Jurnal9.com
Business

MenkopUKM: Pemikiran Bung Hatta Memberi Wawasan Idealnya Membangun Koperasi

Tangkapan layar webinar bedah buku karya Bung Hatta

JAKARTA, jurnal9.com – Bung Hatta, sebagai Bapak Koperasi Indonesia, memiliki banyak gagasan yang perlu dikaji dalam perkembangan koperasi saat ini. Pemikiran Bung Hatta memberi wawasan berharga; bagaimana idealnya koperasi dibangun dan dikembangkan.

Hal itu dikemukakan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki pada acara webinar bedah buku karya Bung Hatta “Gerakan Koperasi dan Perekonomian Rakyat” yang diselenggarakan Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), di Jakarta, Senin (12/7/2021).

Menurut Teten, tulisan Bung Hatta banyak membahas tentang individualitas dan solidaritas, sebagai esensi dari koperasi. Yakni upaya bagi orang/individu memberdayakan dirinya sendiri (self help) melalui kerja sama (berko-operasi), dan memiliki solidaritas tinggi antara satu dengan yang lain.

“Koperasi memiliki karakteristik khas sebagai suatu sistem nilai, falsafah, dan organisasi yang bekerja untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggotanya meskipun banyak permasalahan yang timbul, baik dari sisi tata kelola organisasi, usaha, ataupun bisnis,” papar MenkopUKM.

Pemikiran Bung Hatta, kata MenkopUKM, menekankan koperasi tidak hanya berperan sebagai lembaga ekonomi, namun juga sebagai lembaga pendidikan yang salah satunya terkait pendidikan antikorupsi bagi anggota.

“Semangat berkoperasi ditranslasikan sebagai bentuk resistensi terhadap praktik individualisme dan kapitalisme. Di mana dalam usaha koperasi, prinsip kekeluargaan dan gotong royong menjadi dasar guna mencapai kesejahteraan bersama,” tegas Teten.

Namun dengan seiring waktu, Teten mengakui bahwa banyak pemasalahan yang dihadapi koperasi, sehingga cita-cita untuk mewujudkan koperasi sebagai sokoguru ekonomi Indonesia belum tercapai.

“Karena koperasi belum sepenuhnya menjadi pilihan utama kelembagaan ekonomi rakyat,” tandas Teten.

Karena itu, lanjutnya, perlu peningkatan partisipasi anggota, indeks pembangunan manusia, dan ekosistem usaha yang mendukung agar koperasi menjadi lembaga usaha pilihan masyarakat.

Seperti diketahui, partisipasi masyarakat Indonesia untuk menjadi anggota koperasi masih rendah dengan hanya sebesar 8,41%, masih di bawah rata-rata dunia yang mencapai 16,31%.

Meskipun ada juga daerah yang tingkat partisipasinya tinggi seperti di Provinsi NTT yang penduduknya sudah mencapai 50% dan juga Provinsi Kalimantan Barat.

“Saya ingin mengajak LP3ES untuk meneliti mengapa di Provinsi NTT dan Kalimantan Barat tingkat keinginan masyarakat untuk berkoperasi cukup tinggi,” ujarnya.

Teten mencontohkan banyak koperasi yang sukses, bukan hanya sebagai lembaga usaha, tapi juga sebagai entitas sosial bagi anggotanya. Di antaranya adalah Koperasi Produsen Baitul Qiradh Baburrayyan yang menguasai pasar ekspor 345,6 ton Kopi Arabica Gayo ke pasar Amerika Serikat dan Eropa.

“Ini satu-satunya koperasi yang memiliki akses penjualan kopi langsung ke Starbucks,” ucap Teten.

Koperasi Telekomunikasi Seluler (Kisel), kata Teten, pada 2018 menduduki peringkat 94 dari 300 koperasi besar dunia. Kisel dapat menjadi prototype koperasi modern dengan diversifikasi usaha tinggi dan memiliki 5 anak usaha berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang bergerak di bidang penyaluran tenaga outsourcing, MICE, office support, infrastruktur, telekomunikasi, dan digital business solution.

