Jurnal9.com
Headline News

‘Kurikulum Merdeka’ itu Bikin Senang Siswa, Ingin Tahu Seperti Apa Penerapannya?

Ilustrasi kegiatan belajar siswa-siswi di laboratorium sekolah

JAKARTA, jurnal9.com – Stefani Anggia Putri, guru SD Negeri 005 Sekupang Batam  mengatakan ‘Kurikulum Merdeka’ itu sebenarnya bikin senang siswa. Karena metode pembelajarannya lebih terpusat pada siswa.

“Kurikulum Merdeka ini lebih terpusat pada siswa. Berbeda dengan Kurikulum 2013 yang di dalamnya ada kompetensi dasar, dan kompetensi inti. Tetapi di Kurikulum Merdeka ini diganti menjadi capaian pembelajaran dan dibagi per fase,” ujar Stefani dalam webinar yang disiarkan Youtube Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Kamis (17/2/2022).

“Jadi yang bikin senang siswa, ‘Kurikulum Merdeka’ ini metode pembelajarannya terpusat pada siswa. Karena siswa nantinya bisa bebas memilih mata pelajaran apa saja yang akan diambil sesuai minat dan bakatnya,” tegasnya..

Stefani menjelaskan tujuan pembelajaran jika sebelumnya hanya ada di dalam buku, maka pada ‘Kurikulum Merdeka’ ini disusun oleh guru. Tetapi sebelum pembelajaran harus dilakukan asesmen diagnostik terlebih dahulu.

“Jadi pembelajaran ‘Kurikulum Merdeka’ ini dilakukan berbasis proyek. Misalnya, pada semester satu, sekolah mengambil tema gaya hidup berkelanjutan dengan belajar mengenai membuang sampah pada tempatnya, lalu memilah sampah dan mendaur ulang sampah. Seperti itu basis pembelajarannya,” jelas Stefani.

Sementara itu Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Zulfikri Anas meminta agar pihak sekolah harus lebih memahami dulu sebelum menerapkannya.

“Intinya guru yang mengajar di sekolah harus memahami dahulu, jangan tergesa-gesa untuk memulainya,” kata Zulfikri.

Sebab dalam penerapan ‘Kurikulum Merdeka’ yang masih baru ini, menurut Zulfikri, pihak sekolah akan dibantu dengan Platform Merdeka Mengajar untuk membantu guru dalam mencari referensi untuk mengajarnya.

“Platform Merdeka Mengajar ini merupakan platform edukasi yang dapat menjadi teman penggerak untuk guru dalam mewujudkan Pelajar Pancasila,” tegasnya.

Zulfikri mengatakan di dalam Platform Merdeka Mengajar ini telah menyediakan referensi bagi guru untuk mengembangkan dalam praktik mengajarnya.

“Platform ini bertujuan untuk menciptakan iklim kerja yang positif melalui Jejaring Profesi Guru serta Perencanaan dan Kemajuan Karier guru,” ujarnya.

“Sehingga Platform ini nantinya menjadi wadah bagi guru untuk menampilkan profil, pengalaman, dan keterampilan profesional, serta mengembangkan portofolio dengan kompetensinya,” kata Zulfikri menegaskan.

Baca lagi  Masih Ada Saja Orang yang Memperdebatkan Bunga Bank Kok Halal?

Menghapus jurusan IPA dan IPS

Adanya ‘Kurikulum Merdeka’ tersebut, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim telah menghilangkan sekat penjurusan di Sekolah Menengah (SMA). Sehingga, tidak ada lagi jurusan IPA atau IPS di sekolah.

“Kurikulum Merdeka sebagai Kurikulum Prototipe,” kata Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, seusai melaunching Kurikulum Merdeka, pada 11 Februari 2022 lalu.

Nadiem menjelaskan lewat ‘Kurikulum Merdeka’, maka siswa bisa bebas memilih mata pelajaran apa saja yang akan diambil sesuai minat dan bakatnya.

Lalu bagaimana seleksi masuk perguruan tinggi bila tak ada penjurusan?

Sebab selama ini pendaftaran seleksi masuk perguruan tinggi diseleksi berdasarkan dua jurusan; eksakta (IPA) atau sosial (IPS/Bahasa).

Namun penjelasan yang dirilis Kemendikbudristek menyebutkan mengenai ‘Kurikulum Merdeka’ akan ada penyesuaian terkait seleksi masuk perguruan tinggi. Seleksi masuk perguruan tinggi itu nantinya didasarkan pada mata pelajaran yang diambil oleh peserta didik, bukan berdasarkan jurusannya.

Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Nizam mengatakan pihaknya hingga kini masih menggodok mekanisme tersebut. “Kami sedang merumuskan ujian masuk perguruan tinggi agar berbagai kurikulum yang ada bisa terakomodasi,” tegas Nizam.

Kementeriannya, lanjut dia, akan memfasilitasi siswa SMA untuk masuk ke perguruan tinggi secara adil. “Tentunya menguji kemampuan siswa berdasar program studi pilihan dan apa yang telah mereka pelajari di SMA.”

Nizam juga menjelaskan bahwa pemilihan mata pelajaran sebaiknya sudah mulai diarahkan sejak kelas X sesuai dengan minat dan bakat siswa.

“Jadi siswa akan memilih mata pelajaran kelompok pilihan di Kelas XI dan XII sesuai minatnya yang juga dipandu guru Bimbingan Konseling. Karena Guru Bimbingan Konseling ini memegang peranan penting dalam memimpin proses penelusuran minat dan bakat siswanya; bersama dengan wali kelas dan atau guru lain,” ungkapnya.

Saat ini seleksi masuk PTN diatur melalui tiga jalur: Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan kuota minimum 20 persen, Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dengan kuota minimum 40 persen dan seleksi mandiri dengan kuota maksimal 30 persen.

ESPANA RADIN MEDIA  I  ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

Pasal 55 dan 56 KUHP: Polisi Menempatkan Perbuatan Bharada E Ada yang Menyuruh?

adminJ9

PBNU Tolak Investasi Miras: “Lebih Banyak Mudharatnya daripada Manfaatnya”

adminJ9

Bagaimana Ilmu Pengetahuan Bisa Menjelaskan Peristiwa Isra Mi’raj?

adminJ9