Pandemi covid-19 telah mengakselerasi teknologi masa depan. Sehingga ada 97 juta pekerjaan baru berbasis teknologi yang akan tercipta di pasar kerja. Kondisi ini akan merepotkan para pekerja untuk meningkatkan kemampuannya melalui pelatihan di masa yang sulit.
JAKARTA, jurnal9.com – World Economic Forum (WEF) memproyeksikan ada 97 juta pekerjaan baru berbasis teknologi yang akan tercipta di pasar kerja seiring perkembangan komputasi awan, big data, dan e-commerce.
Berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF) dari 97 juta pekerjaan baru tersebut, sekitar 40 persen di antaranya masih memiliki kesempatan untuk meningkatkan kapasitas melalui pelatihan dalam jangka 6 bulan.
“Covid-19 telah mengakselerasi masa depan pekerjaan. Akan ada skenario ganda yang bakal menganggu para pekerja di masa yang sulit ini. Jalan keluarnya adalah solusi manajemen yang proaktif,” kata Managing Director WEF Saadia Zahidi, dilansir dari Aljazeera, Rabu (21/10).
Namun, perubahan di pasar kerja diperkirakan tidak akan memberikan manfaat bagi semua pekerja. Akselerasi teknologi dan krisis akibat covid-19 akan memperlebar jurang kesenjangan pekerja, dengan pekerja rendah, anak muda, perempuan, dan tenaga kerja dengan skill terbatas akan terdampak signifikan.
Survei yang dilaksanakan oleh WEF ini didasarkan proyeksi para pengusaha dari 300 perusahaan dunia yang telah mempekerjakan sekitar 8 juta tenaga kerja.
Dalam survei tersebut 43 persen para pengusaha mengindikasikan akan mengurangi tenaga kerjanya akibat integrasi teknologi. Tetapi hanya 1 dari 5 pengusaha global yang akan memanfaatkan investasinya untuk meningkatkan kapasitas pekerjanya.
Pandangan mengenai kapasitas pekerja juga mengalami perubahan di tingkat manajemen perusahaan. Sekitar 94 persen pengusaha mengharapkan para pekerjanya memiliki kemampuan baru pada pekerjaan, atau naik dari 65 persen pada 2018.
Berdasarkan laporan WEF, otomatisasi dan divisi baru yang membagi tugas antara manusia dengan robot akan menggantikan 85 juta jenis pekerjaan dalam lima tahun ke depan.
Pandemi covid-19 yang berdampak pada krisis ekonomi akan mempercepat proses digitalisasi seluruh sektor ekonomi yang lebih parah dibandingkan krisis moneter 2008 silam.
Sektor ekonomi yang lebih parah akibat pandemi covid-19 telah memperdalam jurang kesenjangan di pasar tenaga kerja dan mengakselerasi urgensi teknologi dalam industri.
Berdasarkan laporan WEF berjudul ‘Future of Jobs Report 2020’, justru otomatisasi dan divisi baru yang membagi tugas antara manusia dengan robot akan menggantikan 85 juta jenis pekerjaan dalam lima tahun ke depan.
“Covid-19 telah mengakselerasi masa depan pekerjaan. Akan ada skenario ganda yang bakal menganggu para pekerja di masa yang sulit ini. Jalan keluarnya adalah solusi manajemen yang proaktif,” ujarnya.
Laporan itu menunjukkan laju adopsi teknologi terus bergerak cepat dalam lima tahun ke depan seiring dengan perkembangan komputasi awan, big data, dan e-commerce.
Para pekerja yang diperkirakan masih bekerja di posisinya pada lima tahun mendatang diharuskan untuk berdaptasi, dengan perkiraan sekitar 5 persen diharuskan melakukan peningkatan kapasitas.
Survei yang didasarkan proyeksi para pengusaha dari 300 perusahaan dunia itu telah mempekerjakan sekitar 8 juta tenaga kerja.
Laporan ini juga yang mendesak pemerintah untuk memberikan jaring pengaman sosial kepada para pekerja yang tersingkir dari dunia kerja akibat pemanfaatan teknologi yang menggatikan tenaga manusia. Mereka harus memperbaiki sistem pendidikan, dan menawarkan insentif bagi dunia usaha untuk berinvestasi pada industri yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan.
Terutama perusahaan swasta yang berperan besar mengurangi dampak perubahan pada pasar tenaga kerja. Sehingga para pekerja harus menggenjot pelatihan agar tidak tertinggal dalam perkembangan teknologi.
RAFIKI ANUGERAHA M I ARIEF RAHMAN MEDIA