Jurnal9.com
Business

PLUT Jembrana, Dorong Nelayan dan Petani Dirikan Usaha Rumahan di Tengah Pandemi

JEMBRANA, jurnal9.com – Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUMKM Kabupaten Jembrana, Bali, baru satu tahun. Meski baru lahir, tapi PLUT Jembrana mampu menorehkan prestasi dalam mengembangkan pelaku UMKM di sekitarnya.

Kabupaten Jembrana, dalam sektor pariwisata tidak sepopuler daerah lain di Bali. Tapi untuk komoditas pertanian dan perikanan, Jembrana adalah daerah penghasil ikan laut terbesar di Bali, dan Jembrana juga dikenal penghasil kakao terbaik.

Untuk sektor perikanan, Jembrana yang merupakan daerah pesisir, dan kampung nelayan, pelaku UMKM nya banyak menghasilkan produk perikanan. Seperti hasil tangkapan terbesar para nelayan Jembrana ini adalah jenis Ikan lemuru. Ikan ini banyak dipesan untuk bahan baku sarden.

Dalam sehari-hari, para nelayan menghasilkan berton-ton ikan lemuru. Hasil  tangkapan nelayan ini diserap pabrik pengolahan ikan sarden. Namun selalu ada juga ikan lemuru yang dinilai tidak memenuhi standar pabrik. Sehingga Ikan-ikan yang tidak terserap seringkali akhirnya terbuang.

Sejumlah perempuan di Desa Perancak, Jembrana  ada yang memanfaatkan sisa-sisa ikan lemuru tersebut  menjadi peluang usaha. Sisa-sisa ikan lemuru itu diolah menjadi ikan kering dalam kemasan, mirip daging dendeng. Orang-orang di luar kampung nelayan ini menyebutnya Bedetan Ikan Lemuru. Tapi nelayan di Jembrana menyebut  ikan kocing.

‘Bedetan’ dalam bahasa Indonesia artinya dendeng. PLUT Jembrana yang melakukan pendampingan terhadap para perempuan Desa Perancak tersebut telah menjadikan ikan lemuru sebagai peluang usaha.

Irwan, konsultan PLUT Jembrana, mengatakan usaha dendeng ikan lemuru ini baru dimulai tiga bulan lalu, saat para perempuan ibu rumah tangga itu ingin menambah penghasilan keluarga di tengah pandemi covid-19. Sebanyak 25 perempuan tergabung membentuk kelompok yang disebut ‘Kelompok Usaha Ibu-Ibu Perancak’.

“Kami melakukan pendampingan bagi ibu-ibu tersebut untuk usahanya, mulai dari memberikan motivasi, pelatihan dan membantu perizinan usahanya,” kata Irwan.

Usaha yang dimulai dari nol tersebut dibantu oleh PLUT Jembrana dengan memberikan pelatihan mulai dari cara berproduksi yang higienis, membuat kemasan, sampai pemasaran. Perizinan usaha juga dibantu, seperti IUMK, dan saat ini sedang dalam proses untuk mendapat PIRT.

“Karena ini usaha yang baru dirintis, kami memberikan pelatihan bagaimana cara produksi berkualitas, sekaligus tahan lama dalam kemasan, serta bagaimana membuat kemasan yang aman dan higienis,” jelas Irwan.

Pembiayaan yang menjadi faktor penting untuk mendukung usaha ‘Kelompok Usaha Ibu-Ibu Perancak’ ini turut difasilitasi PLUT Jembrana. Antara lain mendapat bantuan hibah dari CSR PLN sebesar Rp 60 juta dan dana desa guna mendukung usaha ibu-ibu tersebut.

Baca lagi  MenkopUKM: Kolaborasi Multistakeholder, Kunci untuk Meningkatkan Ekspor Nasional

Produk usaha rumahan ibu-ibu Perancak ini ternyata banyak diminati pasar.

“Sejak pandemi corona ini membuat cara konsumsi masyarakat berubah. Orang senang dengan ikan kering yang tinggal dimasak, sebab sudah ada rasanya,” kata Irwan.

Saat ini, pasar dendeng ikan Lemuru mulai masuk ke minimarket di sekitar Jembrana. Menurut Irwan, Bupati Jembrana bahkan ingin menjadikannya sebagai oleh-oleh khas Jembrana, sebab produksi ini hanya ada di Jembrana.

Kewirausahaan 

Perkebunan kakao di Jembrana pangsa pasarnya masih kecil, tapi sudah menembus beberapa negara. Melalui Koperasi Kerta Semaya yang menghimpun para petani penghasil kakao, hasil pertaniannya dipasarkan lewat koperasi. Dari hasil panen kakao dari daerah Jembrana yang dikenal berkualitas, pasarnya pun menembus ke berbagai negara.

Perkebunan kakao yang tersebar di berbagai desa di Jembrana ini menjadi sumber ekonomi para penduduknya.Sejumlah ibu-ibu bahkan juga melirik kakao untuk jadi potensi usaha.

Pelatihan kewirausahaan yang kerap dilakukan PLUT Jembrana, menghasilkan 20 ibu rumah tangga di Desa Candi Kesuma, Jembrana, mulai menjadi kelompok usaha Cokelat Candi Kesuma. Berdirinya kelompok usaha Cokelat ini mendapat pendampingan dari  PLUT Jembrana.

“Sama seperti ikan lemuru, kelompok usaha cokelat ini juga mulai dari nol. Semua dimulai dari awal, dari tidak ada ruang produksi, tidak punya legalitas, mereka hanya punya niat dan tekad,” kata Irwan.

Lantas PLUT Jembrana intensif melakukan pendampingan, dimulai dari mengurus perizinan usaha melalui OSS (Online Single Submission), memfasilitasi PIRT sampai pada pembuatan kemasan yang aman. Anggota kelompok ini tidak semua punya lahan kakao. Untuk bahan baku, mereka mengambil dari kebun kakao sekitar desa di daerah Jembrana.

PLUT Jembrana juga berhasil memfasilitasi ke Bank Indonesia dan Dana Desa, sehingga  memperoleh pendanaan yang cukup untuk mendanai usaha tersebut. “Bank Indonesia memberikan bantuan dari ruang produksi dan peralatan,” jelas Irwan.

Baru enam bulan berdiri, kelompok ini sudah menghasilkan produksi 500 bungkus cokelat bubuk dalam sebulan atau setara 250 kg. Pemasarannya sudah menjangkau ke café dan minimarket sekitar Jembrana.

MULIA GINTING

Related posts

Realisasi Program PEN untuk Koperasi dan UMKM Capai Rp87,083 triliun

adminJ9

Di Tengah Ancaman Krisis Ekonomi Global, Ekonomi RI Tumbuh 5,72 Persen pada Kuartal III/2022

adminJ9

Anak Presiden Jokowi: Gibran dan Kaesang Dilaporkan ke KPK Terkait Dugaan KKN

adminJ9

Leave a Comment