Jurnal9.com
Headline Sport

Cerita Sedih Greysia Polii/Apriyani Rahayu Meraih Impiannya di Olimpiade Tokyo

Pasangan bulu tangkis putri, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu seusai memenangkan partai final bulu tangkis di Olimpiade Tokyo 2020.

JAKARTA, jurnal9.com – Greysia Polii/Apriyani Rahayu, pasangan ganda putri berhasil merebut medali emas pada final bulu tangkis Olimpiade Tokyo. Ini menjadi pencapaian terbaik ganda putri bulu tangkis Indonesia dalam 29 tahun di Olimpiade.

Dari cerita pencapaian sukses Olimpiade Tokyo 2020 yang diraih Greysia Polii/Apriyani Rahayu ini membuat sedih dan pilu hati Greysia Polii. Karena mungkin ajang Olimpiade Tokyo 2020 ini merupakan terakhir kali bagi Greysia, mengingat usianya sekarang sudah 33 tahun.

Sedangkan pasangannya, Apriyani Rahayu saat ini berusia 23 tahun. Jadi masih memiliki peluang untuk bisa tampil lagi di Olimpiade berikutnya.

Raket kayu buatan Ayah

Apriyani Rahayu yang lahir di Konawe, Sulawesi Tenggara, 29 April 1998, ini punya kisah sedih saat masih kecil. Wanita yang dipanggil “Apri” ini sejak kecil sudah senang bermain bulu tangkis. Dia sedih jika ingat masa kecilnya. Karena waktu itu Apri minta dibeliin raket, ayahnya belum bisa membelikannya.

Lalu ayahnya berinisiatif untuk membuatkan sebuah raket dari kayu untuk Apri. Bahkan ia pernah menggunakan raket bekas yang senarnya menggunakan tali pancing. Dan kok yang dipakai, sudah hancur masih dia pakai. Selesai bermain, kok nya disimpan untuk dipakai di hari berikutnya. Sedih. Dan kadang menangis, kalau ingat masa silamnya.

“Tapi senang, meski bermain bulu tangkis pakai kok bekas. Soalnya masih kecil ya,” kata Apriyani.

Apri masih ingat betul dengan raket pertamanya. Raket Astec warna biru, selalu dia peluk saat tidur. Kalau senarnya putus, daripada membeli senar baru, Apri justru mengikatnya agar dapat dimainkan lagi.

Awalnya, Apri menganggap bulu tangkis hanya sebatas hobi dan belum bermimpi untuk menjadi atlet bulu tangkis. Setelah itu dia masuk ke klub bulu tangkis di kampung halamannya. Apri pun senang karena mendapat dukungan kedua orang tuanya.

Sejak Apri bergabung di klub bulu tangkis itu, ia memiliki impian untuk menjadi atlet bulu tangkis.

Perjuangan mencari biaya

Dalam Instagram TV @badminton.ina, Apri membagikan kisah ayahnya. Ayahnya  mencari dana untuk memperjuangkan Apri agar bisa ikut bertanding di Makassar. Mulai dari DPRD hingga Bupati, didatangi oleh ayahnya agar Apri memiliki biaya untuk berangkat ke Makassar.

Apri mengaku tidak tahu mengapa ayahnya seperti itu. Namun, ayahnya sangat bertekad dan benar-benar mendukungnya.

Suatu hari, saat akan kembali ke Jakarta, Apri tidak memiliki biaya. Ayahnya kemudian mengajaknya untuk menemui orang-orang yang bersedia membiayai Apri ongkos balik ke Jakarta. “Ya udahlah Pa, kalau mereka mau bantu ya bantu aja, ngga usah nyari-nyari,” kata Apri saat itu.

Namun, Apri mengakui di daerahnya banyak sekali atlet yang tidak berkembang karena kendala biaya. Ayahnya sendiri tahu kalau kekurangan dana untuk membiayai Apri. Akhirnya ayahnya harus aktif mencari dana agar Apri bisa meraih impiannya.

