Jurnal9.com
Headline Kolom Abror

Siapa yang Pengkhianat?

Budiman Sudjatmiko saat bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi)

Kolom Abror

Isu mengenai pengkhianat lagi ramai. PDIP baru saja menjatuhkan vonis pecat terhadap Budiman Sudjatmiko karena membelot ke kubu lawan. Pembelotan ini bisa disebut sebagai pengkhianatan. Karena itu vonis yang dijatuhkan adalah hukuman mati, pemecatan.

Beberapa hari sebelumnya Prananda Prabowo, anak laki-laki Megawati Soekarnoputri, membikin heboh karena melaunching sebuah sigle lagu berjudul ‘’Pengkhianat’’. Judulnya seram dan liriknya juga seram. Lebih seram lagi karena genre musik yang diusung adalah deathmetal.

Lagu itu dibawakan oleh grup metal Rodinda yang dibina oleh Prananda. Lirik dan lagu Pengkhianat diciptakan sendiri oleh Prananda. Salah satu bait yang membuat orang kepo berbunyi ‘’pengkhianat berwajah santun’’. Orang bertanya-tanya siapa yang dimaksud dengan lirik itu. Banyak yang langsung menghubungkannya kepada Jokowi.

Lagu itu menggambarkan kekecewaan seseorang terhadap seseorang yang sudah dipercaya dan didukung sepenuh hati, tetapi kemudian berkhiatan. Bait lagu itu banyak berisi kutukan yang diungkapkan dalam bahasa latin Tempus Abire Tibi Est, sudah sampai saatmu untuk pergi.

Prananda Prabowo, anak Megawati Soekarnoputri

Prananda muncul dalam video klip itu mengucapkan sepenggal lirik dengan raut muka penuh kebencian. Dalam video itu, Prananda hanya muncul membacakan penggalan lirik di awal lagu, lalu sosok Prananda sesekali terlihat di beberapa bagian lagu.

Banyak yang mengintrepretasikan lagu itu sebagai ekspresi kekecewaan kepada Jokowi. Beberapa waktu belakangan ini pecah kongsi antara PDIP dengan Jokowi terlihat semakin menganga. Hal itu terjadi karena Jokowi dianggap lebih memilih Prabowo Subianto sebagai calon presiden ketimbang Ganjar Pranowo yang sudah resmi dideklarasikan oleh PDIP.

Kedua pihak berusaha ‘’play down’’ menganggap kecil dan menyembunyikan konflik itu. Tetapi, dalam banyak kesempatan Megawati Soekarnoputri sebagai supremo PDIP lebih sering mengritik Jokowi dan kebijakan-kebjiakannya. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto secara lugas menyerang proyek food estate yang disebutnya sebagai kejahatan lingkungan. Serangan ini ditujukan secara langsung kepada Prabowo yang memantul ke Jokowi.

Kecemburuan kepada Prabowo semakin tajam ketika Budiman Sudjatmiko secara terbuka menyatakan dukungan kepada Prabowo. Ini merupakan hubungan yang aneh, mengingat Budiman ialah korban penculikan 1998 yang dikaitkan dengan Prabowo sebagai pelakunya. Tetapi pragmatisme politik bisa mengalahkan pertimbangan-pertimbangan ideal.

Prabowo menikmati endorsement yang melimpah dari Jokowi. Partai Golkar dan PAN yang semula—bersama PPP membentuk koalisi yang disebut-sebut akan dipakai sebagai perahu pelampung Ganjar Pranowo–tiba-tiba menyeberang ke kubu Prabowo. Belum lagi kelompok relawan pendukung Jokowi yang kemudian ikut-ikutan bertransmigrasi bergabung ke kubu Prabowo.

Pergerakan masif ini diikuti oleh PSI yang ikut hijarah mendukung Prabowo. Hanya beberapa bulan yang lalu Partai Solidaritas Indonesia ini dengan gegap gempita mendukung Ganjar Pranowo. Tapi sekarang partai ini balik kanan menelantarkan Ganjar dan bergabung dengan Prabowo. Pentolan PSI Grace Natalie kelihatannya tidak merasa perlu menyiapkan diri dengan alasan yang masuk akal untuk menjelaskan gerakan balik kanan ini. Ketika ditanya dalam sebuah program siniar mengenai alasan mendukung Prabowo, Grace tiba-tiba gagu dan gagap.

