Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki saat melakukan kunjungan kerja ke tempat pengolahan kopi Klasik Beans di daerah Gunung Puntang, Desa Campaka Mulia, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung. (Foto: Humas KemenkopUKM)
BANDUNG, jurnal9.com – Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengatakan sektor pertanian dan perkebunan sudah bisa direlaksasi untuk diaktifkan kembali kegiatan usahanya di tengah pandemi Covid-19.
“Saya ingin melihat langsung dan memastikan reaktivasi kegiatan usaha KUKM bisa berjalan,” kata Teten saat melakukan kunjungan kerja ke salah satu shelter (tempat pengolahan kopi) Klasik Beans di daerah Gunung Puntang, Desa Campaka Mulia, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Minggu (21/6).
Produk kopi Klasik Beans yang sudah menembus pasar mancanegara, lanjut dia, merupakan salah satu produk kopi terbaik di dunia. “Saya yakin dengan tingkat konsumsi kopi dalam negeri yang terus meningkat, produk kopi nasional bisa diserap pasar dalam negeri,” kata Teten yang didampingi Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Prof Rully Indrawan, Dirut LPDB KUMKM Supomo, dan juga Bupati Bandung Dadang M Naseer.
“Jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta jiwa, pendapatan nasional dari produk kopi tidak perlu lagi bergantung pada ekspor. Meski ekspor kopi tetap akan menjadi bagian penting, karena kopi akan terus menjadi komoditi unggulan Indonesia,” ucapnya.
Meski sekarang menghadapi masa pademi corona, MenkopUKM berharap protokol kesehatan tetap dijalankan dengan disiplin. “Dunia usaha dijalankan dengan tidak mengabaikan protokol kesehatan,” tegas MenkopUKM.
Melihat optimisme MenkopUKM itu, Ketua Koperasi Klasik Beans Deni Glen menjelaskan bahwa koperasi yang berdiri pada 2011 ini sudah memiliki binaan sekitar 3000 petani kopi yang tergabung dalam Paguyuban Tani Sunda Hejo. “Hasil panen kopi petani dibeli koperasi untuk diolah menjadi biji kopi mentah atau green beans,” kata Glen.
Koperasi Klasik Beans, menurut Glen, memiliki banyak shelter kopi di Jawa Barat. Di antaranya, di Garut (ada tiga), Ciwidey (ada dua), Gunung Puntang, Pangalengan, Ujungberung, Bandung Utara, dan Cianjur. Sedangkan di luar Jabar, shelter Klasik Beans ada di Kintamani (Bali), Flores, Enrekang (Sulsel), Lintong (Medan, Sumut), dan Takengon (Aceh).
“Sebelum pandemi Covid-19, kami memiliki kapasitas produksi sebanyak 5-8 ton green beans per bulan, khusus untuk pasar nasional. Sedangkan pasar ekspor, per musim kita menghasilkan 60 ton, dalam setahun ada satu kali musim,” ujarnya.
Pasar Ekspor
Brand produk Kopi Sunda Hejo, kata Ketua Koperasi Klasik Beans ini, mampu menembus pasar ekspor ke negara-negara seperti Prancis, Jepang, Australia, Swiss, dan sebagainya. “Produk kopi kita juga salah satu yang dibeli Starbucks,” tutur Glen.
Bahkan, lanjut dia, pihaknya memiliki hari istimewa yang dinamakan Hari Petani. Di hari itu, seluruh petani binaan Klasik Beans mendapatkan premi dari koperasi. “Itu uang yang kita sisihkan dari setiap kilogram kopi yang mereka jual ke koperasi, semacam produk tabungan yang akan dibagikan kembali ke petani sesuai kilogram kopi yang sudah dijualnya,” jelas Glen.
Hanya saja, dia mengakui selama pandemi Covid-19 berdampak besar pada usaha kopinya. “Banyak kedai kopi yang tutup, termasuk yang untuk pasar dunia. Penghasilan kita drop hingga 95 persen,” ungkapnya.
Meski kondisi pasar drop, Klasik Beans tetap komitmen membeli hasil panen kopi dari para petani. Dengan sulitnya kopi terserap pasar, maka Klasik Beans pun mau tidak mau harus menambah gudang. “Kita semua berharap pandemi Covid-19 segera berlalu, agar pasar kopi nasional dan dunia kembali bergairah,” cetusnya lagi.
MULIA GINTING