Lanjutan Kajian Al Fatihah : Dialog Hamba Dengan Allah Saat Shalat
Dalam pembahasan sebelumnya, Surat Al Fatihah ayat 5 yang berbunyi : Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in. Artinya: Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan..
Allah menjawabnya : Hadza baini wa baina abdi. Maa sa al. Ini perjanjian antara Aku dengan hambaKu. Apa pun yang hambaKu minta, Aku kabulkan. Hadits Qudsi dari Shahabat Abu Hurairah dalam Kitab Hadits Abu Daud No 649
Apakah benar Allah akan langsung mengabulkan permohonan kita sebagai hambaNya dalam shalat?
Allah menjawab ‘’keraguan’’ tersebut. Dalam firmanNya, Surat Ali Imran ayat 38 dan 39 Allah menceritakan pengalaman Nabi Zakaria. Seorang Nabi dan Rasul yang sangat shaleh dan sangat disayangiNya.
Allah berfirman : Hunalika da’a Zakaria rabba. Qala rabbi habli min ladunka dzurriyatan thayyibah. Innaka sami’uddu’a.
Artinya : Di sana Nabi Zakaria berdoa kepada Rab (Tuhannya). Dia berkata (berdoa) Wahai Tuhanku, berilah aku dari sisiMu keturunan yang baik. Sesungguhnya, Engkau Maha Mendengar doa. (Ali Imran ayat 38)
Ayat 39 Ali Imran berbunyi : Fanadadhul malaaikata wahuwa qaa iman yushalli fil mihrab. Annallaha yubasriruka bi yahya…..
Artinya : Tiba-tiba malaikat datang, sementara dia (Nabi Zakaria) sedang berdiri melaksanakan shalat di mihrab. (Malaikat) berkata, sesungguhnya Allah memberi kabar gembira kepadamu (dengan akan lahirnya anak bernama) Yahya.
Mendengar kabar tersebut, Nabi Zakaria bingung. “Apa benar saya akan punya anak? Saya sudah letih, rambut memutih. Sementara istri saya sudah mandul. Maklum sudah puluhan tahun menikah, kami tidak punya anak. Sekarang dia pun sudah monopouse. “Apa bisa kami punya anak?,’’ katanya.
Sebagai seorang Nabi dan Rasul yang sangat disayangi Allah, Nabi Zakaria yakin dengan kabar gembira yang disampaikan malaikat tadi. Dalam usianya yang sudah senja, dengan kondisi badannya letih dan rambutnya memutih, dia tidak menggubris omongan orang yang mengatakan istrinya mandul dan monopouse. Secara manusiawi, tidak mungkin punya anak. Dia tetap berdoa kepada Allah agar diberi keturunan anak yang shaleh.
Ternyata Allah mendengar doanya dan mengabulkannya. Sehingga, pada saatnya anaknya lahir dan diberi nama Yahya. Sesuai dengan nama yang Allah berikan untuk anaknya. Yahya akhirnya diangkat oleh sebagai Nabi dan Rasul, yang sezaman dengan Nabi Isa, ‘alaihimas salam.
Begitulah Allah ketika menunjukkan kekuasaanNya. Manusia boleh yakin, sesuai ilmu kedokteran, bahwa wanita mandul, bahkan sudah monopouse, tidak mungkin punya anak. Kenyataanya dengan kekuasaanNya, Allah bisa menjadikannya hamil dan melahirkan anak.
Kenapa Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria yang begitu simple dan sederhana langsung sesudah berdoa, sebelum shalatnya selesai. Seperti firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 38 dan 39 di atas.
Karena permohonannya merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Dia sudah sangat tua. Dia sangat membutuhkan keturunan untuk melanjutkan misinya sebagai Nabi dan Rasul Allah untuk menyebarkan tuntunan Allah kepada umatnya.
‘’Kalau saya tidak punya keturunan, siapa lagi yang akan menyebarkan tuntunan agar manusia menyembahMu,’’ tegasnya.
Dengan demikian, jika kita berdoa, mohon sesuatu kepada Allah, maka permohoan itu harus merupakan kebutuhan yang mendesak dengan alasan untuk kepentingan ibadah atau untuk menegakkan nilai-nilai agama Allah atau Islam. Insya Allah permohonannya akan dikabulkan Allah sekaligus akan mendapatkan nilai-nilai duniawi.
Selain itu, jangan lupa, ikutkan kalimat ‘’Min ladunka’’ (Dari sisiMu) seperti doa Nabi Zakaria di atas.
Kalimat itu sangat penting dalam doa, karena itu berarti kita menunjuk langsung pada sisi Allah, dimana segala sesuatu adanya di sisi Allah yang Maha Kaya dan Maha Pemurah.
Kalimat seperti ini juga digunakan oleh Ash Habul Kahfi saat berdoa dalam gua, seperti diceritakan dalam Al Quran Surat Al Kahfi ayat 10 yang berbunyi : Rabbana atina min ladunka rahmatan wa hayyi’ lana min amrina rasyada. (Ya rab-Tuhan kami- berilah kami dari sisiMu rahmat dan sediakanlah petunjuk untuk urusan kami. (Al Kahfi ayat 10) Doa mereka pun oleh Allah dikabulkan.
Biasanya, kalangan ulama mengatakan, jika kita minta urusan akhirat, maka Allah akan memberikan sekaligus dengan dunianya. Sebaliknya, jika kita minta urusan dunia, tidak mungkin akan mendapatkan juga masalah akhirat.
Khusus untuk pasangan suami istri yang ingin segera punya anak, berdoalah seperti doa Nabi Zakari di atas. (Rabbi habli min ladunka dzurriyatan thayyiba. Innaka antas sami’ud du’a).
Insya Allah, Allah segera mengabulkan doa kita.
Dari pengalaman Nabi Zakaria di atas, kelihatan sekali, beliau berdoa dulu, baru Allah mengabulkannya. Sedangkan untuk kita umat Nabi Muhammad, kita ditunggu, bahkan dipanggil oleh Allah untuk memintanya dalam shalat.
Seperti selalu dikumandangkan oleh muadzin : Hayya ‘alas shalah (Ayo shalat). Untuk apa? Kalimat berikutnya : Hayya ‘alal falah. (Mari meraih kebahagiaan atau kemenangan). Hal itu disempurnakan saat kita shalat membaca Al Fatihah ayat 5. Allah menjawab dengan menegaskan, ‘’Hambaku mau minta apa? Aku kabulkan’’ (Hadits Qudsi dalam Kita Hadits Abu Daud No 649.
Sungguh luar biasa. (Bersambung)
Penulis: Bahar Maksum, mantan wartawan Jawa Pos, kini aktif di NU.