Sekretaris kementerian Koperasi & UKM Prof Rully Indrawan bersama debitur Bank BRI yang mendapat bantuan modal usaha melalui program PEN.
JAKARTA, jurnal9.com – Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Prof Rully Indrawan mengatakan, Presiden Jokowi sudah menetapkan Perpres Nomor 82 Tahun 2020 tentang Komite Penanganan Covid19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, yang ditandatangani 20 Juli 2020.
Komite kebijakan itu, memiliki tugas yang di antaranya menyusun rekomendasi kebijakan strategis kepada Presiden dalam percepatan penanganan Covid-19 serta pemulihan perekonomian dan transformasi ekonomi nasional.
“Selain mengintegrasikan dan menetapkan langkah-langkah pelaksanaan kebijakan strategis, juga melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dalam percepatan penanganan Covid-19,” papar Rully.
Dalam waktu dekat Presiden Jokowi akan melaunching program bantuan modal untuk usaha mikro. “Bantuan ini khusus untuk pelaku usaha mikro yang belum memiliki akses ke perbankan atau belum bankable,” tuturnya.
4 langkah PEN
Sementara, Kepala Divisi Bisnis Mikro Bank BRI Made Antara Jaya menjelaskan pihaknya sudah melakukan survei lapangan mengenai debitur (khususnya KUR Mikro) yang masih berjalan pada periode April-Mei 2020, namun kekurangan modal.
“Untuk itu, kami hadir dengan tujuan jangan sampai usaha mereka yang memiliki prospek bagus jadi tenggelam,” jelas Made.
Di Bank BRI ada produk Kumpedes Bangkit, dengan maksimal kredit Rp25 juta, atau 20% dari plafon kredit yang didapat sebelumnya. “Mereka sudah memiliki piring, gelas, dan sendok, Bank BRI menambah dagingnya untuk diolah,” papar Made.
BRI melakukan empat langkah program PEN untuk UMKM. Pertama, program restrukturisasi debitur terdampak Covid-19. Per Juni 2020 sudah menyalurkan Rp176,01 triliun, atau 26% dari total portofolio. Total debitur sebanyak 2,8 juta pelaku usaha.
Rinciannya, usaha mikro sebanyak 1,39 juta orang dengan outstanding Rp64 triliun. Untuk KUR (ritel dan kecil) sebanyak 1,371 juta orang dengan outstanding Rp24,3 triliun. “Artinya, Rp88 triliun lebih dari total Rp176,01 triliun dinikmati UMKM dan debitur KUR,” ungkap Made.
Langkah kedua BRI adalah stimulus subsidi bunga KUR dan non KUR. Ketiga, implementasi dari PMK 70 tentang penempatan uang negara di bank-bank Himbara dan Bank BRI mendapat Rp10 triliun.
Dalam satu bulan, kita sudah menyalurkan Rp24 triliun, atau 240% untuk 565.000 debitur. Rinciannya, usaha mikro Rp18 triliun dan usaha kecil Rp4,8 triliun.
Keempat, menjalankan program kredit Kumpedes Bangkit dan KMK Tangguh, dengan bunga dan persyaratan mudah dan ringan. “Kami menambah modal bagi pelaku usaha mikro dan kecil yang terkena dampak Covid-19, namun tidak parah alias masih ada nafas usahanya. Jangan sampai mereka terpuruk,” tukas Made.
Debitur
Seorang debitur Bank BRI , Ujang Mulyana menuturkan pengalamannya sebagai debitur yang mendapat sentuhan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui Bank BRI. Kini ia bisa bernafas lega, karena usaha kecil-kecilan miliknya mulai bergerak lagi setelah mendapat modal usaha.
Ujang yang memiliki usaha warung sembako, pecel ayam, dan kantin sekolah mengaku, sejak wabah virus Covid-19 usahanya menukik tajam. Termasuk kantin sekolah, karena sekolahnya tutup sudah 5 bulan.
“Saya sampai tidak bisa membayar karyawan dua orang,” tutur Ujang pada acara update PEN KUMKM di kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, Kamis (29/7).
Modal usahanya terpakai menutup kebutuhan sehari-sehari keluarganya.
Di tengah kebingungan itu, Ujang mendatangi Bank BRI dengan tujuan mendapat solusi atas kelangsungan usahanya yang nyaris bangkrut.
“Alhamdulillah, saya diterima baik dan diarahkan mendapat produk bantuan tambahan modal melalui Kumpedes Bangkit,” kata Ujang.
Tambahan modal Rp25 juta, hasil meminjam, usaha Ujang perlahan mulai bergerak lagi. “Yang belum jalan lagi adalah kantin sekolah, karena sekolah masih ditutup,” tukas Ujang.
Hal serupa dialami Slamet, perajin tempe warga Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
“Usaha tempe saya drop drastis karena pelanggan banyak pulang kampung karena Covid-19. Mayoritas pelanggan saya pedagang warung makan”, ucap Slamet yang sudah memproduksi tempe selama 10 tahun.
Saat usaha meningkat, Slamet pernah mendapat KUR Mikro sebesar Rp25 juta. Namun, sejak Maret 2020 usahanya mulai lesu.
Ketika iklim usaha pada Juli 2020 mulai bergerak, Slamet mendapat tambahan modal dari BRI sebesar Rp35 juta, bagian dari program stimulus dari pemerintah.
“Saya sangat terbantu, karena tambahan modal tersebut saya pakai untuk membeli bahan baku kedelai”, kata Slamet.
Dia berharap kondisi bisa segera pulih, agar usahanya bisa kembali berjalan normal. “Saya biasa memproduksi tempe sebanyak satu kwintal per hari. Mudah-mudahan, usaha saya bisa kembali normal”, tandas Slamet.
MULIA GINTING