Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki melalui virtual pada pembukaan pelatihan bertema “KUKM Eksis dan Mampu Beradaptasi dalam Pandemi Covid-19 dan Era New Normal” di Lombok Tengah, Senin (7/9).
LOMBOK TENGAH, jurnal9.com – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengharapkan UMKM dan Koperasi mampu bertahan memanfaatkan situasi pasar yang berubah akibat pandemi Covid-19. Apalagi situasi ini diperkirakan akan berlangsung lama sehingga UMKM bisa adaptif, inovatif dan tetap survive.
“Pemerintah tidak tinggal diam. Serangkaian kebijakan membantu UMKM dan Koperasi sedang dan akan terus dilanjutkan,” tegas Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki melalui virtual pada pembukaan pelatihan bertema “KUKM Eksis dan Mampu Beradaptasi dalam Pandemi Covid-19 dan Era New Normal” di Lombok Tengah, Senin (7/9).
MenkopUKM Teten memaparkan bantuan yang diberikan pemerintah kepada UMKM disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi UMKM.
“Bagi UMKM terdampak sangat ekstrem, maka diberikan Bantuan Sosial (Bansos). Bagi UMKM yang mengalami kesulitan pembiayaan, sementara kegiatan usahanya masih berjalan, diberikan retrukturisasi pinjaman subsidi bunga 6 bulan dan keringanan pajak, serta pinjaman dengan bunga 3 persen,” jelasnya.
Terhadap UMKM yang belum tersentuh perbankan (unbankable), diberi Banpres produktif sebesar Rp2,4 juta. “Bantuan ini diberikan kepada 12 juta pelaku usaha mikro. Sampai pada akhir September 2020 ditargetkan sudah 100%,” kata Teten.
Jika kemudian didapati perekonomian nasional pada Kuartal I 2021 masih landai, maka kedua bantuan itu (restrukturisasi dan banpres produktif usaha mikro) kemungkinan besar akan dilanjutkan.
Akses Permintaan
Teten mengatakan, dari sisi permintaan, pemerintah juga membuka kesempatan seluas-luasnya bagi UMKM untuk memasarkan produknya.
“Dalam APBN 2020 ada alokasi Rp307 triliun belanja Kementrian/Lembaga (K/L) yang bisa dimanfaatkan UMKM, walaupun dalam pelaksananya masih di sekitar 8 persen. Karena itu KemenkopUKM juga bekerja sama dengan LKPP untuk mempercepat penyerapan itu,” tuturnya.
Kerja sama dilakukan dengan Kementerian BUMN untuk pengadaan barang dan jasa, termasuk infrastruktur yang nilainya di bawah Rp19 miliar, dialokasikan untuk UMKM. Kebijakan itu saat ini baru diikuti 9 BUMN dan direncanakan diberlakukan di seluruh BUMN pada 2021 nanti.
Pemerintah juga menyediakan sarana transformasi bagi UMKM untuk bisa masuk dalam pasar digital. “Kita akan dorong UMKM masuk ke marketplace. Belanja melalui marketplace akan jadi tren, sehingga penting kita mempercepat transformasi digital UMKM terhubung dengan marketplace digital. Kita memberikan akses seluas-luasnya kepada UMKM, tidak lagi jualan di sekitar tetangga, sekitar pasar, tapi juga terhubung dengan pasar yang lebih luas. Ini harus segera kita kerjakan bersama-sama,” ungkap Teten.
Menurut Menkop, masih ada UMKM yang bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19 dan berhasil melakukan adaptasi dan inovasi produk sesuai dengan permintaan konsumen atau permintaan pasar.
“Kami sadari pentingnya saat ini UMKM melakukan reorientasi bisnis, perencanaan bisnis yang lebih baik. Saya kira kalau kita punya kesadaran sosial untuk membeli atau belanja produk UMKM, perputaran ekonomi akan sedikit membaik.”
Berlangsung Cukup Lama
MenkopUKM mengungkapkan, dari berbagai kajian menunjukkan, UMKM maupun perekonomian nasional harus mempersiapkan diri menghadapi situasi Covid-19 dalam waktu cukup lama.
“Masalah ini bukan dialami kita saja, tapi juga dialami seluruh negara. Ada 295 negara yang berdampak signifikan. Saya kira kita harus bisa melakukan bertahap dalam situasi global ini ” paparnya.
Dia mengharapkan pelatihan-pelatihan yang dilakukan selama pandemi Covid-19 bisa diarahkan agar Koperasi dan UMKM melakukan adaptasi bisnis, adaptasi usaha, digitalisasi UMKM menjadi prioritas, serta inovasi produk sekarang jadi penting.
Sebagai contoh, perajin batik di Jawa Tengah di awal mengalami penurunan penjualan yang luar biasa, tapi kemudian mereka survive karena banting setir dengan berjualan produk pakaian rumah, seperti daster, celana pendek, dll, sehingga penjualan meningkat.
Banyak juga restoran dan kafe yang tutup tidak boleh berjualan, lalu banting setir membuat produk makanan kemasan, seperti frozen food, dan makanan siap saji dalam bentuk siap dimasak di rumah. Saat ini di sektor makanan dan minuman sedang digandrungi, serta industri perumahan terutama di makanan minuman ini sedang bertumbuh.
“Jadi sekarang ini baik penjualan lewat media sosial dan online luar biasa dan akan terus tumbuh. Penting saya kira membaca peluang usaha yang masih ada di tengah pandemi Covid ini,” kata MenkopUKM
Kalau dilihat dari angka penjualan, paling tinggi sekarang adalah sektor makanan dan minuman. Kedua adalah urusan pendidikan sekolah. Lalu ketiga yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, dan di luar dugaan juga penjualan barang barang hobi seperti bunga hias, ikan hias, dan sebagainya, juga menunjukkan tren penjualan yang tinggi. Ini mungkin karena orang sekarang sering ada di rumah dan tidak bisa pelesiran, sehingga banyak yang mengisi waktunya dengan kegiatan hobi.
Sektor Pariwisata
MenkopUKM Teten menambahkan, khusus NTB, Bali, atau daerah wisata lainnya yang selama ini cukup besar mengangkat perkonomian daerah, memang saat ini paling terdampak.
“Saya harap pelatihan yang disiapkan pemerintah daerah, pusat, dan K/L, KemenkopUKM juga diorientasikan membantu UMKM keluar dari masalah krisis, kemudian mencari peluang baru di tengah pandemi Covid-18,” pinta Teten.
MenkopUKM Teten berharap pelatihan yang saat ini dilaksanakan di NTB bisa membantu para pelaku usaha Koperasi dan UMKM untuk bertahan di tengah pandemi Covid dan kalau bisa memanfaatkan peluang sesuai dengan permintaan pasar.
MULIA GINTING