Baca lagi  KemenkopUKM akan Cetak Wirausaha Muda Berpendidikan, Inovatif dan Berbasis Teknologi

Selain itu ada juga Koperasi Benteng Mikro Indonesia yang tidak hanya sukses membesarkan bisnis/usaha, namun memberikan kontribusi sosial melalui program Hibah Rumah Siap Huni/HRSH. Dari tahun 2015 hingga akhir Maret 2021 sudah sebanyak 293 rumah diserahkan kepada anggota dan non anggota.

Karena itu Teten menegaskan bahwa upaya rebranding koperasi sebagai entitas bisnis yang modern, kontributif, dan kompetitif, terus dillakukan melalui beberapa strategi pengembangan koperasi.

Antara lain pengembangan model bisnis koperasi melalui korporatisasi pangan, pengembangan Factory Sharing dengan kemitraan terbuka agar terhubung dalam rantai pasok, hingga pengembangan Koperasi Multi Pihak.

“Juga penguatan kelembagaan dan usaha anggota koperasi melalui strategi amalgamasi atau spin off dan split off,” jelas Teten.

Pengembangan korporatisasi pangan melalui koperasi, kata Menkop, sesuai arahan Presiden (Ratas 10 Desember 2019) bersinergi dengan K/L, Pemerintah Daerah, mitra, dan stakeholders lainnya untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.

Program korporatisasi melalui koperasi ini sedang dikembangkan di Sumedang dengan komoditas kacang koro, di Ciwidey dengan sayur-mayur dan buah-buahan, Bandung (Jawa Barat), komoditas pisang di Tanggamus (Lampung), Bener Meriah (Aceh), Lumajang (Jawa Timur), dan Garut (Jawa Barat) yang bekerja sama dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintah Daerah, dan  PT Great Giant Pineapple.

Begitu pun pengembangan komoditas udang Vaname di Muara Gembong, Bekasi (Jawa Barat) dan udang Windu di Pinrang (Sulawesi Selatan) yang bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Rakyat Mandiri

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Meutia Hatta (Keluarga Bung Hatta) mengatakan, membangun ekonomi rakyat bagi Bung Hatta adalah prioritas untuk mengangkat martabat rakyat dan menjadikan rakyat mandiri.

Mengutip kalimat Bung Hatta pada halaman 19-20 dari buku 6 KLBH yang dibahas ini, “rahasia koperasi terletak pada dua tiang, yaitu solidaritas dan individualitas.”

“Jika hilang salah satu dari kedua itu, tidak sempurna jalannya,” kata Meutia.

Menurut Meutia,bangsa Indonesia yang mau menempuh jalan ini, [perusahaan] ekonominya mesti memperlihatkan dasarnya itu. “Keduanya tidak didapatkan begitu saja, melainkan dengan didikan,” cetus Meutia.

Sementara itu, Dewan Redaksi Buku Karya Lengkap Bung Hatta, Emil Salim, mengatakan gagasan yang diambil Bung Hatta adalah bangunan ekonomi bukan PT.  Tetapi koperasi dan dalam koperasi didasarkan suatu semangat gotong royong, semangat masyarakat.

“Lahir gagasan koperasi sebagai usaha bersama; membangun kesejahteraan bersama. Bukan untuk modal. Tetapi kebersamaan dan gotong royong,” ungkap Emil.

ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

Pada 2021, KemenkopUKM Siapkan Sejumlah Stimulus untuk UMKM

adminJ9

Kemitraan Usaha Besar dan Koperasi Nelayan Bisa Serap Pasar Ikan Hasil Tangkapan

adminJ9

Sinergi Tiga Menteri Usung Sentra Pengolahan Beras Terpadu di Kebumen

adminJ9