Jurnal9.com
BusinessHeadline

Kinerja Suparma (SPMA) yang Ekspansi Bisnis Pengolahan Limbah

Direksi saat paparan publik secara daring

SURABAYA, jurnal9.com –  PT Suparma Tbk (SPMA) pada Kamis (30/10/2025) melakukan RUPSLB. yang memutuskan pembagian dividen saham dengan rasio 100 : 30, artinya setiap 100 pemegang saham lama akan memperoleh 30 dividen saham baru dengan nilai nominal Rp 400.

Dividen ini berasal dari kapitalisasi saldo laba perseroan tahun 2024 yang terbagi atas sebanyak-banyaknya 946.227.663 lembar saham.

Pemegang saham yang berhak memperoleh dividen saham, adalah pemegang saham yang terdaftar per tgl 11 November 2025.

“Tujuan pembagian dividen saham ini guna meningkatkan modal disetor agar memperkuat struktur permodalan perseroan, sehingga mempermudah memperoleh alternatif pendanaan untuk mengembangkan usaha,” kata Direktur PT Suparma Tbk, Hendro Luhur, dalam paparan publik secara daring, Kamis (30/10/2025).

Selain itu, lanjut dia, meningkatkan distribusi laba perseroan kepada pemegang saham tanpa membebani kemampuan keuangan perseroan. Kemudian menambah jumlah saham beredar, sehingga likuiditas saham perseroan meningkat.

“Peningkatan jumlah saham beredar ini secara teoritis akan menurunkan harga saham, sehingga membuka peluang bagi investor dengan modal terbatas untuk ikut dalam transaksi saham perseroan,” jelas Hendro Luhur.

Manfaatkan limbah untuk produksi batako

Perseroan memanfaatkan hasil pembakaran batu bara pada Power Plant-nya. Dari pembakaran batu bara ini menghasilkan Fly Ash dan Botton Ash (FABA). Fly Ash berupa sisa-sisa abu dan partikel yang tidak terbakar. Adapun Botton Ash berupa abu dasar: residu yang jatuh ke dasar tungku pembakaran.

“Dari FABA ini bisa dimanfaatkan jadi bahan baku utama untuk produksi batako. Dan ini sekaligus sebagai solusi untuk mengurangi limbah batu bara, menciptakan produk konstruksi yang ekonomis dan ramah lingkungan,” cetusnya.

“Ini sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular, limbah diolah menjadi sumber daya yang bernilai tambah untuk perseroan,” tutur Hendro Luhur menambahkan.

Pemakai dari hasil produksi batako ini adalah pengembang perumahan, kontraktor sipil, dan distributor bahan bangunan.

Hendro Luhur menyebut investasi untuk usaha ini perseroan mengalokasikan sebesar Rp 4 miliar, dengan proyeksi tambahan laba sekitar Rp 242 juta pada 2026. Produk batako ini akan dipasarkan untuk pengembang perumahan, kontraktor sipil dan distributor bahan bangunan.

Selain itu untuk industri kimia dasar, kata dia, perseroan membuka peluang usaha ini untuk menghasilkan natrium hidroksida (NaOH) yang digunakan dalam proses kaustikasi. Ini bisa menghasilkan serat kertas menjadi lebih bersih dan berkualitas tinggi.

“Sejalan dengan peraturan Peraturan Presiden RI Nomor 17 Tahun 2025 tentang Percepatan Pembangunan Pengaraman Nasional, khususnya pasal yang mengatur kebutuhan garam industri kimia,” jelas dia.

“Investasi untuk sektor ini mencapai Rp 81 miliar. Produknya akan dipasarkan ke industri kertas dan pulp, tekstil, aluminium, kimia, serta pengolahan limbah,” ia menjelaskan.

Kemudian dalam upaya mengurangi ketergantungan pada batu bara, Hendro menyebut perseroan akan mengembangkan proyek Refused Derived Fuel (RDF) yaitu teknologi pengolahan sampah menjadi bahan bakar alternatif berkalori tinggi.

