Jurnal9.com
Headline Inspiration

Gaji Hasil Kerja Tak Ada yang Bisa Ditabung? Ini Cara Kelola Keuangan yang Hemat

Ilustrasi mengelola keuangan yang hemat

Kenapa gaji hasil jerih payah kerjaku dari tahun ke tahun tak ada yang bisa ditabung? Aku tak punya tabungan (uang) sama sekali.

JAKARTA, jurnal9.com – Memasuki tahun 2022 ini setiap orang bisa instropeksi diri untuk bercermin tentang kegagalan mengelola keuangan dalam rumah tangganya pada tahun lalu.  Sehingga keinginan untuk hidup berkecukupan ekonomi dari tahun ke tahun tak pernah kesampaian atau harus tertunda..

Mungkin dalam benak pikirannya, dari tahun ke tahun bertanya-tanya seperti ini:

“Aku bekerja sudah berpenghasilan tetap (fixed income), tapi kenapa gaji hasil jerih payah kerjaku dari tahun ke tahun tak ada yang bisa ditabung? Aku tak punya tabungan (uang) sama sekali. Padahal teman-temanku yang berpenghasilan lebih kecil dari aku, mereka bisa hidup berkecukupan.

“Apa yang harus aku lakukan? mengapa aku tak pernah bisa menyimpan (nabung) uang, apakah aku salah dalam mengelola keuangan?,”

Sulitnya menyimpan uang bagi pasangan muda maupun mereka yang sudah lama berumahtangga, atau bagi seorang yang hidup sendiri (single parent), semua itu karena gagalnya mereka mengatur keuangan yang hemat dan benar.

Gagalnya tak punya tabungan itu, membuat mereka yang hidup berumah tangga atau single parent, tak bisa memenuhi kebutuhan dalam rumah tangganya. Sudah pasti mereka punya keinginan hidup yang berkecukupan; seperti punya rumah [tidak tinggal di rumah kontrakan], dan punya kendaraan sendiri. Tapi kadang mereka masih sulit untuk memenuhi keinginan hidupnya seperti itu.

Ada juga pasangan muda yang menghadapi kesulitan dalam mangatur keuangan rumah tangganya karena adanya perbedaan pendapat [suami-istri]. Ini bisa dimaklumi karena mereka mulai menjalin hidup bersama setelah berumah tangga, sehingga memerlukan proses adaptasi yang tidak sebentar.

Ada yang beralasan karena kecilnya penghasilan mereka; gaji kecil. Sedangkan biaya hidup di kota besar seperti di Jakarta sangat tinggi. Sehingga keinginannya untuk memiliki rumah dan kendaraan sendiri sebagai sarana kenyamanan dalam berkeluarga sulit tercapai.

Tapi menurut, Dewi Utari (pakar manajemen keuangan), biasanya seorang pekerja profesional, uang dari gaji sudah dihitung untuk pengeluarannya sesuai kebutuhan. Tapi sering ada pengeluaran yang tidak terduga, sehingga biaya tidak terduga ini jadi beban dalam menanggung biaya hidup berikutnya yang sudah direncanakan.

Berikut ini ada 6 cara mengelola keuangan dalam rumah tangga yang harus dilakukan secara disiplin untuk mereka yang berpenghasilan gaji kecil:

Baca lagi  Ajukan Judicial Review Nikah Beda Agama ke MK: Tetap Tidak Sah dan Haram Hukumnya

Pertama, membuat anggaran belanja setiap bulannya. Kedua, harus ada yang ditabung dari gaji yang diperoleh setiap bulannya. Ketiga, Hindari untuk berhutang. Keempat, harus mencatat semua pemasukan dan pengeluarannya. Kelima, atur anggaran sesuai prioritas kebutuhan. Keenam, berinvestasi disesuaikan kemampuan finansialnya.

Cara pengalokasian dalam anggaran belanja, setelah menerima gaji. Nilai gaji seorang pekerja profesional berbeda-beda. Karena itu untuk alokasi anggaran ini, bisa ditentukan sendiri angka besarannya.

Pos-pos yang harus disiapkan seperti berikut ini: Disiapkan dana sosial sebesar 10 persen dari besaran gaji. Dana ini antara lain untuk sedekah, iuran RT, dan kebutuhan sosial lainnya.

Disiapkan dana darurat dan untuk investasi sebesar 15 persen dari besaran gaji. Jika seandainya sudah ikut asuransi, tetap saja harus ada anggaran untuk dana darurat.

Kemudian jika punya tanggungan cicilan motor, mobil, atau rumah [KPR yang bagian dari investasi], bisa dianggarkan sebesar 30 persen dari besaran gaji. Jika punya cicilan sebaiknya tidak boleh lebih dari 30 persen dari penghasilan. Ini adalah tolok ukur keuangan yang sehat.

Dan pos anggaran yang harus mendapat perhatian yaitu biaya hidup sehari-hari. Dalam menetapkan besarnya anggaran untuk biaya hidup ini, menurut tolok ukur keuangan yang sehat, sebesar 30 persen dari penghasilan.  Tak boleh lebih dari besaran 30 persen, karena kalau lebih, dianggap boros. Biaya hidup ini meliputi untuk makan, membayar tagihan listrik, air, dan belanja bulanan.

Anggaran untuk pos gaya hidup cukup disisihkan 5 persen saja dari besaran gaji. Ini kan uang untuk biaya rileks atau bersenang-senang. Anggaran  ini bisa digunakan untuk nonton film, karaoke, atau  dinner di luar rumah.

Selanjutnya alokasikan dana sebesar 10 persen untuk menabung. Ini penting harus dilakukan secara disiplin. Kalau tidak dipaksakan untuk menabung, sampai kapan pun dalam hidup berumah tangga, tak punya apa-apa.

Meskipun alokasi dana untuk menabung cuma 10 persen, tapi jika upaya menabung ini dapat dilakukan secara disiplin, maka akan ada hasilnya. Karena dari kelebihan sisa dana setiap pos anggaran, bisa dimasukkan ke dalam pos dana tabungan.

Jika mereka bisa mematuhi rasio pengeluaran sesuai yang ditetapkan dalam pos-pos anngaran tersebut, maka keuangan rumah tangganya akan sehat. Kebutuhan sehari-hari bisa terpenuhi, bisa menabung dan berinvestasi, dan bisa hidup senang dan bahagia.

MASARAAFI  MEDIA

Related posts

“Meski Saya Gantung Raket, Saya akan Terus Mendaki dan Tumbuh”

adminJ9

Kisah Sugar Daddy dan Sugar Baby yang Jadi Fenomena Kehidupan Malam Makin Marak

adminJ9

Manfaat Telur Dapat Membantu Melawan Penumpukan Lemak di Pembulu Darah

adminJ9