Jurnal9.com
Headline News

Saksi Mata Sebut Awal Kejadian yang Membuat Rusuh di Kanjuruhan

Tampak gas air mata di dalam stadion Kanjuruhan

MALANG, jurnal9.com – Pertandingan Arema FC lawan Persebaya Surabaya di kandang aremania Kanjuruhan, Malang, yang berakhir 2-3 untuk kemenangan tim tamu Persebaya ini membuat tensi tinggi di dalam lapangan, dan berubah menjadi rusuh.

Puluhan korban jiwa berjatuhan selepas laga. Dari rilis resmi Polda Jatim menyebutkan sebanyak 127 orang tewas. Di antaranya 34 orang meninggal dunia di dalam stadion, dan yang lainnya di rumah sakit.

Selain itu polisi mencatat ada sekitar 180 orang yang tengah dirawat di sejumlah rumah sakit di kota Malang.

Saksi mata dari seorang penonton yang selamat dalam kerusuhan itu, Jose Salas, menceritakan awalnya polisi telah menendang dan memukuli suporter yang memasuki lapangan seusai pertandingan.

“Kami ini penonton ditendangi dan dipuukuli oleh polisi. Seolah-olah kami ini musuh. Berawal dari tindakan polisi Inilah yang memicu kemarahan semua orang suporter, termasuk saya,” ungkapnya.

Melihat polisi menendangi suporter yang memasuki ke dalam lapangan itu, menurut Jose, suporter yang ada di tribun turun menyerbu polisi ke lapangan. Lalu polisi menyemprotkan tabung gas air mata ke arah kerumunan suporter yang turun ke lapangan. Dan suporter melemparkan benda ke arah polisi dan pejabat.

“Jadi kerusuhan ini bukan terjadi antar suporter. Karena suporter Persebaya sendiri tidak diperbolehkan menonton di Kanjuruhan untuk menghindari bentrok antar supporter,” ujarnya.

“Tapi polisi melawan suporter. Karena dari gas air mata polisi itu banyak suporter mengalami sesak napas. Dan mereka berjatuhan di tengah lapangan dan terinjak-injak karena paniknya akibat tembakan gas air mata,” kata Jose.

Sejak terjadi saling menyerang antara supporter dan polisi di dalam lapangan itu yang membuat suasananya menjadi mencekam, karena sudah banyak suporter yang berjatuhan karena kena gas air mata, sehingga korban yang jatuh terinjak-injak oleh suporter yang berlarian. Dan korban yang jatuh di lapangan terlihat berdarah-darah.

Sementara itu Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta yang didampingi Ketua DPRD Provinsi Jatim, Pejabat Polda Jatim dan Forkopimda Kab Malang  dalam konferensi pers pasca terjadinya kerusuhan, mengungkapkan awal mula kejadian tragedi berdarah di Stadion Kanjuruhan Sabtu 1 Oktober 2022 malam

Baca lagi  Pemerintah akan Revisi 4 Pasal Karet UU ITE: Perjelas Kalimat dan Istilah

“Petugas yang tengah bertugas mengamankan laga pertandingan meminta suporter aremania yang telah memasuki lapangan agar kembali ke tribun. Namun himbauan petugas itu dihiraukan, malah massa semakin anarkis, sehingga menimbulkan kerusuhan,” ujarnya.

Kemudian petugas melakukan tembakan gas air mata ke arah suporter yang anarkis itu. Bahkan suporter yang anarkis juga merusak mobil petugas.

“Mereka pergi keluar ke satu titik di pintu keluar, kalau enggak salah itu pintu 10 atau pintu 12. Kemudian terjadi penumpukan, di dalam proses penumpukan itulah terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen, yang oleh tim medis dan tim gabungan dilakukan upaya pertolongan di dalam stadion,” kata Irjen Pol Nico Afinta.

Dari sanalah akhirnya para korban dievakuasi ke rumah sakit terdekat mulai RS Wava Husada, RS Teja Husada, RSUD Kanjuruhan, hingga ada yang dilarikan ke rumah sakit di Kota Malang.

Saat terjadi kerusuhan di lapangan itu, para pemain dan ofisial Persebaya sempat kesulitan dievakuasi. Karena penuh sesaknya suporter di lapangan, dan pintu keluar. Sehingga membuat pemain dan offisial Persebya merasa ketakutan.

Sebab begitu peluit berakhirnya pertandingan berbunyi, pemain Persebaya langsung lari ke ruang ganti. Di ruang ganti pemain langsung diminta cepat keluar untuk masuk kendaraan barakuda milik polisi.

“Kami hanya diberi waktu lima menit untuk ganti baju,” ujar Nanang Prianto, offisial Persebaya.

Nanang menceritakan, pemain dan offisial terpaksa berdesakan masuk rantis. Sebab kendaraan itu idealnya hanya diisi empat orang.

Begitu masuk rantis membuat pemain dan ofisial Persebaya aman. Karena di luar sudah dikepung massa suporter aremania. Sehingga kendaraan yang membawa pemaian ini tidak bisa bergerak. Di gerbang keluar Stadion Kanjuruhan, terlihat massa sempat membakar mobil. “kami yang berada di dalam kendaraan barakuda milik polisi, sempat khawatir. Di dalam teman-teman tampak mencekam,” kata official Persebaya itu.

“Setelah 1 jam 30 menit, rantis bisa bergerak karena ada mobil water canon membuka jalan,” cerita Nanang.

MASARAAFI M  I  ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

Kemenag dan World Bank Menggelar Evaluasi Program Madrasah REP-MEQR

adminJ9

Legenda Brasil Ronaldo: Saya Berhubungan Seks Dulu Sebelum Bermain Bola

adminJ9

Sesama Komisi Fatwa MUI Berbeda Pendapat tentang Shalat Jumat 2 Gelombang

adminJ9