Kampus Universitas Melbourne Australia (Foto: ABC)
MELBOURNE, jurnal9.com – Lelaki berinisial IM yang berstatus ‘Mahasiswa Berprestasi’ yang diduga tersandung kasus pelecehan seksual, banyak yang menuntut agar gelar mahasiswa penerima program Beasiswa Australia Awards asal Indonesia itu dicabut.
Sedangkan pihak Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta tempat asal IM menempuh pendidikan sarjananya, kini tengah menyelidiki dugaan pelecehan tersebut.
Dalam pernyataan UII kepada wartawan di Yogyakarta, pihak UII yang melibatkan LKBH Fakultas Hukum universitas tersebut, membentuk tim pencari fakta untuk mengusut dugaan pelecehan seksual yang dilakukan alumninya.
Saat ini pihak universitas telah berkomunikasi dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta untuk merespon adanya laporan dari 30 perempuan yang jadi korban pelecehan seksual yang dilakukan IM.
Dari Australia, wartawan jurnal9.com, Hengki Setiawan melaporkan bahwa IM adalah mahasiswa penerima program beasiswa ‘Australia Award Scholarship’ dari Pemerintah Australia. Beasiswa yang dikeluarkan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) ini diberikan kepada mahasiswa yang berprestasi dari negara berkembang.
Namun, jika mahasiswa berprestasi yang mendapat beasiswa dari Pemerintah Australia itu benar terbukti melakukan pelecehan seksual, maka gelarnya dengan pemberian beasiswa untuk belajar di Universitas Melbourne yang sedang dijalani sekarang ini akan ditarik.
Juru bicara DFAT menjelaskan pihaknya sudah mengetahui kasus dugaan pelecehan seksual oleh IM tersebut. Kini bersama universitas tempat mahasiswa IM menuntut ilmu, sedang melakukan proses investigasi.
Tim pencari fakta sedang menemui sejumlah mahasiswi yang menjadi korban pelecehan di Australia dan Yogyakarta. Salah satu perempuan yang jadi korban pelecehan seksual IM berbicara kepada ABC di Melbourne, “Dia (IM) duduk sangat dekat, sampai saya bisa merasakan nafasnya. Saya merasa ia menginvasi personal space saya,” ungkap korban ini.
Lebih lanjut ia menceritakan, dirinya merasa terganggu ketika tangan IM beberapa kali menyentuh beberapa bagian tubuhnya. Juga merasa “kaget dan sangat tidak nyaman” atas apa yang dilakukan IM kepadanya.
Apalagi ia mengenal IM sebagai orang yang aktif dalam kegiatan keagamaan dan sering diundang menjadi penceramah di sejumlah masjid yang jemaahnya kebanyakan warga Indonesia di Victoria.
“Rasanya saat itu surreal banget karena saya kenal IM yang reputasinya agamis, tapi kok begitu,” ungkapnya.
Perempuan lainnya yang jadi korban juga menceritakan pengalamannya kepada ABC, merasa sangat ‘terkejut’ ketika tangan IM berusaha memegang tangannya. Lalu ia mengingatkan IM, “Mas, bukan muhrim,” kata dia, terkait dalam ajaran Islam yang melarang sentuhan fisik terhadap lawan jenis di luar pernikahan.
Dia juga mengingatkan IM soal posisinya sebagai ‘ustadz’, tetapi kemudian IM tetap mencoba untuk memeluknya. Meski kemudian IM meminta maaf. Namun tak lama IM mengulangi lagi perbuatannya.
Malah ia mengaku untuk melaporkan perbuatan IM, dirinya butuh waktu. Karena ia khawatir orang lain tidak akan mempercayainya mengingat reputasi IM yang agamis itu. “Aku rasa saat itu, aku juga belum self-educated soal [sexual harassment] itu,” ujarnya.
Di Yogyakarta, pihak LBH sudah menerima banyak laporan, “Ada kejadian saat penyintas menerima panggilan video, langsung dihadapkan pada keadaan IM sedang menggoyang-goyangkan alat kelaminnya,” ungkap Meila yang mewakili LBH membacakan isi salah satu laporan yang diterimanya.
Melihat adanya perempuan mengungkap kasus pelecehan seksual yang dituduhkan pada dirinya itu, lalu IM mengunggah ‘klarifikasi’ yang ditulis di akun instagramnya. IM menjawab tuduhan itu, dan mengatakan dirinya telah menjadi target ‘pembunuhan karakter’.
Bahkan dalam wawancara dengan ABC, IM membantah semua tuduhan atas tindakannya di Indonesia dan Australia. Dan ia mengatakan bahwa tuduhan pelecehan seksual ini telah merusak reputasinya.
Kegiatan keagamaan yang sudah dijadwalkan sebelumnya, kata IM banyak yang dibatalkan oleh penyelenggara. “Benar [semua acara dibatlkan] itu karena ada selebaran yang isinya saya sudah melakukan [pelecehan seksual], bukan lagi diduga. Seolah saya sudah terbukti melakukan,” bantah IM.
“Saya tidak merasa dan tidak pernah [melakukan],” kata IM lanjutnya.
Kasus pelecehan seksual yang dituduhkan pada IM sebagai penerima beasiswa ‘Australia Award Scholarship’ alumni UII Yoyakarta ini, kini sedang diselidiki. Pihak UII masih fokus menyelidiki dugaan pelecehan seksual yang dilakukan alumninya itu.
Apabila dalam penyelidikan IM terbukti salah, maka pihak UII Yoyakarta akan mencabut gelar mahasiswa berprestasi yang disandang IM. “UII akan mencabut gelar mahasiswa berprestasi yang diberikan kepada IM pada 2015,” kata Ketua Tim Pendampingan Psikologis dan Bantuan Hukum UII, Syarif Nurhidayat.
Syarif menjelaskan pencabutan gelar mahasiswa berprestasi itu dilakukan setelah mempelajari keterangan yang diberikan oleh korban atau penyintas. “Saat ini kami masih dalam proses administrasi (untuk mencabut gelar itu},” tegasnya.
ARIEF RAHMAN MEDIA