Jurnal9.com
Headline Inspiration

Selingkuh itu Wajar atau Termasuk Gangguan Mental?

Ilustrasi orang sedang bercinta

Sahabat nabi; Ali bin Abi Thalib berkata orang yang jujur itu terlihat dari perilakunya. Bisa dipercaya, tulus; tanpa pamrih [kalau berbicara] tak ada maksud sesuatu, dan tak berbohong dalam berperilaku.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi bohong; menyatakan [berbicara] sesuatu yang tidak benar atau yang tidak sesuai dengan fakta.

Dalam ilmu psikologi, ciri-ciri orang yang berbohong: pandangan matanya sering tidak fokus [jelalatan] saat membicarakan sesuatu. Suka berpura-pura [jika ketahuan salah] saat diajak berbicara.

Kalau bertemu langsung, ketika ketahuan berbohong, biasanya di bagian tubuhnya mengeluarkan keringat tanpa sebab, bukan karena cuaca panas. Selain berkeringat, di bagian kulit wajah menjadi pucat.

Saat berbohong, orang sulit berbicara lancar. Sering terlihat gugup. Sulit menceritakan sesuatu secara detail, dan sering tidak konsisten sikapnya. Apalagi kalau mendapat pertanyaan yang tak disangka-sangka. Dia sering gugup.

Salah satu penyakit psikologis yang berhubungan dengan kebohongan yaitu Mythomania. Ini merupakan abnormal psikologis manusia yang biasanya dicirikan dengan berbohong berulang-ulang. Namun dia berupaya meyakinkan dirinya sendiri melalui obrolannya yang seolah-olah dirinya benar; tanpa dasar logika ilmu pengetahuan.

Kalu berbicara memposisikan dirinya sebagai sosok yang benar dalam bercerita kepada pasangannya. Pandai merekayasa cerita, bahkan tidak segan menjelekkan orang lain dengan cara memfitnah.

Ini namanya orang yang terkena mythomania, penyakit psikologis yang perlu diwaspadai. Karena terkait dengan kesehatan mental.

Apalagi kalau penyakit ini diderita oleh pasangan suami-istri. Membuat hubungan dalam kehidupan keluarganya menjadi buruk. Salah satu [entah istri atau suami yang menderita penyakit ini] akan menjadi racun di dalam kehidupannya. Kalau terus dibiarkan, akan menghancurkan kehidupan dan kebahagiaan hidupnya.

Biasanya kemesraan yang dilakukannya sangat berlebihan. Ini harus curiga [bagi sang istri jika melihat suaminya menunjukkan kemesraan yang berlebihan. Atau sebaliknya sang suami melihat istrinya seperti itu]. Bisa jadi, kemesraan yang dilakukan ini hanya untuk menutupi cinta palsunya. Karena dia [istri atau suami] sudah ada pandangan baru [laki atau wanita] yang menjadi perhatiannya.

Ini bisa dialami bukan hanya untuk pasangan yang sudah bersuami istri saja. Tetapi ini juga bisa dialami pasangan mereka yang sedang jatuh cinta [masa berpacaran]. Dan siapa pun akan merasakan sakit hati jika salah satu pasangannya melakukan kepura-puraan atau cinta palsu (fake love).

Apakah akan terus bertahan dengan kehidupan cinta yang palsu? Semua keputusan ini ada di tangan masing-masing pasangan yang sedang mabuk cinta, entah suami-istri atau mereka yang masih berpacaran.

Cinta mereka lebih banyak disampaikan di media sosial di sekitar teman daripada secara pribadi. Memposting di Instagram atau facebook yang menunjukkan dirinya pasangan yang sedang bahagia dengan tingkat keberhasilan hubungan dengan pasangannya. Ini juga menjadi bagian dari ciri-ciri orang yang terjebak cinta palsu. Berawal dari cinta palsu ini, akhirnya mereka berselingkuh.

Dikutip dari laman Psych Central, menyebutkan lebih dari 40 persen pasangan yang sudah menikah pernah melakukan selingkuh.

Selingkuh adalah bentuk dari ketidaksetiaan seseorang terhadap pasanganya [bagi suami istri] dalam hubungan pribadinya..

