Jurnal9.com
Business

Koperasi Harus Dikelola Secara Modern Agar Menjadi Kekuatan Ekonomi

Dr Johnny Walker Situmorang

JAKARTA, jurnal9.com – Meski koperasi telah berlangsung selama 73 tahun, namun koperasi dinilai belum bisa menjadi kekuatan utama dan soko guru perekonomian Indonesia.

“Hasil riset kami mengungkapkan, Indeks Pembangunan Koperasi (IPK) Indonesia tahun 2019 hanya 2,08%. Artinya kontribusi koperasi dalam pembangunan di 2019 hanya 2,08%,” ujar Peneliti Ahli Utama Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) Dr Johnny Walker Situmorang, dalam Focus Group Discussion (FGD)  Pengkajian Program Pengembangan Koperasi di Hotel Horison Bekasi, Rabu (30/9).

Dalam FGD bertema ‘Peran Koperasi dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia’ yang disiarkan secara webinar itu, turut hadir Asisten Deputi Tata Laksana KemenkopUKM, Dr Hanafiah, dan Asdep Penelitian dan Pengkajian KemenkopUKM, Mangatas Parulian Pasaribu, yang sekaligus membuka FGD.

Johnny menjelaskan koperasi belum mampu menjadi sokoguru perekonomian itu antara lain disebabkan koperasi lemah dalam penerapan prinsip-prinsip koperasi dan masih rendahnya persentase Rapat Anggota Tahunan (RAT). Pada tahun 2019 hanya mencapai 33,99%. Sepanjang 2015-2019 rata-rata persentase koperasi yang melakukan RAT lebih rendah lagi hanya 25,06%.

Data KemenkopUKM menunjukkan jumlah koperasi pada 2019 mencapai 123.048 unit dengan anggota sebanyak 20,45 juta, aset sebesar Rp136,17 triliun dan volume usaha Rp136,97 triliun.

Jika dilihat dari provinsi, secara umum koperasi malah mampu tumbuh berkembang di luar Jawa. Ada lima provinsi dengan IPK diatas 5% yaitu Bali (13%), Kalbar (11,5%) Jogjakarta (9,5%), NTT (6,8%) dan Jateng (6,2%).

Johnny menyarankan untuk ke depan pembangunan koperasi sebaiknya fokus pada 66.000 koperasi dengan pelaksanaan RAT 90%. “Kenapa 66.000? Itu saya hitung berdasarkan budgeting untuk pembinaan koperasi atau setiap kota cukup 100 koperasi saja,” katanya.

Selain itu perlu membangun sistem data basis pembangunan koperasi agar KemenkopUKM bisa menjadi wali data perkoperasian nasional.

Baca lagi  Pedagang Jamu Keliling Dapat Banpres Produktif Rp 2,4 juta untuk Biaya Ganti Sepeda

Koperasi Modern

Asdep Tatalaksana Koperasi, Dr Hanafiah mengatakan, agar mampu bersaing apalagi ditengah wabah pandemi Covid -19, koperasi konvensional harus berubah menjadi koperasi modern yang mampu mengaplikasikan teknologi digital. Bahkan kalau perlu koperasi bisa menjadi aggregator yang menghubungkan konsumen dengan produsen melalui layanan aplikasi.

“Koperasi juga dibolehkan mengelola bisnis seperti swasta semisal perhotelan, SPBU, perkebunan kelapa sawit. Kita menargetkan pada 2024 akan ada 500 koperasi modern,’ kata Hanafiah.

Dia sepakat RAT yang berkualitas juga sangat dibutuhkan dalam kelangsungan koperasi. Selain itu masalah leadership juga menjadi faktor penting berkembangnya satu koperasi.

Ditinjau dari sisi leadership seorang pemimpin harus memiliki tiga kemampuan, yakni konseptual skill, technical skill dan interpersonal skill.  Konseptual skill, pemimpin harus memiliki visi dan misi dalam berkoperasi bahkan someday harus berpikir ketika sang pemimpin sudah tidak ada.

Sektor ekonomi harus tetap jalan tidak boleh terhenti, yang kedua techinal skill, seperti saat ini, menggunakan media tertentu dan menunjukkan berperilaku berkoperasi yang sebenarnya. Ketiga interpersonal skill, karena pemimpin harus bisa mengkomunikasikan hasil Rapat Anggota dan mengimplementasikannya dalam program yang nyata, ” urai Hanafiah.

Sementara itu Mangatas Pasaribu Asdep. Penelitian dan Pengkajian KemenkopUKM mengatakan semua masukan dari hasil riset ini akan dijadikan pertimbangan melakukan pembinaan koperasi-koperasi baik di provinsi di kota kabupaten.

MULIA GINTING

Related posts

Data KPK: 70 Persen Korupsi di Indonesia Libatkan Swasta, BUMN dan BUMD

adminJ9

MenkopUKM Mengajak Pelaku UMKM untuk Mengoptimalkan Teknologi Digital

adminJ9

Utang RI Tembus Rp 6,713 Triliun, Sri Mulyani: Pemerintah Masih Sanggup Bayar

adminJ9