Sekretaris Kementerian Koperasi & UKM Prof Rully Indrawan saat berjumpa debitur Bank Mandiri yang mendapat pinjaman KUR.
JAKARTA, jurnal9.com – Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) mulai dirasakan manfaatnya oleh kalangan pelaku UMKM, khususnya debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR). Seperti Rasjeni, perajin tempe yang berlokasi di Kelapa Dua, Kota Depok, ini telah mendapat pinjaman KUR dari Bank Mandiri.
Usaha tempe yang sudah digeluti selama 30 tahun itu menghadapi guncangan tatkala pandemi corona menyebar ke wilayah Indonesia.
Para pelanggan tempe seperti warteg, warung nasi, katering, tukang sayur, banyak yang tutup karena terdampak pandemi corona ini. “Hampir semuanya (warung nasi) tutup karena PSBB. Omzet saya pun drop 50 persen lebih,” ucap Rasjeni.
“Akibat pandemi covid-19, usaha saya di sektor produksi tempe hampir runtuh, karena pelanggan banyak yang tutup,” kata Rasjeni, saat konferensi pers update program PEN Sektor KUMKM, di kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, Selasa (21/7).
Rasjeni sebelumnya sudah mendapat KUR sebesar Rp85 juta, namun usahanya mulai oleng karena terdampak covid-19. Kemudian Bank Mandiri dengan program PEN kembali menggelontorkan KUR sebesar Rp150 juta.
“Bank Mandiri datang tepat waktu, ketika para pelanggan mulai kembali bangkit, usaha saya mendapat tambahan modal baru untuk produksi tempe. Alhamdulillah, usaha saya kembali bangkit dan bisa memiliki empat orang tenaga kerja,” ujar Rasjeni.
Hal serupa dialami Marsiyah, pelaku usaha warung makanan dan minuman, serta kontrakan, di kawasan Kapuk, Jakarta Utara. “Sejak covid-19, warung saya tutup selama dua bulan tanpa penghasilan sama sekali,” ungkap Marsiyah.
Sebelumnya, Marsiyah pernah mendapat KUR sebesar Rp50 juta untuk pengembangan usahanya. Namun, usahanya macet karena terdampak covid-19. Untungnya, selama itu pembayaran cicilan Marsiyah berjalan lancar.
“Bank Mandiri kembali menawarkan KUR sebesar Rp61 juta melalui aplikasi online Mandiri Pintar. Prosesnya sangat cepat dan tidak bertele-tele, karena track record saya bagus di Bank Mandiri. Dan usaha saya pun kembali berjalan,” aku Marsiyah.
Capai Rp11,84 Triliun
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Prof. Rully Indrawan menjelaskan, realisasi belanja program PEN untuk sektor KUMKM hingga periode 21 Juli 2020 mencapai Rp11,84 triliun. Realisasi ini meningkat dari 8,3 persen menjadi 9,59 persen dari total anggaran mencapai Rp123,46 triliun.
Prof. Rully menambahkan, realisasi tersebut tersalurkan melalui program subsidi bunga KUR sebesar Rp78,40 miliar, penempatan dana untuk restrukturisasi melalui Bank Himbara sebesar Rp11,38 triliun, dan melalui program pembiayaan investasi ke koperasi melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Rp381,4 miliar.
Diakuinya bahwa penyerapan dana PEN untuk sektor KUMKM memang perlu diakselerasi karena memang tergolong lambat. Namun, dengan sudah keluarnya DIPA (Daftar Isian Pelaksana Anggaran) dari Kementerian Keuangan, maka diharapkan bisa lebih cepat tersalurkan.
Prof. Rully berharap dana PEN untuk KUMKM bisa dapat tersalurkan sepenuhnya hingga September 2020. “Ada progress yang kita akui masih lambat; kita masih telusuri di mana penghambatnya; memang rata-rata sosialisasinya kepada masyarakat yang belum sepenuhnya berjalan baik,” ujar Rully.
Realisasi penempatan dana pemerintah kepada Bank Himbara untuk program restrukturisasi tersebut tersalurkan kepada 178.056 debitur. Rincian masing-masing bank yang menjalankan program tersebut yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar Rp8,12 triliun. Kemudian PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Rp1,88 triliun. Kemudian dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Rp1,29 triliun dan oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) sebesar Rp75,37 miliar.
“Total penerima program PEN hingga 21 Juli 2020 menjadi 1.095.950 pelaku KUMKM melalui penerima manfaat dari penerima subsidi bunga KUR sebanyak 917.860 UMKM, UKM debitur Himbara sebanyak 178.056 dan koperasi penerima dana investasi LPDB sebanyak 34 koperasi,” paparnya.
MULIA GINTING