Kamala Harris saat acara debat Pilpres AS dengan Donald Trump
WASHINGTON DC, jurnal9.com – Donald Trump kembali terpilih Presiden Amerika Serikat (AS) setelah memperoleh lebih dari 270 suara electoral college, sebagai syarat untuk memenangkan pemilihan presiden (pilpres).
Dikutip dari USA Today, Rabu (6/11/2024), Trump selain unggul dalam jumlah electoral, juga berhasil meraih suara paling banyak secara nasional dengan jumlah 71,1 juta suara.
Sedangkan pesaingnya, Kamala Harris dari Partai Demokrat mendapat 66,8 juta suara. Ada selisih sekitar 5 juta dari perolehan Trump.
Kenapa sebagian warga AS memilih Trump pada Pilpres AS 2024?
Trump dalam kampanyenya berjanji akan mengakhiri pertumpahan darah di Gaza. AS harus menciptakan perdamaian yang didasarkan pada keadilan, dan kebebasan negara bagi rakyat Palestina.
“Benar-benar harus mengakomodir kepentingan warga muslim. Dan benar-benar mengedepankan perdamaian dunia dalam kebijakan luar negeri Washington nantinya,” kata Trump.
“Sekarang sebagian besar orang Amerika, termasuk muslim Amerika tidak ingin melihat lebih banyak kefanatikan di dalam negeri, atau lebih banyak perang di luar negeri,” tegasnya.
Bahkan Trump mengutuk kebijakan mantan Presiden AS George Bush dan Wakil Presiden Dick Cheney yang mendatangkan malapetaka bagi dunia muslim.
Setelah Trump memastikan meraih kemenangan dalam Pilpres AS 2024 ini, dalam pidato deklarasi kemenangannya, ia mengakui salah satu faktor kemenangan itu diperoleh dari suara muslim Amerika.
“Kelompok muslim merupakan salah satu pihak yang mendukung kami, hingga kami kembali menjadi presiden ke-47 AS,” ujarnya.
“Mereka datang dari seluruh penjuru AS, dari Afrika Amerika, hispanik Amerika, Asia Amerika, Arab Amerika dan muslim Amerika,” kata Trump menambahkan.
Padahal saat Trump menjadi presiden sebelumnya, tak sekali pun ia memihak warga muslim. Baik itu untuk kebijakan di dalam negeri maupun di luar negeri.
Tetapi dalam pemilihan presiden 2024 ini, Trump selama kampanye selalu menyuarakan kepentingan kelompok muslim di negerinya maupun kebijakan luar negeri AS. “Sekarang AS harus mendukung perdamaian di luar negeri, termasuk mengakhiri perang di Gaza. Menghentikan agresi Israel ke Palestina,” tuturnya.
Kamala memihak Israel
Sementara itu Al-Jazeera melaporkan kekalahan Kamala Harris karena mengabaikan kelompok muslim AS yang dalam seruannya untuk mempertimbangkan kembali dukungannya terhadap Israel.
Sebab Kamala dalam kampanyenya menyatakan apa yang disebutnya sebagai ‘hak Israel untuk mempertahankan diri’. Padahal Israel melakukan kekejaman brutal di Gaza.
“Genosida adalah politik yang buruk,’ kata Adam Abusalah, seorang aktivis di negara tersebut dalam kritiknya kepada Kamala.
“Kamala Harris kalah dalam Pilpres AS 2024 karena keputusannya memihak dan membela Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu dengan mengorbankan basis Demokrat, Arab dan muslim Amerika, serta kaum muda dan kaum progresif,” tegas aktivis itu lagi.
Apalagi Kamala melakukan kampanye di Michigan, salah satu negara bagian yang memiliki banyak warga muslim. Dan disebut-sebut menjadi negara penentu kemenangan pemilu AS.
Dikutip dari BBC News, Kamis (7/11/2024) sebagian warga AS percaya jika Trump bisa membawa perekonomian lebih baik.
Seorang sopir truk asal Pennsylvania, Ben Maurer mengaku sebagai pendukung Partai Republik berharap pada Trump sebagai presiden pada periode mendatang bisa menciptakan kesejahteraan bagi pekerja Amerika.
“Saya kira Trump akan memprioritaskan ekonomi dan nasib pekerja Amerika terlebih dahulu,” tuturnya.
Maurer yakin janji Trump dalam kampanyenya untuk melindungi pekerja Amerika akan bisa ditepati. Dan bisa mengatasi inflasi yang lebih realistis. “Selama ini inflasi yang tinggi telah membuat ekonomi keluarga terpuruk,” ujarnya.
ARIEF RAHMAN MEDIA