Baca lagi  Aturan Baru dalam UU Cipta Kerja, Pesangon Pekerja yang Kena PHK Lebih Kecil

Di tengah keterbatasan pada waktu itu, Apri mengungkapkan dia sangat menikmati masa-masa itu. Kini, dia bangga atas apa yang sudah dilewatinya. Dan menjadikan pengalaman masa kecilnya itu sebagai pengalaman yang berharga.

Perjalanan di Olimpiade

Perjalanan Apriyani Rahayu/Greysia Polii Raih Medali Emas Badminton Olimpiade Tokyo 2020 kali ini harus melewati jalan yang tak mudah untuk meraih medali emas.

Sepanjang 2021, mereka hanya tampil pada tiga turnamen sebelum berlaga di Olimpiade Tokyo ini. Karena dibatalkannya sejumlah turnamen internasional akibat pandemi covid-19. Sehingga membuat persiapan para pebulu tangkis terganggu.

Ini juga dialami oleh pasangan ganda putri Indonesia, Apriyani Rahayu/Greysia Polii. Hal tersebut diakui oleh pelatih ganda putri Indonesia, Eng Hian. “Pasti ada pengaruhnya dengan pembatalan turnamen-turnamen itu, terutama untuk kondisi mentalnya,” dikutip dari laman resmi Djarum Badminton.

“Sebagai atlet kan butuh suasana kompetisi untuk mencoba hasil latihan. Begitu juga pelatih, untuk bisa menilai hasil latihan ini efektif atau tidak. Tetapi nyatanya tidak ada ajang untuk melakukan itu,” kata Eng Hian.

Mengutip situs BWF, Greysia Polii/Apriyani Rahayu tercatat hanya tampil pada tiga turnamen sebelum Olimpiade Tokyo. Ketiga turnamen tersebut adalah dua seri Thailand Open dan satu BWF World Tour Finals 2020.

Dari tiga turnamen leg Asia itu, Apriyani/Greysia sukses meraih satu gelar juara yaitu pada Thailand Open I. On fire di Olimpiade Tokyo. Meski tak banyak turnamen pemanasan, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu justru on fire di Olimpiade Tokyo 2020 ini

Pada babak penyisihan di mana mereka menghuni Grup A, Greysia/Apriyani sukses menyapu bersih tiga laga dengan kemenangan.

Salah satu kemenangan di babak grup mereka catatkan atas ganda putri nomor satu dunia asal Jepang, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota. Melaju ke perempat final dengan status juara Grup A, Greysia/Apriyani kemudian menantang wakil China, Du Yue/Li Yinhui. Greysia/Apriyani harus melalui pertarungan sengit untuk menyingkirkan Du Yue/Li Yinhui.

Pasangan Merah Putih akhirnya bisa menang rubber game 21-15, 20-22, 21-17. Penampilan gemilang kembali ditunjukkan oleh Greysia dan Apriyani pada semifinal, mereka bertemu pasangan Korea Selatan, Lee So-hee/Shin Seung-chan.

Greysia/Apriyani menang dalam dua game, 21-19 dan 21-17, untuk meraih satu tiket ke final ganda putri badminton Olimpiade Tokyo 2020.

Mereka pun mengukir sejarah sebagai ganda putri Indonesia pertama yang berhasil menembus partai final bulu tangkis di Olimpiade. Sejarah yang mereka ukir semakin sempurna dengan kemenangan pada pertandingan final badminton Olimpiade Tokyo 2020.

Pada partai final, Greysia/Apriyani bermain solid untuk mengandaskan perlawanan wakil China, Chen Qingchen/Jia Yifan, dalam dua game dengan skor 21-19, 21-15. Kesuksesan Greysia Polii/Apriyani Rahayu meraih kemenangan pada final ganda putri bulu tangkis kali ini pun melanjutkan tradisi emas Indonesia pada ajang Olimpiade.

ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

Beredar Surat MUI yang Sebutkan Rapid Test Covid-19 sebagai Agenda PKI?

adminJ9

WHO: Hasil Riset Menunjukkan Bukti Virus Corona Terjadi Secara Alami

adminJ9

2023 STTP Optimis Penjualan Tumbuh Dua Digit: Perluas Pasar Lokal dan Ekspor

adminJ9