan UMKM

adminJ9

KemenkopUKM dan Pemkab Purbalingga Lakukan Sinergi Program Bidang KUMKM

adminJ9

Target Pembangunan Koperasi dan UMKM Tercapai Jika Program Pusat dan Daerah Selaras

adminJ9

Leave a Comment