Jurnal9.com
Headline LifeStyle

Mana yang Lebih Berbahaya, Henti Jantung atau Serangan Jantung?

Ilustrasi orang yang kena serangan jantung

JAKARTA, jurnal9.com – Kasus ambrukya Markis Kido pebulu tangkis Indonesia yang meninggal saat tengah latihan, dan jatuhnya pesepak bola Christian Eriksen asal Denmark saat bertanding melawan Finlandia dalam Euro 2021 yang mengakibatkan tak sadarkan diri di lapangan, ini harus menjadi perhatian banyak orang.

Seorang pebulu tangkis dan pesepak bola yang sudah kuat imunitasnya secara fisik dan mental, toh masih bisa ambruk kena penyakit; serangan jantung atau henti jantung yang membunuhnya secara diam-diam.

Selain pebulu tangkis Maskis Kido yang meninggal akibat serangan jantung, sudah banyak kasus orang yang menimpa atlet lain yang meninggal saat melakukan latihan maupun saat bertanding. Seperti pesepak bola nasional Eri Irianto (pemain Persebaya), RickyYakob (pemain PSMS Medan dan Arseto Solo).

Dokter tim nasional Denmark, Morten Boesen yang menangani Christian Eriksen,  mengatakan apa yang dialami pesepak bola asal negaranya itu disebut cardiac arrest atau henti jantung saat dirinya bertanding.

Saat pertolongan pertama, Eriksen langsung mendapat tindakan resutasi jantung paru atau cardio pulmonary resuscitation (CPR).

Henti jantung

Dikutip dari Halodoc, dr. Verury Verona Handayani menyebutkan orang yang mengalami henti jantung atau serangan jantung, merupakan dua kondisi penyakit yang berbeda,

Kalau henti jantung atau cardiac arrest ; kondisi saat jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba karena adanya gangguan gaya listrik pada otot jantung. Kondisi ini membuat jantung tidak dapat berdetak dengan normal, sehingga memicu terjadinya aritmia (irama jantung).

Akibatnya distribusi darah ke seluruh tubuh akan mengalami gangguan. Kalau kondisi yang parah, henti jantung ini berisiko pada kematian. Sebab dalam hitungan menit, organ-organ vital lain (seperti otak) tidak menerima pasokan darah yang cukup.

Serangan jantung 

Berbeda dengan serangan jantung atau heart attack. Kondisinya lebih fatal saat jantung tak menerima pasokan oksigen yang cukup dari aliran darah ke jantung. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah arteri (aterosklerosis) yang menyebabkan jantung kekurangan asupan darah yang kaya oksigen.

Serangan jantung bisa terjadi dalam waktu yang lebih panjang; dengan hitungan jam. Selama terjadi serangan jantung, bagian jantung yang tidak menerima oksigen akan terus mengalami kerusakan berupa kematian otot jantung. Jika tidak segera mendapat penanganan, kondisi ini dapat menyebabkan kematian.

Baca lagi  Ibu Kota India Perpanjang Lockdown, Kecuali Kota Miskin yang Dilonggarkan

Berbeda dengan henti jantung. Ketika seseorang mengalami serangan, jantung tidak berhenti berdetak.

Gejala

Dari segi gejala yang dialami, henti jantung dan serangan jantung, juga memiliki perbedaan. Kalau orang yang terkena gejala henti jantung:

  • Napas terputus atau tidak bernapas sama sekali.
  • Pupil mata masuk ke dalam tengkorak kepala.
  • Lemas secara tiba-tiba.
  • Tidak sadarkan diri.
  • Warna kulit menjadi pucat kebiruan.
  • Denyut nadi atau detak jantung tidak dapat ditemukan. 

Tetapi kalau gejala serangan jantung dapat terjadi dalam durasi yang lebih panjang, dengan gejala-gejala yang kurang spesifik seperti:

  • Sesak napas.
  • Sakit perut yang dapat disertai dengan mual dan muntah.
  • Merasa sangat lemas.
  • Keringat dingin.
  • Detak jantung tidak beraturan.
  • Pusing atau kepala terasa ringan.
  • Kontraksi otot di sekitar dada, leher, dan lengan.
  • Rasa nyeri pada perut atas (diafragma), dada, tangan, rahang atau di sekitar tulang belikat pada punggung bagian atas.

Baik untuk henti jantung maupun serangan jantung, kedua-duanya mengalami kondisi darurat yang sangat berbahaya. Seseorang yang menghadapi kondisi ini segera dibawa ke rumah sakit.

Kebanyakan kasus henti jantung ini terjadi karena adanya irama jantung (aritmia) yang berasal dari bilik jantung, atau disebut fibrilasi ventrikel. Kondisi ini terjadi akibat adanya gangguan kelistrikan otot jantung yang membuat aliran darah ke seluruh tubuh dan jantung bisa terhenti.

Risiko henti jantung bisa lebih besar pada orang yang memiliki jantung yang tidak sempurna, akibat kelainan bawaan atau kerusakan serius, seperti pada pengidap jantung koroner. Kerusakan serius pada jantung ini bisa terjadi karena sering trauma mendadak, misalnya tersetrum, overdosis obat, aktivitas fisik terlalu berat, kehilangan banyak darah, penyumbatan saluran napas, tenggelam, kecelakaan, dan hipotermia (penurunan suhu tubuh).

Kalau serangan jantung umumnya disebabkan oleh adanya penyumbatan arteri jantung secara progresif akibat penyakit kardiovaskuler. Penyumbatan ini dapat dipicu oleh tumpukan lemak darah atau kolesterol, yang kemudian meningkatkan tekanan darah, menggerus dinding pembuluh darah. Sehingga terjadi luka dan penumpukan darah beku dari inflamasi. Risiko serangan jantung ini dapat meningkat akibat gaya hidup tidak sehat, riwayat penyakit kardiovaskular, dan sindrom metabolik pada usia lanjut.

RAFIKA ANUGERAHA M  I  ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

Bukti yang Jerat Putri Candrawathi Jadi Tersangka Pembunuhan Berencana Brigadir J

adminJ9

Utang Indonesia Bertambah Jadi Rp5.515 triliun per Akhir Agustus 2020

adminJ9

Legenda Brasil Ronaldo: Saya Berhubungan Seks Dulu Sebelum Bermain Bola

adminJ9