Menteri Koperasi & UKM Teten Masduki saat mengunjungi perusahaan PT Sigar Jaya Abadi, produsen dan eksportir rajungan di Lampung Selatan, pada Sabtu (25/7).
LAMPUNG SELATAN, jurnal9.com – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan bahwa Lampung Selatan memiliki produk unggulan khas daerahnya. Ini sesuai keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) minta potensi daerah agar dikembangkan.
“Sebagai pemasok rajungan terbesar dunia dan masih bisa dikembangkan, Lampung Selatan kita targetkan menjadi prioritas produk perikanan dan kelautan,” ungkap Teten saat mengunjungi PT Siger Jaya Abadi, produsen dan eksportir rajungan di Lampung Selatan, Sabtu (25/7).
Berdasarkan data FAO 2020, konsumsi ikan dunia per kapita meningkat 3 persen. “Jadi, Lampung Selatan berpotensi untuk terus dikembangkan. Tinggal model bisnisnya yang kita integrasikan, terutama dengan pembiayaan yang mudah,” kata Teten.
Teten akan turut memperkuat UMKM dalam koridor supply chain. Para nelayan mitra PT Siger Jaya Abadi akan diberi vokasi dan perkuatan modal melalui koperasi. “Dengan menjadi off taker dari hasil tangkapan nelayan, semakin memperkokoh industri olahan rajungan yang menyerap tenaga kerja banyak,” tegas MenkopUKM.
Teten akan terus mengembangkan supply chain PT Siger Jaya Abadi, sehingga mudah mengembangkan UMKM untuk produknya bisa ditampung. Dan PT Siger Jaya Abadi harus menghidupkan dan membesarkan pelaku usaha kecil.
MenkopUKM meminta Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM memperkuat permodalan KSPPS BTM Bina Masyarakat Utama (Bimu). Ada 400 nelayan anggota menjadi supply chain PT Siger Jaya Abadi sebagai pemasok rajungan.
Sementara itu Dirut LPDB KUMKM Supomo menjelaskan KSPPS BTM Bimu merupakan mitra LPDB yang 2019 lalu mendapat dana bergulir sebesar Rp5 miliar.
“Dalam program Pemulihan Ekononi Nasional (PEN) mereka mengajukan kembali proposal dana bergulir untuk perkuatan permodalan KSPPS BTM Bimu untuk nelayan pemasok rajungan ke PT Siger,” kata Supomo.
Ekspor Rajungan
Dirut PT Siger Jaya Abadi, Yoga Sadana mengatakan, perusahaannya sudah sembilan tahun memproduksi pasteurisasi rajungan. “Kita sudah ekspor ke AS, Eropa, China, dan Korea,” jelas Yoga.
Dalam 2-3 bulan terakhir, pihaknya menerapkan bisnis model baru. Biasanya ekspor melalui perantara buyer di luar negeri, kini mengembangkan pasar ekspor secara langsung.
“Ke depan, kami akan menciptakan value added lebih tinggi dari produk rajungan. Misalnya, produk rajungan kalengan, dan sebagainya,” kata Yoga.
Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Halim berharap supply chain, perusahaan harus lebih ‘care’ dengan nasib dan kehidupan nelayan. “Nelayan sebagai pemasok rajungan selalu butuh pendampingan. Sejak 2016, saya secara penuh mendampingi,” ujarnya.
MULIA GINTING