Donald Trump
JAKARTA, jurnal9.com – Terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) diperkirakan kebijakan ekonomi dan politik pemerintahan baru AS akan sangat berpengaruh pada prospek ekonomi global 2025 mendatang.
Hal itu menjadi salah satu poin pembahasan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) selama dua hari (19-20 November) 2024 di Jakarta.
“AS di bawah kepemimpinan Trump diperkirakan akan berpengaruh pada arah kebijakan fiskal yang lebih ekspansif. Dan kebijakan ekonomi berorientasi domestik (inward looking policy). Seperti kemungkinan Trump akan menerapkan tarif perdagangan tinggi kepada negara-negara lain,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam penjelasannya kepada wartawan, Rabu (20/11/2024).
“Terutama AS akan memberlakukan tarif tinggi kepada negara-negara yang mengalami surplus besar terhadap AS. Seperti negara China, Uni Eropa, Meksiko, Vietnam dan negara-negara lain,” ia menegaskan lagi.
Gubernur BI ini mengatakan kemungkinan AS akan mengenakan tarif 25% kepada Uni Eropa untuk besi aluminium dan kendaraan bermotor. Kemudian kepada China untuk mesin elektronik dan bahan kimia.
“Pengenaan tarif itu sebagai fragmentasi perdagangan yang nantinya akan menyebabkan perlambatan ekonomi di negara-negara tersebut,” ujarnya.
Padahal seperti China, lanjut Perry, selama ini sedang mengalami perlambatan ekonomi, kemungkinan dengan kebijakan Trump tersebut, bisa jadi pada 2025 nanti akan lebih melambat lagi.
Begitu pun ekonomi kawasan Uni Eropa yang memiliki prospek pertumbuhan, kemungkinan bisa terhambat lagi dengan kebijakan Trump tersebut.
“Perkiraan kami pertumbuhan ekonomi dunia yang mestinya tahun 2025 nanti bisa naik dari 3,2%, malah bisa turun menjadi 3,1%,” tegas Perry.
Perry menyoroti kebijakan perdagangan AS tersebut selain berdampak pada risiko melambatnya pertumbuhan ekonomi, juga kembali meningkatnya inflasi dunia.
“Di AS proses penurunan inflasi akan berjalan lebih lambat. Sekarang inflasi AS 2,7% dan akan mengarah ke sasaran inflasi jangka menengah 2%. Ini juga menyebabkan penurunan Fed Funds Rate (FFR) lebih terbatas,” ujarnya.
Bank Indonesia, lanjut dia, memperkirakan FFR akan turun sebesar 75 hingga 100 bps atau 3 hingga 4 kali pada tahun 2025. Namun diperkirakan hanya turun sebesar 50 bps selama 2 kali saja. “Bahkan Desember 2024 ini The Fed diperkirakan hanya akan memangkas suku bunga 25 bps saja,” jelas Perry.
Meski begitu, menurut dia, BI belum membeberkan secara khusus dampak kebijakan ekonomi AS terhadap perekonomian Indonesia.
“Tapi BI terus memantau dan mencermati melakukan asesmen atas proses poltik di AS itu,” kata Gubernur BI ini.
ARIEF RAHMAN MEDIA