Jurnal9.com
HeadlineLifeStyle

Vaksin Nusantara Belum Dapat Izin BPOM, Tapi Dipaksakan Uji Klinis Sudah Fase II

Mantan Menteri Kesehatan dr Terawan Agus Putranto yang memprakarsai Vaksin Nusantra ditanggapi pro kontra.

JAKARTA, jurnal9.com – Sejumlah anggota komisi IX DPR RI pada Rabu (14/4) pagi mendatangi RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, untuk mengikuti pengambilan darah. Selanjutnya mereka diproses guna mendapatkan suntik vaksin berbasis sel dendritik buatan mantan Menkes dr Terawan Agus Putranto.

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Melki Laka Lena, mengkonfimasi bahwa anggota  DPR yang disuntik itu akan masuk dalam data uji klinis.

Meski Vaksin Nusantara ini sudah melakukan uji klinis fase dua, namun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sampai sekarang belum mengeluarkan izin untuk kelanjutan vaksin tersebut.

Sehingga muncul kritik dari ahli yang menyebutkan Vaksin Nusantara ini seperti memaksakan terkait uji klinisnya. Ini terlihat pada uji klinis fase dua yang dilakukan tanpa izin BPOM.

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban mengatakan sulit untuk meyakinkan untuk bisa percaya terhadap Vaksin Nusantara. Pasalnya, uji klinis fase satu saja belum meyakinkan.

“Saya ingin pihak pembuat Vaksin Nusantara ini menjelaskan kepada publik, kenapa tetap ingin melaksanakan uji klinis fase dua?,” ungkap Prof Zubairi, dikutip dari akun Twitter @ProfesorZubairi, Rabu (14/4).

“Padahal BPOM belum keluarkan izin untuk itu. Relawannya pun DPR, yang sebenarnya sudah menjalani vaksinasi kan? Ini benar-benar ganjil,” tegasnya lagi.

Prof Zubairi berharap, agar pembuat Vaksin Nusantara ini bisa melakukan pembicaraan yang baik dengan pihak BPOM.

Sementara itu Epidemiolog Griffith University, Australia, Dicky Budiman, menanggapi pro kontra Vaksin Nusantara ini, karena awalnya tidak transparan. Padahal vaksin untuk strategi pandemi ini harus didukung teknologi riset yang jelas.

Baca lagi  Hakim Tegur Susi ART Sambo yang Keterangannya Berubah-ubah: Diancam Pidana

“Harusnya diawali dengan transparansi. Kalau di dunia ilmiah bahwa ini punya potensi ke depan, ini diakui. Tapi kalau kita bicara strategi pandemi, strategi pandemi ini harus memilih intervensi atau teknologi riset yang jelas memberikan dampak,” jelas Dicky yang dikutip dari Detik.

Dia menyebutkan teknologi Vaksin Nusantara ini masih dalam kajian panjang. Studi praklinis masih terus harus dilakukan.

“Teknologinya saja masih dalam kajian. Studi praklinis ini masih terus harus dilanjutkan,” ungkapnya.

Dia menganggap Vaksin Nusantara ini berbahaya. Karena risetnya tidak berpedoman pada kaidah ilmiah.

“Ini berbahaya ketika ada satu riset tidak merujuk pada satu kaidah ilmiah. Jadi namanya bukan riset. Dan itu tidak bisa menjamin keamanannya,” tegas Dicky.

“Jangan dianggap pada tahapan itu tidak akan ada kerawanan infeksi,” ia menambahkan.

Sejumlah tokoh seperti mantan Panglima Gatot Nurmantyo, mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang akan membawa rombongan keluarganya satu bus berangkat ke Jakarta untuk ikut vaksin Nusantra, dan mantan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie juga ikut mendukung Vaksin Nusantara buatan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang diberhentikan Presiden Jokowi ini.

Seperti disampaikan Epidemiolog Dicky Budiman, bahwa vaksin yang belum mendapatkan izin dari BPOM ini dianggap berbahaya. Meski sejumlah tokoh sudah disuntik dengan Vaksin Nusantara ini.

ARIEF RAHMAN MEDIA

 

Related posts

Bupati Meranti Ancam Pindah Ke Malaysia Jika DBH Migas yang Diterima Tak Sesuai

adminJ9

Ini Skema untuk Kredit Modal Kerja yang Dijamin Pemerintah

adminJ9

Kudeta Sepi

adminJ9

Leave a Comment