Jurnal9.com
Business

Sri Mulyani Berbicara Peluang Indonesia Selamat dari Resesi Ekonomi

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan ekonomi Indonesia bisa lepas dari zona negatif pada tahun ini apabila penanganan Covid-19 membaik. Namun, kenapa defisit anggaran diperlebar?

JAKARTA, jurnal9.com  –  Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 diperkirakan bisa kembali ke tren positif hingga 0,4 persen (year on year/yoy) setelah di kuartal II 2020 laju Produk Domestik Bruto terkontraksi hingga negatif 4,3 persen (yoy).

Menkeu dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Selasa, mengatakan ekonomi Indonesia bisa kembali positif di kuartal III 2020, jika penanganan pandemi covid-19 berjalan efektif bisa sejalan dengan kegiatan ekonomi di tanah air dapat dibuka kembali.

“Inilah yang sedang terus diupayakan pemerintah untuk ditekankan kepada semua menteri dan pemerintah daerah agar kita tetap berada di skenario di mana pemulihan ekonomi tetap bisa berjalan pada zona positif di kuartal III antara 0-0,4 persen dan kuartal IV pada zona positif lebih tinggi antara 2-3 persen,” jelas Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Ancaman resesi pada masa pandemi ini menghantui banyak negara, termasuk Singapura dan Korea Selatan sudah terlebih dahulu mengalami resesi, setelah laju ekonomi di kuartal  I dan II terkontraksi.

“Kalau penanganannya (pandemi covid-19) efektif, dan berjalan seiring dengan aktivitas ekonomi, maka kondisi ekonomi bisa recover (pulih) pada kuartal III dengan ‘positive growth’ (pertumbuhan ekonomi positif) 0,4 persen,” ujar Sri Mulyani usai rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo.

“Pemulihan ekonomi tetap bisa berjalan pada zona positif pada kuartal IV antara  0 hingga 0,4 persen dan IV pada zona positif lebih tinggi, yaitu antara 2 persen hingga 3 persen. Sehingga total perekonomian kita masih bisa tumbuh positif di atas 0% untuk tahun ini,” tuturnya.

Baca lagi  Trias Sentosa Catat Penjualan Rp1,1 Triliun pada Kuartal I/2022, Tumbuh 31 persen

Apabila skenario tersebut berjalan, maka ekonomi Indonesia bisa lepas dari zona resesi. Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi tercatat negatif hanya pada kuartal II/2020. Seperti diketahui ekonomi berada pada pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut maka dikatakan masuk zona resesi.

Jika ekonomi Indonesia di kuartal III 2020 ini mampu berbalik ke tren positif, maka Indonesia lolos dari jeratan resesi ekonomi.

Resesi merupakan keadaan ekonomi suatu negara terkontraksi selama dua kuartal (periode) atau lebih. Memang pada kuartal II 2020 dinilai sebagai fase terberat dari pandemi covid-19 sejauh ini.

Menurutnya, hal tersebut yang tengah diupayakan oleh pemerintah agar Indonesia tetap ada dalam skenario pertumbuhan positif atau tidak jatuh pada zona resesi.

“Di dalam sidang kabinet pagi hari ini, bapak presiden telah memutuskan akan memperlebar defisit menjadi 5,2% dari PDB, jadi lebih tinggi lagi dari desain awal yang sudah disepakati dan ada catatan dari DPR lebih tinggi dari 4,7%,” tutur Sri Mulyani.

Sri Mulyani menambahkan bahwa dengan defisit 5,2% dari PDB pada 2021, maka pemerintah akan memiliki cadangan belanja sebesar Rp179 triliun guna mendukung pemulihan ekonomi nasional.

ANTARA  I  ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

“Mahfud MD Tidak Punya Kompetensi Ekonomi, Ngomong Ekonomi yang Menakut-Nakuti Masyarakat “

adminJ9

Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) Bisa Dimanfaatkan Pelaku UMKM

adminJ9

“Kerja Bareng untuk Negeri” Dukung UMKM untuk Beradaptasi Secara Digital

adminJ9