Jurnal9.com
Business

Harkop ke-74: Koperasi di Sektor Pariwisata Punya Potensi Besar untuk Berkembang

Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Bidang Makro, Rulli Nuryanto

JAKARTA, jurnal9.com – Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM Bidang Ekonomi Makro, Rulli Nuryanto menegaskan bahwa koperasi yang bergerak di sektor pariwisata mempunyai potensi besar untuk berkembang. Mengingat  jumlah objek wisata di Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke.

“Koperasi sebagai entitas bisnis yang dibangun dari komunitas, dapat berperan aktif dalam pengembangan usahanya di sektor pariwisata,” ucap Rulli dalam acara Webinar Series ke-15 rangkaian Harkop Ke-74 dengan topik “Peran dan Strategi Koperasi Pariwisata dalam Pembangunan Nasional, Sabtu (17/7/2021).

Apalagi pengembangan sektor pariwisata, lanjut dia, menjadi salah satu prioritas pemerintah dengan ditetapkannya sepuluh destinasi prioritas dan di dalamnya lima destinasi super prioritas. Yaitu, Danau Toba (Sumatera Utara), Candi Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (NTB), Labuan Bajo (NTT), dan Likupang (Sulawesi Utara).

Namun Rulli mengakui koperasi yang mengelola sektor pariwisata baru ada  sekitar 79 unit yang terdaftar dalam Online Data System (ODS) Kementerian Koperasi dan UKM. “Namun untuk ke depan, jumlah koperasi di sektor pariwisata akan berkembang,” tegasnya.

Selama pandemi, industri pariwisata sangat terpukul, sehingga berimbas pada UMKM berikut ekosistem sektor pariwisata. Karena itu diperlukan kembali memantapkan Brand Power Pariwisata Indonesia dengan menata ulang. Sehingga industri pariwisata dapat menyesuaikan diri dalam tatanan dunia baru.

“Saya berharap UMKM di industri pariwisita agar tidak jalan sendiri-sendiri. Lebih baik bergabung dalam suatu wadah; koperasi agar mendapatkan keuntungan bersama. Karena koperasi mempunyai peluang yang besar di industri pariwisata dan dapat memberikan manfaat bagi UMKM,” papar Rulli.

Sementara itu, Asdep Pengembangan SDM Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM Nasrun mengatakan, koperasi memiliki tantangan di era digital dalam hal SDM, kelembagaan, manajemen dan teknologi, pembiayaan, serta produksi dan pemasaran. “Kelima hal ini yang harus dihadapi koperasi dalam mengembangkan usahanya,” kata Nasrun.

Menurut Nasrun, masih perlu upaya untuk menjadikan koperasi sebagai sokoguru sebagaimana semangat Bung Hatta yang menjadi tiang penyangga ekonomi. “Pemerintah saat ini sudah menunjukkan ke arah sana.”

Dia menyebutkan, perancangan strategi pengembangan koperasi pariwisata, antara lain melalui pembiayaan, peningkatan kapasitas dan penguatan kelembagaan, dan konektivitas dan digitalisasi.

“Saat ini, kami sedang melakukan indentifikasi dan profiling koperasi sektor pariwisata yang akan dikembangkan menjadi koperasi modern,” imbuh Nasrun.

Kunci Pemulihan

Dalam kesempatan yang sama, Plt Direktur Manajemen Strategis Kemenparekraf, Hassan Abud mengatakan, kinerja sektor pariwisata di tahun 2021 belum membaik. Kunjungan Wisman pada Mei 2021 masih sangat rendah dan belum menunjukkan perbaikan. “Faktor pengendalian pandemi menjadi kunci pemulihan permintaan internasional,” kata Hassan.

Baca lagi  Indonesia Berupaya Keras Hindari Resesi, Mengerikan Jika Sampai Terjadi

“Tren pariwisata di masa pandemi ini sudah bergeser ke personalize, customize, localized dan smaller in size,” kata Hassan.

Karena itu, lanjut dia, koperasi pariwisata harus bisa adaptif terhadap tren ini. “UMKM di lokasi pariwisata agar bergabung dalam koperasi,” kata dia.

Sementara Ketua Pengurus Koperasi Jasa Sentra Wisata Alam Nusantara (Kopisetara), Eko Binarso menyampaikan bahwa koperasi pariwisata harus menerapkan tata kelola yang baik dalam usahanya menggerakkan ekonomi nasional.

“Kopisetara saat ini sudah memiliki beberapa lokasi wisata alam yang tersebar di seluruh Indonesia dan bekerjasama dengan berbagai pihak. Saat ini Kopisetara sedang melakukan pendampingan usaha kepada anggota seperti proposal bisnis, pembiayaan, legalisasi usaha, dan penyusunan laporan keuangan,” jelas Eko.

Dalam waktu yang sama, Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi Kementerian PPN/Bappenas, Ahmad Dading juga mengatakan koperasi memiliki peran penting dalam potensi pengembangan pariwisata Indonesia. “Terdapat program dalam mendukung pengembangan pariwisata, seperti pelatihan dan pembinaan pengembangan usaha mikro di lokasi Desa Wisata,” ujarnya.

Menurutnya, moderinisasi koperasi perlu difokuskan pada sektor-sektor potensial seperti pariwisata. Koperasi pariwisata perlu dikelola secara profesional. Keahlian dalam manajemen bisnis sangat diperlukan agar bisa lebih adaptif.

Dalam kesempatan ini, Direktur Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian PPN/Bappenas, Teguh Sambodo menyampaikan bahwa pemerintah memberikan perhatian khusus untuk peningkatan daya dukung pariwisata.

“Saat ini, yang menjadi fokus pengembangan pariwisata 2020-2024 adalah bagaimana mengintegrasikan aspek-aspek pembangunan tidak hanya dari sisi aksesibilitas, amenitas wilayah/perkotaan, amenitas dan atraksi, SDM, kawasan berdaya saing juga pemampu (enabler),” kata Teguh.

Dia menegaskan bahwa koperasi dapat mendukung seluruh rantai pasok pariwisata, mulai dari menangani jasa transportasi, jasa pemesanan, penyediaan produk-produk kerajinan souvenir, memasok pangan untuk restauran dan hotel, kafe, dan sebagainya.

“Koperasi yang belum ada saat ini, koperasi yang mengelola event. Dimana dalam kondisi normal, ada 100 event pariwisata dalam negeri dan 100 event pariwisata internasional.”

“Yang menjadi kunci pengembangan koperasi pariwisata adalah mendiversifikasi jenis-jenis usaha koperasi yang bisa mengisi dari rantai pasok pariwisata yang ada,” tegas Teguh menambahkan.

ARIEF RAHMAN MEDIA 

Related posts

Indonesia Produsen Terbesar Minyak Sawit di Dunia, Alami Kelangkaan Minyak Goreng

adminJ9

Pemerintah Optimis Ekonomi 2021 Tumbuh 5%, Sejumlah Ekonom Prediksi Masih Negatif

adminJ9

MenkopUKM: UMKM Digital Produktif Kunci Pemulihan Ekonomi

adminJ9