Jurnal9.com
Headline News

Pandemi Corona Kemungkinan Tak akan Hilang, Tapi Berubah Jadi Endemi

Ilustrasi virus corona varian Delta

JAKARTA, jurnal9.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah tengah mempersiapkan skema pola hidup baru bersama virus corona. Sebab pandemi corona yang saat ini mewabah banyak negara di dunia kemungkinan tak akan hilang, tapi diperkirakan berubah menjadi endemi pada 2022.

“Kami melihat tahun 2022 pandemi mungkin akan menjadi endemi. Jadi sekarang ini disiapkan langkah-langkah bagaimana Indonesia melakukan penyesuaian terhadap pandemi menuju endemi,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers nota keuangan dan RAPBN 2021, Senin (16/8).

Menkeu mengatakan langkah penyesuaian diri diambil setelah diingatkan para ilmuwan bahwa virus corona tidak akan bisa hilang.

Dia mengutip pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang 15 Juli lalu menyatakan, belum jelas kapan pandemi akan berakhir, sekalipun negara-negara dunia terus bekerja keras melawan virus.

Ia mengutip survei para ilmuwan di Nature.com yang menyatakan 89% pandemi corona tidak akan hilang, tapi akan berubah menjadi endemi.

Hasil survei tersebut dirilis Februari lalu, didukungi 100 ilmuwan ahli penyakit menular, ahli imunologi dan virologi.

Akses vaksinasi dan ketersediaan sistem kesehatan yang memadai juga menjadi kunci menghadapi endemi. “Kita siap dengan kebiasaan baru hidup bersama endemi. Upaya percepat vaksin tetap penting, dan harus diakses seluas-luasnya,” kata Sri Mulyani.

Akses vaksinasi, menurut dia, menjadi penting terutama bagi negara berkembang dan pendapatan rendah untuk bisa pulih lebih cepat.

Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO, Dr. Michael Ryan menyatakan virus corona yang saat ini menjangkiti dunia kemungkinan besar tidak akan hilang. Justru pandemi corona ini bisa berubah menjadi endemi.

Epidemi sendiri merupakan suatu penyakit atau infeksi dalam wilayah geografis yang persentase orang yang terinfeksi selalu ada. Begitu pun virus corona yang terdeteksi sejak Desember 2019 sampai saat ini sudah menjadi pandemi. Dan bukan tak mungkin pada 2022 nanti pandemi corona ini akan menjadi endemi.

“Pandemi sering berada pada situasi ketidakpastian yang [mungkin] tak bisa lenyap. Sedangkan endemi akan menjadi sesuatu sering ada tapi lebih mudah diatasi,” ungkapnya.

Ia memberi contoh HIV sebagai jenis virus endemi. HIV sampai sekarang belum hilang. Tapi sudah ada terapi dan metode pencegahannya. Dan orang tidak merasa takut lagi seperti sebelumnya. Bahkan pengobatan modern untuk HIV terus bermunculan.

Baca lagi  Subsidi Upah Pemerintah Australia untuk Pelaku Usaha yang Terkena Dampak Corona

Salah satu contoh lagi kasus endemi yang terjadi di wilayah tertentu, yaitu malaria.  Boleh dibilang Malaria ini memiliki tingkat penularan tertinggi, bahkan bisa fatal akibat parasit, dan ditularkan nyamuk pada manusia.

Karena itu para wisatawan yang melakukan perjalanan ke nagara yang terjangkit wabah Malaria, maka negara yang menjadi destinasi tersebut telah menyediakan obat untuk pencegahan malaria.

Ryan mengatakan virus corona bisa juga nantinya menjadi virus musiman seperti flu yang ada di mana-mana. Tapi flu sendiri tidak diklasifikasikan sebagai virus endemi.

Namun penting diingat bahwa virus corona bisa berubah menjadi virus endemi. Belum bisa dipastikan sampai kapan virus corona ini bisa lenyap.

Memang virus corona yang telah menyebar luas ke banyak negara di dunia ini tidak bisa hilang begitu saja. Infeksi ini bisa menjadi endemi saat pada kondisi tingkat yang relatif konstan di suatu wilayah geografis dengan tanpa ada penambahan kasus impor ke daerah tersebut.

Penyakit menular seperti virus corona hanya berhenti menyebar di suatu laju reproduksi patogen tetap di bawah satu. Hal itu dengan asumsi bahwa kasus baru tidak datang dari tempat lain. Jika laju reproduksi patogen sama dengan satu, maka setiap orang yang terinfeksi akan menyebarkan virus ke rata-rata satu orang lainnya.

Jadi setiap kali seseorang sembuh atau meninggal akibat infeksi virus corona, maka orang lain sudah ada yang terinfeksi. Sehingga pada gilirannya, menjaga jumlah total orang yang terinfeksi dalam populasi kurang lebih sama.

Satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk membuat laju reproduksi patogen tetap di bawah satu, yaitu dengan mencegah setiap orang yang akan menularkan satu orang lainnya. Ini bisa terjadi jika sebagian besar orang di daerah itu menjadi kebal dan tetap kebal terhadap virus untuk waktu yang sangat lama.

RAFIKA ANUGERAHA M  I  ARIEF RAHMAN MEDIA

Related posts

Prof Azyumardi Azra akan Golput di Pilkada 2020, Ini Alasannya

adminJ9

Mengalami Insomnia atau Gangguan Susah Tidur? Ini Penyebabnya

adminJ9

Waduh! Menyedihkan, Jumlah Pengangguran Terus Meningkat, Jadi 7,47 Juta Orang

adminJ9