Baca lagi  KemenkopUKM Terus Perkokoh Koperasi Pangan Modern

“RDF ini bisa menekan emisi karbon, sekaligus menguragi volume sampah yang berakhir di TPA, mendukung target net zero emission,” tegasnya.

Investasi untuk proyek RDF ini mencapai Rp 58 miliar, dengan pemakai akhir meliputi industri semen, industri kertas dan pulp.

Hendro menegaskan ketiga kegiatan usaha pendamping ini bukan merupakan bisnis inti perusahaan, cuma punya peran penting dalam strategi jangka panjang untuk menjadi green company yang tangguh dan berdaya saing tinggi.

Dalam paparan laporan keuangan yang berakhir tanggal 30 September 2025, Hendro menyebut perseroan mencatat kinerja yang positif. Seperti harga jual rata-rata kertas selama sembilan bulan; sampai 30 September 2025, mengalami penurunan 2% dari Rp 11.939 menjadi Rp 11.703, namun kuantitas penjualan kertas meningkat 4.693 MTatau 2,9% menjadi 168.988 MT.

“Hal ini yang menyebabkan penjualan bersih kertas selama sembilan bulan; yang berakhir 30 September 2025 masih mengalami sedikit peningkatan sebesar Rp16,2 miliar atau 0,8% menjadi Rp 1.977,7 miliar,” Hendro menjelaskan.

Adapun laba periode berjalan, selama sembilan bulan yang berakhir 30 September 2025 mengalami penurunan sebesar Rp 46,4 miliar atau 40,4% menjadi Rp 68,4 miliar yang terutama disebabkan perseroan mengalami rugi selisih kurs sebesar Rp 19,6 miliar. Sedangkan pada 30 September 2024 perseroan mengalami laba selisih kurs sebesar Rp 11,1 miliar.

“Rugi selisih kurs ini dipicu oleh melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap USD. Pada posisi 30 September 2024, 1 USD bernilai Rp 15.138. Sedangkan pada posisi 30 September 2025, 1 USD menjadi Rp 16.680,” tutur Hendro.

Periode 30 September 2025, lanjut dia, perseroan membukukan saldo akhir kas dan bank sebesar Rp 137,2 miliar atau mengalami penurunan sebesar 17,7% dari saldo akhir periode 30 September 2024 yang sebesar Rp 166,7 miliar.

Sedangkan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi selama periode 30 September 2025 mengalami penurunan 9,1% dari semula 430,9 miliar pada 30 September 2024 menjadi Rp 391,8 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya kas yang dihasilkan dari operasi sebesar 11,1% karena naiknya saldo pembayaran kepada pemasok sebesar 5,1%.

Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi di periode 30 September 2025 mengalami peningkatan sebesar 34,6% menjadi Rp 48,1 miliar dibandingkan kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi di periode30 September 2024 sebesar Rp 35,7 miliar. Peningkatan tersebut disebabkan oleh adanya penambahan aset lain-lain sebesar Rp 15,6 miliar dan perolehan aset tetap sebesar Rp 32,4 miliar.

Kemudian pada periode 30 September 2025, arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan menurun sebesar 11,2% dari semula Rp 545,9 miliar menjadi Rp 484,9 miliar yang disebabkan oleh adanya penerimaan dari liabilitas sewa sebesar Rp 53,6 miliar.

AMRULLAH  I  ARIEF RAHMAN MEDIA          

Related posts

Jokowi: Tuduhan Jahat ke Saya, Difitnah, Dicaci Maki dan Sering Dijelekkan, Saya Diam

adminJ9

Ini Aturan Terbaru dalam PPKM Level 4: Pemerintah Cabut Istilah PPKM Darurat

adminJ9

Trump Punya Bukti Virus Corona Berasal dari Laboratorium Wuhan

adminJ9

Leave a Comment