Migrasi masal ini disebut-sebut tidak lepas dari peran ‘’Pak Lurah’’ Jokowi. Tentu saja Jokowi membantah. Tidak tanggung-tanggung, ia memakai momen pidato kenegaraan 16 Agustus untuk membantah isu tersebut. Ia menyatakan ketidaksukaannya terhadap julukan Pak Lurah, dan membantah bahwa dia adalah aktor intelektual di balik migrasi tersebut.

Baca lagi  Meski Ekonomi Global Resesi, Menkeu: Ekonomi RI Tumbuh di Atas 5% Kuartal II/2022

Jokowi harus menerima nasib karena seringkali orang tidak percaya kepada pernyataan atau pembelaan dirinya. Meskipun membantah matian-matian melalui forum resmi kenegaraan, tapi masih banyak yang menganggap bahwa Pak Lurah ialah mastermind drama politik ini.

Munculnya lagu Pengkhianat semakin menegaskan persepsi publik bahwa PDIP marah terhadap Jokowi. Bait ‘’pengkhianat berwajah santun’’ itu secara serta merta dikaitkan kepada Jokowi. Kali ini tidak ada—atau belum ada—bantahan atau pernyataan resmi dari Jokowi.

Pemecatan Budiman Sudjatmiko ternyata sedikit menetralisir tuduhan Jokowi sebagai pengkhianat. Jangan-jangan, Prananda menciptakan lagu itu untuk meyerang Budiman Sudjatmiko. Secara kebetulan wajah Budiman masuk dalam kategori santun. Bait pertama lagu itu berbunyi ‘’Telah kuserahkan seluruh jiwaku, Untuk menjadi nafas dalam derap langkah perjuanganmu Dasar kau.. Pengkhianat’’ juga rada-rada masuk kepada Budiman.

PDIP harus bertindak tegas kepada pengkhianat internal kalau tidak ingin virus pembelotan merantak kemana-mana. Politisi Efendi Simbolon, yang secara tersamar mengisyaratkan dukungan kepada Prabowo, juga sudah langsung di-grounded, tidak dimasukkan dalam daftar calon legislatif DPR RI dari PDIP.

Isu pengkhianat tidak hanya muncul di PDIP. Dari kubu oposisi pun muncul isu pengkhianatan. Yang melempar isu ini ialah Andi Arief, kepala badan pemenangan pemilu Partai Demokrat. Arief tidak menyebut secara terbuka siapa yang dianggapnya pengkhianat. Tetapi, dari narasi yang dilempar terlihat bahwa dia menarget Partai Nasdem.

Partai Demokrat sebagai anggota Koalisi Perubahan untuk Persatuan bersama Nasdem dan PKS rupanya sangat frustrasi oleh manuver Nasdem. Selama ini Partai Demokrat sangat mengharap agar Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) digandeng sebagai wakil presiden Anies Baswedan. Tapi, rupanya jalan sangat terjal dan mendaki. Tarik ulur sangat kencang. Faksi anti-AHY sangat kuat di Nasdem sehingga nama AHY selalu terganjal.

Demokrat memainkan politik caper untuk menarik perhatian koalisi. Tapi koalisi bergeming. Alih-alih malah sekarang muncul wacana menduetkan Anies Baswedan dengan Ganjar Pranowo. Rencana duet minyak dengan air ini semakin santer dan membuat Partai Demokrat makin berang.

Dari situlah kemudian muncul teriakan pengkhianat dari Andi Arief. Ia menegaskan akan tetap setia bersama PKS. Tetapi Andi tidak menyebut akan tetap setia bersama Anies Baswedan. Terjadi kemelut di muka gawang, dan ada bola muntah yang bisa langsung disambar lawan.

Sandiaga Uno yang ‘’ngarep’’ digandeng Ganjar sudah nyaris putus asa. Tiba-tiba ada peluang untuk masuk melalui koalisi baru PPP, PKS, dan Partai Demokrat. Kebetulan jumlah suara tiga partai itu cukup 20 persen, dan bisa mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Episode masih panjang, dan berbagai macam drama akan bermunculan. Manuver politik akan semakin mirip akrobat dan sulapan. Tidak jelas lagi, siapa pengkhianat dan siapa pahlawan.

Wartawan Senior

Dr Dhimam Abror Djuraid 

Related posts

Nikah Siri Bisa Dijerat Pasal Pidana?

adminJ9

DPR Sepakati Biaya Haji 2024 Sebesar Rp93,4 Juta, Tapi Jemaah Hanya Bayar Rp56 Juta

adminJ9

Mungkin ini Pertemuan Terakhir dengan Mamah dan Bapak, Ikhlaskan Kalau Pegi Pergi Selamanya…

adminJ9