Baca lagi  Ancaman Mental dan Bunuh Diri Akibat Kehilangan Pekerjaan Saat Pandemi Corona

Dalam banyak kasus, salah satu pasangan [suami atau istri] melakukan selingkuh dengan pasangan hidupnya, berawal dari hubungan persahabatan [kenal lewat media sosial], atau dengan rekan kerja, kemudian lebih intens ke hubungan pribadi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perselingkuhan orang dewasa cenderung melakukan perselingkuhan dengan pasangannya melakukan hubungan badan [hubungan intim]. Ini dilakukan mereka yang sudah bersuami-istri maupun pasangan yang belum menikah.

Hubungan badan atau intim ini, termasuk hubungan seks dengan seseorang yang bukan pasangan nikahnya.

Megan Fleming, Ph. D, seorang pakar hubungan dan konselor mengatakan, biasanya pasangan yang melakukan hubungan badan atau intim cenderung disembunyikan dari pasangan aslinya. Sebab tidak banyak orang yang berani mengakui bahwa mereka telah berselingkuh.

Selingkuh virtual

Di era digital seperti sekarang, selingkuh virtual dikategorikan sebagai definisi selingkuh model baru. Biasanya perselingkuhan terjadi ketika seseorang dengan sengaja mencari kenalan baru di media sosial, aplikasi kencan, pesan singkat hingga email. Dalam banyak kasus, pelakunya melibatkan percakapan yang lebih intim dan intens.

Apakah selingkuh itu wajar?

Jika dilihat dari sisi psikologi, peselingkuhan dalam bentuk apapun, apalagi seseorang sudah terikat nikah dengan pasangannya, hal ini tidak dapat dibenarkan. Begitu pun bagi pasangan yang masih pacaran.

Esensi dari perselingkuhan sebenarnya sebuah pengkhianatan, karena ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Dan perasaan cintanya diberikan untuk orang lain yang bukan pada pasangan yang sudah dinikahinya.

Menurut pakar psikologi, berbuat selingkuh tidak dapat dibenarkan sebagai perbuatan yang wajar. Sebab dalam sebuah ikatan pernikahan itu, ada janji sehidup semati dalam situasi apapun. Sehingga tidak ada alasan yang membenarkan ketika berpaling ke lain hati.

Selingkuh termasuk ke dalam gangguan mental?

Menurut laman Very Well Health, orang yang berbuat selingkuh itu dapat dikategorikan sebagai orang yang mengalami gangguan mental.

Hal itu merujuk pada faktor risiko penyebab orang selingkuh yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang.

Sebuah studi pada 2015 menemukan fakta bahwa pasangan suami istri yang telah berselingkuh juga memiliki risiko yang sama akan dialami anak-anaknya kelak.

Gangguan mental

Beberapa penyakit mental seperti gangguan bipolar dikaitkan sebagai faktor risiko perselingkuhan di dalam pernikahan. Sebab jika seseorang yang berperilaku selingkuh “Sekali selingkuh, maka selingkuh terus menerus”, ternyata itu bukanlah sebuah anggapan semata. Tapi ini termasuk gangguan mental.

Sebuah studi pada 2017 menemukan mereka yang pernah berbuat selingkuh sekali, kemungkinan untuk selingkuh lagi, sampai tiga kali, bahkan bisa melakukan berulang-ulang bisa terjadi. Karena ini gangguan mental yang sulit dihilangkan.

Menurut pakar psikologi, orang yang berselingkuh itu lebih mendahulukan nafsunya ketimbang logikanya. Sehingga mereka dianggap bodoh, jika perbuatannya melanggar norma agama. Dalam Islam, perselingkuhan dengan melakukan hubungan badan, termasuk perzinahan. Dan ini termasuk dosa besar. Karena itu dalam agama Islam telah mengaturnya agar mereka menikah guna menghindari perbuatan nafsu birahi dengan cara binatang.

ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

Mantan PM Jepang Shinzo Abe Ditembak, Apa yang Terjadi pada Abe?

adminJ9

Mengejutkan, Sari Dewi Bakal Jadi Penantang Kuat Gibran dalam Perebutan Walikota Solo

adminJ9

Jika Sering Sakit Kepala atau Migrain, Hindari Jenis Makanan Ini

adminJ9