Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki saat mengunjungi pusat produksi gula cair di Klaten, didampingi Joko Budi Wiryono Dirut PT GEN dan Bupati Klaten, Sri Mulyani.
Kalau gula kristal atau gula pasir selama ini hanya memanfaatkan kandungan sukrosa dari perasan tebu. Sedangkan gula cair memanfaatkan semua bagian yang sebelumnya dianggap limbah.
KLATEN, jurnal9.com – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengunjungi pusat produksi gula cair PT Gula Energi Nusantara (GEN) di Klaten, Jawa Tengah, Jumat (9/4/2021).
Selain meninjau alat-alat dan proses produksi gula cair, Teten bertemu Direktur UKM PT GEN Joko Budi Wiryono sebagai pencetus ide tempat produksi gula cair ini. Menkop melakukan dialog langsung dengan Joko Budi Wiryono dan jajarannya yang didampingi Bupati Klaten Sri Mulyani.
“Saya ke Klaten menemui Pak Joko karena beberapa waktu lalu Pak Joko menyampaikan ide besar; mengembangkan gula nasional dengan mengurangi impor yang hanya mengalihfungsi dari gula pasir ke gula cair,” kata MenkopUKM.
“Dan hari ini Pak Joko sudah mengembangkan prototipe pengolahannya dan mengembangkan sendiri teknologi produksinya,” lanjut Teten.
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki saat melihat hasil produksi gula cair
Joko menceritakan, dengan mengubah gula kristal menjadi cair, kapasitas produksi gula menjadi naik berkali lipat. Kalau gula kristal atau gula pasir selama ini hanya memanfaatkan kandungan sukrosa dari perasan tebu. Sedangkan gula cair memanfaatkan semua bagian yang sebelumnya dianggap limbah. Sehingga gula cair yang diproduksi lebih sehat, karena kadar gulanya rendah atau low glychemic index (LGI) dan kandungan antisoksidan tinggi.
Joko mengaku menghabiskan riset hingga 10 tahun untuk menemukan inovasi tersebut yang bekerja sama dengan peneliti IPB dan kalangan medis. Teknologi Gulanas pun telah mendapatkan paten dari Kementerian Hukum dan HAM. Dengan pengalamannya mengelola pabrik gula selama puluhan tahun, temuan Joko bisa menjadi solusi untuk kebutuhan gula nasional bahkan dunia.
Apalagi saat ini, Indonesia sedang mengalami defisit gula sekitar 3 juta ton. Rata-rata konsumsi gula nasional sebesar 5,1 juta ton. Sementara produksi gula nasional hanya 2,1 juta ton, sehingga Indonesia menjadi negara pengimpor gula terbesar di dunia.
Kondisi ini, menurut Teten, berbanding terbalik dengan tahun 1934 silam. Saat itu, justru Indonesia mengalami surplus gula, bahkan Indonesia tercatat sebagai negara eksportir gula terbesar kedua di dunia setelah Kuba. Pada zaman VOC hingga kolonial Belanda pada abad ke-17 hingga ke-18, ada 400-an pabrik gula di Indonesia. Namun, saat ini hanya tersisa 40-an unit dengan kapasitas produksi menengah hingga besar.
“Jadi saya kira dengan keterbatasan lahan tebu sekarang, maka teknologi pengolahan gula cair yang dikembangkan oleh Pak Joko ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk mencapai kita swasembada gula. Karena itu, ini satu hal yang luar biasa dari usaha kecil menengah yang bisa kita kembangkan kapasitas produksinya,” ujar Teten.
Teten mendukung pengembangan kapasitas produksi gula cair oleh PT GEN agar bisa menambah suplai bagi kebutuhan dalam negeri, sekaligus untuk mengurangi impor. Pengembangan kapasitas produksi gula ini dapat didukung dalam bentuk investasi, maupun pembiayaan pemerintah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta pendampingan yang melibatkan stakeholders terkait.
“Dengan KUR bisa sampai Rp20 miliar. Pun dengan grace period yang cukup panjang, dengan bunga yang sangat kompetitif juga saya kira bisa dibiayai dari perbankan,” kata MenkopUKM
“Nanti mungkin dilakukan pendampingan dari kami. Dan mungkin kami juga akan mengajak Kementerian BUMN dan Perindustrian untuk bersama-sama mengembangkan prototipe pabrik yang dikembangkan oleh Pak Joko,” ia menambahkan.
PT GEN mengembangkan prototipe R&D teknologi proses pengolahan gula cair tebu. Dengan campur tangan berbagai pihak, perusahaan ini berpotensi memproduksi 8,4 juta ton gula. Dengan demikian, Indonesia yang tadinya mengalami defisit 3 juta ton diyakini bisa swasembada, sehingga dengan sendirinya akan mengurangi ketergantungan impor.
“Kita bisa swasembada kalau dengan ide besar Pak Joko. Karena itu saya datang ke sini untuk kita dukung dan kembangkan supaya betul-betul kita bisa swasembada gula dengan mengolah lahan tebu yang eksisting saat ini, tapi nanti kita perluas,” jelas Teten.
Temuan Joko juga menjadi solusi menghadapi tren produksi gula di dunia yang saat ini turun. Berdasarkan catatan dari FAO, produksi gula tahun ini turun sekitar 6 juta ton. Jika kebutuhan gula nasional masih tergantung impor, maka dalam beberapa tahun ke depan kebutuhan gula nasional tidak dapat terpenuhi, apalagi konsumsi nasional cenderung naik.
“Jadi ini ancaman bagi kita kalau tergantung impor, dunia malah kurang. Maka kita punya solusi dengan mengembangkan model bisnis seperti Pak Joko,” cetus Teten.
Direktur UKM PT GEN, Joko Budi Wiryono menjelaskan perusahaannya memproduksi gula cair untuk meningkatkan nilai tambah. PT GEN adalah perusahaan yang memiliki visi untuk berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional, melalui pengembangan produk hasil olahan tebu dan palm beserta turunannya.
Joko Budi Wiryono menyampaikan pihaknya memilih mengembangkan usaha gula cair dari tebu ini karena ingin Indonesia bisa swasembada gula. Ketidakmampuan Indonesia berswasembada gula ini karena adanya kesalahan dalam memanfaatkan tebu untuk produksi gula.
“Berdasarkan riset kami selama 81 tahun, ada tren produksi gula di Indonesia terus menurun. Sedang trend impor gula terus naik. Kalau tren ini diteruskan, maka Indonesia tidak akan pernah swasembada gula dalam waktu 50 tahun sampai 100 tahun ke depan,” katanya.
ARIEF RAHMAN MEDIA