Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki saat melakukan kunjungan ke Griya Dekranasda Kota Pontianak, Ahad (28/3/2021)
PONTIANAK, jurnal9.com – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan produk UKM unggulan dari wilayahnya masing-masing, sehingga muncul lebih banyak local champion di tanah air.
Hal itu diungkapkan MenkopUKM saat melakukan kunjungan ke Griya Dekranasda Kota Pontianak, Ahad (28/3/2021). Karena itu ia menekankan perlunya untuk menyiapkan UKM produk unggulan tiap daerah yang bisa bersaing dengan produk luar dan memenuhi standar global.
“Produk harus inovatif dan memuat kearifan lokal, tapi masuk sektor produktif atau misalnya manufaktur yang kini juga mulai banyak permintaannya,” kata Teten.
“Karena saat ini cuma Vietnam yang bisa berkompetisi dengan China, seperti garmen dan komponen elektronik. Perlu diakui kalau kita banyak impor, padahal kita mampu membuat seperti mereka,” lanjutnya.
Ia mencontohkan Pontianak yang memiliki banyak potensi komoditas yang bisa dijual dan bersaing dengan produk luar negeri mulai dari aloe vera hingga tenun.
Karena itu, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meminta Pemerintah Daerah (Pemda) aktif menyisir UKM potensial yang bisa dibesarkan skala usahanya.
“Untuk itu kami mengusulkan skema pembiayaan baru, di mana UMKM dinaikkan usahanya. Strateginya bidik 1-2 usaha-usaha yang potensial di daerah kemudian dibesarkan untuk menjadi unggulan,” kata Teten.
Teten juga ingin mendorong scaling-up UKM dengan bekerja sama inkubator swasta. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Kewirausahaan yang sedang dibahas untuk mengembangkan UKM.
“Targetnya itu mengurangi mikro, karena mereka banyak tak terserap di sektor formal,” imbuhnya.
KemenkopUKM, kata Teten, aktif menjalin kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk membesarkan usaha kecil menjadi menengah, bahkan hingga usaha besar.
Ia ingin UKM yang masuk ke inkubasi minimal selama 6 bulan diuji oleh para ahli. Setelah produk unggulan dan market demand-nya kuat, baru akan dicarikan pembiayaan.
“Kita jauh dari Vietnam, di sana mereka menyediakan pembiayaan hingga Rp19 miliar dan berhasil melahirkan wirausaha baru,” ucapnya.
Dari sisi pembiayaan, Teten mengatakan menyederhanakan aturan yang ada di Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM) supaya koperasi mudah untuk mengakses dan mengembangkan UKM.
“Memang ini bukan dana hibah, ini dana bergulir jadi harus dikembalikan untuk kesejahteraan koperasi lagi,” pintanya.
Jika koperasi memiliki masalah likuiditas, tegas Teten, LPDB-KUMKM hadir untuk memberikan pembiayaan dengan bunga 3 persen dari sebelumnya bunga sekitar 6 persen. Tahun ini ada tambahan dana dari Kemenkeu sebesar Rp1 triliun yang bisa diakses oleh koperasi di LPDB-KUMKM.
“Sekitar Rp89,3 miliar belum tersalur tahun ini. Di Pontianak ada sekitar Rp69 miliar yang sudah disalurkan ke 12 koperasi kepada 396 UMKM oleh LPDB-KUMKM. Koperasi didorong ke sektor riil dan produksi, karena 59 persen di koperasi simpan pinjam,” ujarnya.
Ke depan, Teten berencana akan melakukan uji coba dengan mengkonsolidasikan produk petani dan koperasi sebagai offtaker. Selanjutnya, juga mendorong UKM yang potensi naik kelas, sekaligus bisa menambah jumlah wirausaha baru dari jumlah yang saat ini stagnan di angka 3,47 persen.
Terkait ini, Direktur Pengembangan Usaha LPDB-KUMKM Djarot W Wibowo menuturkan, sejak 2020 MenkopUKM sudah merelaksasi aturan penyederhanaan pengajuan LPDB-KUMKM lewat PermenkopUKM Nomor 4 Tahun 2020, di mana kewajiban jaminan tak ada lagi, serta syarat koperasi yang mengajukan dari 2 tahun beroperasi menjadi 1 tahun. Selain itu syarat rekening selama 6 bulan.
“Untuk relaksaksi jaminan, kami sedang menggalang kerja sama dengan Jamkrida, jika ada kekurangan jaminan dari koperasi bisa diantisipasi dengan Jamkrida. Selain itu Jamkrida menjadi partner bisnis karena mereka memiliki UMKM binaan, sehingga bisa dihubungkan,” katanya.
Saat ini diakui Djarot, pembiayaan dana bergulir lewat skema syariah akan lebih banyak dan fokus di sektor riil.
ARIEF RAHMAN MEDIA