SIDOARJO, jurnal9.com – Jika melihat ada buah rimo tuan (bahasa Batak Karo; rimo; jeruk, dan istilah tuan ; besar) adalah jeruk besar sejenis jeruk Bali. Biasanya rimo tuan ini banyak dijual di toko buah atau pasar swalayan di daerah Sumatera Utara.
Pengusaha bernama Adri Istambul Lingga Gayo, yang akrab dipanggil ‘Adri’ ini yang sudah lama tinggal di Pulau Jawa, kadang kangen untuk mencari rimo tuan. Padahal di Pulau Jawa buah jeruk asli asal Sumatera Utara ini tidak mudah dicarinya. Kadang hanya ada di toko khusus buah di daerah tertentu saja. Karena buah rimo tuan jadi buah favorit bagi orang Sumatera Utara.
“Kadang saya yang sudah puluhan tahun tinggal di Pulau Jawa, kangen kalau datang ke pasar swalayan buah di kota Jakarta atau Surabaya melihat rimu tuan. Tapi sulit nggak semua toko swalayan ada,” ujarnya.
Pengusaha real estate yang lahir di Tigabinanga, Kabupaten Tanah Karo ini sudah puluhan tahun tinggal di kota udang Sidoarjo, Jawa Timur. Di kota ini Adri yang menjadi Direktur PT Cahaya Delta Padang Golf ini, tinggal bersama istri dan dua putranya, yakni Muhammad Surya Ilyas Mahardika Bahri Lingga dan Muhammad Januar Putra Syahkuala Al Bahri Lingga.
Adri yang gemar makan buah ini bercerita tentang ‘jeruk tuan’ asal kampungnya di Sumatera Utara. “Kalau di kampungku ‘rimo tuan’ yang dalam bahasa Batak Karo, artinya Jeruk Tuan. Kalau dalam bahasa Indonesianya lazim disebut Jeruk Bali,” kata mantan Ketua Bidang Organisasi DPD REI Jatim ini.
Dia bercerita ‘rimo tuan’ karena suka kangen dengan jeruk asal daerahnya ini. Kadang ia ingat masih kecilnya yang sering menemani emak (ibu) ke ladang atau Juma di Nagor Tanah Karo.
“Dari jalan raya kira-kira 1 km masuk berjalan kaki melewati perladangan orang. Di pertengahan huma (ladang) itu ada sebatang pohon yang besar dan sering kami jadikan tempat beteduh untuk berhenti sejenak,” ia bercerita.
“Ketika berisirahat sebentar, sambil duduk di atas rumput, kepalaku tengadah menatap buah-buah besar berwarna hijau dan kekuningan. Dalam hatiku kapan aku bisa makan buah yang besar itu. Aku bertanya kepada emak, boleh kah kita makan Jeruk itu?,” kata Adri mengenang masa kecilnya.
Menghayal itu, lanjut dia, memang tidak selalu jadi kenyataan. Selepas sekolah lanjutan atas ia melanjutkan ke Jatinangor untuk kuliah di Insititut Ilmu Manajemen Koperasi, yang kini berganti menjadi Institut Koperasi Indonesia Ikopin).
Dia meninggalkan kampung halamannya,Tigabinanga Tanah Karo sejak puluhan tahun silam. Namun impiannya pada cerita ‘rimo tuan’ tak pernah hilang dari ingatan. Selama ia merantau melanjutkan kuliah di Ikopin diharapkan ada ilmu yang didapatkan di Jatinagor, Jawa Barat ini dapat menciptakan iklim hampir serupa dengan tempat asalnya.
Sedangkan jawaban Emak (ibu) kepada lelaki yang sudah mengunjungi Korea Selatan, Malaysia, Jerman, Yunani, Thailand dan Uni Emirat Arab ini, buahnya belum masak (matang).
“Kalau nanti Sudah masak, kita mintakan sama yang punya huma kata emak sambil mengelus rambutku. Jawaban emak itu sudah cukup bagiku dan aku berfantasi seakan-akan buah jeruk itu dalam waktu dekat akan masak,” cerita Adri dengan memberi kiasan perjalanan kariernya.
“Aduh nikmat sekali makan buah jeruk, terlebih pada saat terik dan jalan menuju ladang.”
“Begitulah berulang aku hanya bisa membayangkan ‘rimo tuan’ alias Jeruk Bali tanpa pernah aku peroleh Jeruk dari pohon yang besar itu,” cerita suami Sri Suriany Beru Sebayang S.sos ini.
Semasa kuliah di Ikopin Jatinangor, tempat kontrakannya yang bersebelahan dengan Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), pria ini menempa diri jadi penyalur koran (agen) sembari kuliah dan menjadi asisten dosen. Tentu saja semua aktivitas itu tidak menggangu jadwal kuliah aktivis pro demokrasi Jawa Barat.
“Dan setelah menikah, saya ceritakan kepada istriku Nande Bayang, kalau saya suka dengan Jeruk Bali alias rimo tuan. Dan saya bilang sama istriku kalau Bapak Idiologiku Bung Karno, salah satu kesukaannya adalah Jeruk Bali alias rimo tuan,” ujar Ketua IKA Ikopin yang juga Dirut PT Surya Sabah Paloh ini.
Obsesi terhadap ‘rimo tuan’ tidak pernah lekang dalam ingatan Adri. Realitanya dia harus mencari asa di Pulau Jawa untuk menjadi orang terpandang. Bahkan harus menggunakan dasi saat menjadi asisten dosen di Ikopin.
“Dan kalau ada Jeruk Bali ‘rimo tuan’, kami pasti membelinya,” ungkap Adri yang juga Dirut PT Sarana Surya Kencana.
Seorang tokoh nasional yang memberi inspirasi bagi Adri, adalah almarhum Cosmas Batubara (mantan Menteri Perumahan Rakyat) era Presiden Soeharto.
“Saya bertemu beliau 33 tahun lampau di Tigabinanga, Tanah Karo ketika beliau menjadi Juru kampanye nasional Partai Golkar bersama almarhum Pak Suhardiman dan Bomer Pasaribu,” kata Adri.
Sekalipun pada saat itu sebagai kader muda PDI, tetapi beliau tetap memperlakukan Adri sebagai “tokoh muda” dan diundang berdialog di atas panggung kampanye.
“Sampai hari ini saya masih di PDI Perjuangan, tapi dengan pak Cosmas tetap berhubungan baik, terlebih lebih saya bersahabat baik dengan putranya, Arthur Batubara. Istri saya adalah anak Ketua Golkar Tanah Karo saat itu yang mengundang dan mendampingi berkampanye di Tigabinanga,” tutur Adri.
“Almarhum adalah tokoh yang saya kagumi, beliau memandang perbedaan adalah sebagai rahmat.”
Salam mejuah juah untuk pak @jokowi Presiden Kita Presiden Rakyat… Jaga kesehatan ya pak..🇮🇩
#cintanandebayang
MULIA GINTING